BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Konseling
sudah cukup banyak dikenal orang, khususnya dalam dunia psikologi. Saat ini
konseling banyak digunakan oleh para profesional konselor dalam rangka membantu
individu menyelesaikan masalahnya. Selain itu, dalam dunia pendidikan juga
konseling juga diaplikasikan oleh pihak sekolah. Hal ini disebabkan karena
konseling dipandang penting dalam membantu siswa menjadi seorang pribadi yang
dewasa dan matang.
Konseling
muncul dengan didasarkan pada berbagai teori. Banyak teori yang digunakan dalam
rangka pelayanan konseling. Winkel (1997:373) menyatakan bahwa teori konseling
adalah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang bagaimana
proses konseling berlangsung, apa yang terjadi selama proses konseling,
perubahan yang bagaimana yang dituju, mengapa perubahan itu dapat terjadi, dan
apa unsur-unsur yang memegang peranan pokok.
Jika
dalam proses konseling klien tidak menyampaikan suatu permasalahan dengan
sepenuhnya atau tidak keseluruhan dalam menjelaskan ke konselor. Maka timbul
suatu permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dan dapat menghambat kelancaran
dalam proses konseling.
Oleh
karena itu, klien hendaknya saat dalam proses konseling dapat menyampaikan
permasalahan secara terbuka. Sehingga konselor dapat membantu klien dalam
menyelesaikan masalahnya. Maka dalam makalah ini akan dibahas secara lebih spesifik mengenai
unsur-unsur pokok konseling.
B.
Rumusan
masalah
1. Bagaimana
karakteristik seorang konselor dalam melayani konseli ?
2. Apa
saja yang perlu diketahui dalam karakteristik konseli ?
3. Apa
saja harapan konseling dalam memberikan pelayanan ?
4. Mengapa
tujuan konseling merupakan acuan dalam pemberian pelayanan?
5. Apa
saja unsur penunjang dalam konseling ?
C.
Tujuan
penulis
1. Agar
permasalahan konseli dapat terselesaikan dengan yang di harapkan.
2. Konselor
dapat mengetahui karakteristik konseli dengan akurat, sehingga dalam memberikan
layanan konseling dapat dengan tepat menggunakan teori yang di gunakan.
3. Adanya
kerjasama antara konseli dengan konselor dalam pelayanan konseling, sehingga konseli
dapat mendukung dalam proses konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Konselor
Uraian
ini berisi ringkasan hasil-hasil riset yang berkaitan dengan karakteristik
konselor dan konseli, yang meliputi:
1. Pendekatan dan teknik mempelajari konselor
a. Pendekatan
Terhadap karakteristik konselor
(1)
Pendekatan Spekulatif
Pendekatan ini menetapkan sejumlah sifat
yang dianggap menunjang tugas konselor, antara lain: pengetahuan, sikap
simpatik, persahabatan punya humor stabil emosinya, sabar, obyektif hormat,
jujur, setia pada tujuan, toleransi, tenang, rapih/tertib, ramah, selaras, dan
intelegensi sosial. Ada juga yang menunjuk syarat pokok konseling, yaitu: percaya pada kemampuan tiap individu,
mengakui nilai individu, memiliki kewaspadaan, terbuka, memahami pribadi, dan
memiliki tanggung jawab profesional.
(2) Mengidentifikasi kelompok aktif dan
kurang efektif
Pendekatan ini didasarkan atas eksperimen 2
kelompok, yang menguji beberapa variabel karakteristik.
(3) Pendekatan Hipotesis
Pendekatan ini berdasarkan hipotesis
bahwa ada karakteristik tertentu yang membedakan konselor efektif dan kurang
efektif yang kemudian diadakan penelitian.
(4) Pendekatan Analisa Korelasi
Yaitu analisa korelasi antara berbagai
variabel karakteristik dengan kriteria konselor efektif.
b. Teknik yang digunakan untuk menilai
karakteristik konselor
(1) Self-report technique
Dengan teknik ini, konselor yang
bersangkutan menilai keefektifan dirinya sendiri baik dengan menggunakan alat
yang sudah baku atau yang tidak baku.
(2)
Rating technique
Digunakan 2 cara:
- Mengidentifikasi sendiri
ciri-ciri kepribadian konselor yang efekif
- Penilaian ciri-ciri kepribadian
konselor melalui supervisor.
2.
Karakteristik Konselor
1.
Pengetahuan Mengenai Diri Sendiri (Self-knowledge)
Disini berarti bahwa konselor mawas diri
atau memahami dirinya dengan baik, dia memahami secara nyata apa yang dia
lakukan, mengapa dia melakukan itu, dan masalah apa yang harus dia selesaikan.
Pemahaman ini sangat penting bagi konselor, karena beberapa alasan sebagai
berikut.
a) Konselor yang memiliki persepsi yang
akurat akan dirinya maka dia juga akan memiliki persepsi yang kuat terhadap
orang lain.
b) Konselor yang terampil memahami
dirinya maka ia juga akan memahami orang lain.
2.
Kompetensi (Competence)
Kompetensi dalam karakteristik ini
memiliki makna sebagai kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
moral yang harus dimiliki konselor untuk membantu klien. kompetensi sangatlah
penting, sebab klien yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan
kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan
bahagia. Adapun kompetensi dasar yang setidaknya dimiliki oleh seorang
konselor, yang antara lain:
a.
Penguasaan wawasan dan landasan pendidikan
b.
Penguasaan konsep bimbingan dan konseling
c.
Penguasaan kemampuan assesmen
d.
Penguasaan kemampuan mengembangkan program bimbingan dan konseling
e.
Penguasaan kemampuan melaksanakan berbagai strategi layanan bimbingan dan
konseling
f.
Penguasaan kemampuan mengembangkan proses kelompok
g.
Penguasaan kesadaran etik profesional dan pengembangan profesi
h.Penguasaan
pemahaman konteks budaya, agama dan setting kebutuhan khusus
3.
Kesehatan Psikologis yang Baik
Seorang konselor dituntut untuk dapat
menjadi model dari suatu kondisi kesehatan psikologis yang baik bagi kliennya,
yang mana hal ini memiliki pengertian akan ketentuan dari konselor dimana
konselor harus lebih sehat kondisi psikisnya daripada klien. Kesehatan psikologis
konselor yang baik sangat penting dan berguna bagi hubungan konseling. Karena
apabila konselor kurang sehat psikisnya, maka ia akan teracuni oleh
kebutuhan-kebutuhan sendiri, persepsi yang subjektif, nilai-nilai keliru, dan
kebingungan.
4.
Dapat Dipercaya (trustworthness)
Konselor yang dipercaya dalam
menjalankan tugasnya memiliki kecenderungan memilki kualitas sikap dan perilaku
sebagai berikut:
a) Memilki pribadi yang konsisten
b)Dapat dipercaya oleh orang lain, baik
ucapannya maupun perbuatannya.
c) Tidak pernah membuat orang lain kesal
atau kecewa.
d) Bertanggung jawab, mampu merespon
orang lain secara utuh, tidak ingkar janji dan mau membantu secara penuh.
5.
Kejujuran (honest)
Yang dimaksud dengan Kejujuran disini
memiliki pengertian bahwa seorang konselor itu diharuskan memiliki sifat yang
terbuka, otentik, dan sejati dalam pembarian layanannya kepada konseli. Jujur
disini dalam pengertian memiliki kongruensi atau kesesuaian dalam kualitas diri
actual (real-self) dengan penilain
orang lain terhadap dirinya (public self).
Sikap jujur ini penting dikarenakan:
- Sikap keterbukaan konselor dan klien
memungkinkan hubungan psikologis yang
dekat satu sama lain dalam kegiatan konseling.
- Kejujuran memungkinkan konselor dapat
memberikan umpan balik secara objektif terhadap klien.
6.
Kekuatan atau Daya (strength)
Kekuatan atau kemampuan konselor sangat
penting dalam konseling, sebab dengan hal itu klien merasa aman. Klien
memandang seorang konselor sebagi orang yang, tabah dalam menghadapi masalah,
dapat mendorong klien dalam mengatasi masalahnya, dan dapat menanggulangi
kebutuhan dan masalah pribadi.
Konselor yang memilki kekuatan cenderung
menampilkan kualitas sikap dan prilaku berikut.
- Dapat membuat batas waktu yang pantas dalam
konseling
- Bersifat fleksibel
- Memilki identitas diri yang jelas
7.
Kehangatan (Warmth)
Yang dimaksud dengan bersikap hangat itu
adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang. Klien yang datang
meminta bantuan konselor, pada umumnya yang kurang memilki kehangatan dalam
hidupnya, sehingga ia kehilangan kemampuan untuk bersikap ramah, memberikan perhatian,
dan kasih sayang. Melalui konseling klien ingin mendapatkan rasa hangat
tersebut dan melakukan Sharing dengan
konseling. Bila hal itu diperoleh maka klien dapat mengalami perasaan yang
nyaman.
8.
Pendengar yang Aktif (Active
responsiveness)
Konselor secara dinamis terlibat dengan
seluruh proses konseling. Konselor yang memiliki kualitas ini akan:
(a) mampu berhubungan dengan orang-orang yang
bukan dari kalangannya sendiri saja, dan mampu berbagi ide-ide, perasaan.
(b) membantu klien dalam konseling dengan
cara-cara yang bersifat membantu.
(c) memperlakukan klien dengan cara-cara yang
dapat menimbulkan respon yang bermakna.
(d) berkeinginan untuk berbagi tanggung
jawab secara seimbang dengan klien dalam konseling.
9.
Kesabaran
Melalui kesabaran konselor dalam proses
konseling dapat membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap
sabar konselor menunjukan lebih memperhatikan diri klien daripada hasilnya.
Konselor yang sabar cenderung menampilkan sikap dan perilaku yang tidak
tergesa-gesa.
10.
Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan mempunyai makna bahwa konselor
sadar akan kehalusan dinamika yang timbul dalam diri klien dan konselor
sendiri. Kepekaan diri konselor sangat penting dalam konseling, karena hal ini
akan memberikan rasa aman bagi klien dan klien akan lebih percaya diri apabila
berkonsultasi dengan konselor yang memiliki kepekaan.
11.
Kesadaran Holistik
Pendekatan holistik dalam bidang
konseling berarti bahwa konselor memahami secara utuh dan tidak mendekatinya
secara serpihan. Namun begitu bukan berarti bahwa konselor seorang yang ahli
dalam berbagai hal, disini menunjukan bahwa konselor perlu memahami adanya
berbagai dimensi yang menimbulkan masalah klien, dan memahami bagaimana dimensi
yang satu memberi pengaruh terhadap dimensi yang lainnya. Dimensi-dimensi itu
meliputi aspek, fisik, intelektual, emosi, sosial, seksual, dan moral-spiritual.
Konselor yang memiliki kesadaran
holistik cenderung menampilkan karakteristik sebagai berikut.
-
Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi kepribadian yang
kompleks.
-
Menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan mempertimbangkan perlunya
referal.
- Akrab
dan terbuka terhadap berbagai teori.
B. Karakteristik konseli
Karakteristik
konseli yang turut mempengaruhi efektifitas konseling adalah:
1.
Kesamaan dengan konselor
Dapat terjadi
kesamaan umur saat proses konseling, sehingga membuat konseling susah dalam
mengungkapkan permasalahannya.
2. Harapan-harapan
Harapan klien tergantung pada
sikap-sikap terapis, ada juga harapan yang dapat merugikan konseling adalah
harapan klien untuk mendapatkan terapi medis, termasuk penggunaan obat-obatan.
3. Kebutuhan akan perubahan
Kebutuhan klien akan perubahan dan
pemahaman empatik dari pihak konselor berpengaruh langsung terhadap hasil
konseling.
C. Harapan Konseling
1. Harapan-harapan konseli
Kebanyakan konseli mengharapkan bahwa
dengan konseling, mereka akan mengelola pemecahan masalah pribadi yang
dihadapinya seperti :
a. Siswa-siswa sekolah menengah
b. Mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi
2. Harapan-harapan orang tua
Para orang tua mengharap bahwa konseling
dapat membantu siswa dalam memilih bidang studi dan membantu formulasi rencana
pendidikan dan pekerjaanya kelak.
3. Harapan-harapan guru
Guru mengharapkan konseling untuk
mengurangi atau mengeliminasi perilaku murid yang menjadi penyebab keributan
atau gangguan kelas, guru mengharap agar para konselor terlibat dalam
kegiatan-kegiatan yang dapat membuat pengajaran lebih mudah dan efektif.
4. Harapan-harapan administator sekolah
a. Mereka beranggapan bahwa akan membawa
sekolah ke arah organisasi sekolah yang
efisien
b.
Bahwa para administator sekolah terutama memandang konseling sebagai
penasehat
c. Para administator mengharap agar konseling
dapat memecahkan setiap kesulitan
5. Harapan-harapan instansi pemerintah
Instansi-instansi pemerintah nampaknya
mengharap diantara dua hal mengenai konseling. Pertama, konseling dapat
mengidentifikasi orang orang yang berbakat. Kedua, konseling digunakan untuk
menempatkan pemuda-pemuda pada jabatan-jabatan bilamana manpower kurang.
D. Tujuan Konseling
1. Perubahan Perilaku
salah satu hasil konseling adalah bahwa
pengalaman-pengalaman tidak terasa menakutkan, individu kecemasannya berkurang,
dan cita-citanya hampir lebih harmonis dengan persepsi tentang dirinya dan
nampak lebih berhasil.
2. Kesehatan Mental Yang Positif
bahwa tujuan utama konseling adalah
menjaga kesehatan mental dengan mencegah atau membawa ketidakmampuan menyesuaikan
diri atau gangguan mental.
3. Pemecahan Masalah
Klien datang ke konselor karena telah
percaya bahwa konselor akan membantu klien untuk memecahkan masalahnya.
Selanjutnya ia menyatakan bahwa konselor behavioral
karena terutama membantu klien merubah perilaku yang diingininya.
4. Keefektifan Personal
Blocher memperkenalkan dua tujuan
konseling. Pertama, konseling ingin memaksimalkan kemungkinan kebebasan
individual dalam keterbatasan-keterbatasan yang berlaku bagi dirinya dan lingkungannya.
Kedua, konseling ingin memaksimalkan keefektifan individual dengan memberinya
kesanggupan mengontrol lingkungan dan response-response pada dirinya yang
ditimbulkan oleh lingkungan.
5. Pengambilan keputusan
Bukan pekerjaan konselor untuk menentukan
keputusan yang akan diambil oleh konseli atau memilihkan alternatif tindakan
baginya. Keputusan-keputusan ada pada konseli sendiri, dan ia harus tau mengapa
dan bagaimana ia melakukannya.
E. Unsur Penunjang Konseling
1. Kondisi-kondisi Eksternal
a.
Penataan fisik
Keadaan serta lingkungan yang
menyenangkan dan mendatangkan rasa indah bagi konselor dan konseli dapat
membantu proses konseling berjalan dengan baik.
b.
Proxemics
Berhubungan dengan jarak dan posisi
antara konselor dan konseli yang ideal demi terlaksananya proses konseling yang
diharapkan.
c. Privacy
Sesuatu hal yang penting dan berkaitan
dengan pengaturan fisik adalah keleluasaan pribadi. Bila perasaan percaya
konselor harus dilindungi, perasaan aman yang berhubungan dengan keleluasaan
pribadi tidak dapat diabaikan.
2. Ciri-ciri Khas
Banyak faktor yang mempengaruhi proses
konseling diantaranya adalah pengalaman konseli, latar belakang kebudayaan,
ekspektasinya terhadap konselor, kondisi ekonomi, dll.
3. Sikap-sikap Konselor
Sikap-sikap dan cara pendekatan konselor
terhadap seseorang dan semua apa yang dikerjakan dalam konseling berpengaruh
pada hubungan konseling. Konselor merupakn kunci pemrakarsa dan mengembang
daripada hubungan.
a.
kepercayaan
Perasaan tentang sesuatu yang
dianggap nyata dan benar.
b.
nilai-nilai
Petterson menunjukkan bahwa
nilai-nilai konselor mempengaruhi hubungan etnik hubungan konseling, tujuan
konseling, dan metode yang digunakan untuk konseling.
c. Penerimaan
Penerimaan dan pemahaman begitu sesuai,
terutama penggunaanya dalam proses konseling serta sangat penting dalam
menunjang setiap hubungan antar manusia. Beberapa penulis juga
mengklasifikasikannya sebagai teknik, sebagian lagi sebagai sifat.
d. Pemahaman
Tiap orang ingin dipahami dan melalui understanding, bantuan dapat diberikan.
Konselor harus mengerti konseli jika dia ingin hubungan konselingnya berhasil.
e. Tingkatan-tingkatan Pemahaman
Menurut
Davis 1963 ada empat tingkatan pemahaman, yaitu:
• Pertama,
pemahaman tentang individu lain seperti tingkahlakunya, kepribadiannya,
minatnya, dsb.
• Kedua, perpaduan antara pemahaman secara
verbal atau intelektual dengan pemahaman secara behavioral atau operasional.
• Ketiga, pemahaman yang dijabarkan secara
langsung dari individu lain untuk memahami dunia internalnya.
• Keempat, tingkatan memahami dirinya sendiri
secara lebih dalam.
4. Kondisi-kondisi Internal
a. Rapport
Rapport berarti hubungan kerja yang tepat yang telah
ditimbulkan dan dicapai antara konseli dan konselor.
b. Empathy
Kekuatan untuk mengerti perasaan-perasaan orang lain
tanpa merasakan sepenuhnya apayang dirasakan oleh orang lain itu.
c. Genuineness
(kesungguhan)
Rogers menyatakan Guineness berarti bahwa perasaan
yang dialami dapat digunakan olehnya, berguna untuk kesadarannya, bahwa dia
dapat bertahan terhadap perasaan-perasaan ini, menggunakanya dalam hubungan dan
dapat menghubungkan dengan tepat dan berfaedah.
d. Attentiveness
(penuh perhatian)
Attentiveness, perhatian membutuhkan ketrampilan
dalam mendengarkan dan mengamati, dengan itu konselor mengetahui dan mengerti
inti, isi, dan apa yang dirasakan oleh konseli.
e. Hubungan
Hubungan antara manusia dalam konseling adalah
hubungan yang timbal balik dan saling mempengaruhi antar anggota-anggota yang
terlibat di dalam hubungan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
konselor
dapat menggunakan berbagai macam variasi, tindakan, pikiran sesuai dengan
kebutuhan dan ciri khas masalah yang dihadapi oleh konseli. Meskipun demikian,
konselor tetap harus berpegang pada pola eklektik, menguasai sejumlah prosedur
dan teknik serta memilih manakah yang paling tepat dan sesuai dari berbagai
prosedur dan tehnik tersebut.
B.
Saran
Meskipun
terdapat berbagai karakteristik yang harus dipenuhi untuk mencapainya proses
konseling yang baik, disarankan seorang calon konselor untuk dapat selalu
membenahi dan memperbaiki dirinya kearah yang labih baik dan lebih mendekatkan
diri pada yang maha kuasa serta memperkuat ilmu agama agar konseling yang
dilaksanakan lebih berjalan dengan baik serta sesuai dengan kaidah-kaidah yang
ada dalam agama. Selain itu, karakteristik konselor dapat mendorong timbulnya public trust terhadap diri seorang
konselor.
Daftar
pustaka :
¨
Surya, Mohamad. 1988. Dasar-dasar Penyuluhan(Konseling). Jakarta : Dependikbudna
¨
Syamsu, Yusuf, Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Rosda
¨
Juntika, Ahmad. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Refika Aditama
kenapa gabisa di copas kaka:(
BalasHapusbiar sedikit ada usahanya de :D
BalasHapus