>

Sabtu, 20 Desember 2014

Gangguan-Gangguan Anxietas










GANGGUAN – GANGGUAN ANXIETAS
A.    Pengertian Anxietas
Anxietas adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap yaitu, bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan. Dalam bentuknya yang ekstrim, kecemasan dapat mengganggu fungsi kita sehari-hari. Kecemasan dapat menjadi reaksi emosional yang normal dibeberapa situasi, tetapi tidak disituasi lainnya.
B.     Macam-macam gangguan anxietas
1.      Gangguan panik
Gangguan panik mencakup munculnya serangan panik yang berulang dan tidak ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatanya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada sebabnya
terduga. Serangan panik melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai dengan sintom-sintom fisik seperti jantung berdebar-debar, nafas cepat, nafas tersengal atau kesulitan bernafas, berkeringat banyak dan rasa lemas serta pusing tujuh keliling.
Serangan panik terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncak intensitas dalam 10 sampai 15 menit. Serangan panik biasanya berlangsung selama beberapa menit, tetapi dapat berlanjut sampai berjam-jam, dan diasosiasikan dengan dorongan yang kuat untuk melarikan diri dari situasi dimana serangan itu terjadi.
Orang yang mengalami serangan panik cenderung sangat menyadari adanya perubahan pada degub jantung mereka. Mereka sering kali percaya bahwa mereka mengalami serangan jantung meskipun tidak ada yang salah dengan jantung mereka. Dalam banyak kasus, orang yang mengalami serangan panik membatasi aktivitas mereka untuk menghindari tempat-tempat yang mereka takutkan terdapat kemungkinan untuk terjadi serangan.
Kriteria gangguan panik yaitu : (1) memiliki serangan panik secar berulang dan tak terduga (sedikitnya dua kali) (2) sedikitnya satu dari serangan tersebut diikuti oleh paling tidak satu bulan rasa takut yang persistern akan adanya serangan (misal takut kehilangan akal atau “menjadi gila” atau menderita seranagn jantung), atau perubahan tingkah laku yang signifikan.

2.      Gangguan Kecemasan Menyeluruh
Gangguan kecemasan menyeluruh (Generalized anxiety disorder / GAD) ditandai oleh persaan cemas yang persistern yang tidak dipicu oleh suatu objek, situasi, atau aktivitas yang spesifik. Ciri utama GAD adalah rasa cemas (Ruscio,Berkovec, & Ruscio. 2001). Orang dengan GAD adalah pencemas yang kronis. Mungkin mereka mencemaskan secara berlebihan keadan hidup mereka, seperti kenangan, kesejahteraan, anak-anak, dan hubungan sosial mereka.
Ciri lain dari GAD adalah merasa tegang, was-was, atau khawatir, mudah lelah: mempunyai kesulitan berkonsentrasi atau menemukan bahwa pikiranya menjadi kosong iritabilitas. Ketegangan otot dan adanya gangguan tidur.
Meskipun GAD secara tipikal kurang intens dalam respon psikologisnya dibanding gangguan panik, dister emosional dyang diasosiasikan dengan GAD cukup parah untuk menggangu kehidupan sehari-hari.
3.      Gangguan Fobia
Kata fobia berasal dari kata Yunani yaitu phobos, berarti “takut”. Konsep takut dan cemas bertautan erat. Takut adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai respon terhadap suatu ancaman. Gangguan fobia adalah rasa takut yang parsisten terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamanya.
Hal yang aneh tentang fobia adalah biasanyamelibatkan ketakutan terhadap peristiwa yang biasa dalam hidup, bukan yang luar biasa. Orang dengan fobia mengalami ketakutan untuk hal-hal biasa yang untuk orang lain sudah tidak dipikir lagi, sepaerti naik elevator naik mobil di jalan raya.
Tipe fobia yang berbeda biasanya muncul pada usia yang berbeda-beda pula. Berikut tipe fobia yang diklasifikasikan dalam sistem DSM, yaitu :
·         Fobia spesifik
Fobia spesifik adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau situasi spesifik, seperti ketakutan terhadap ketinggian, takut terhadap tempat tertutup, atau ketakutan terhadap binatang-binatang misal tikus atau ular.
·         Fobia sosial
Ketakutan yang berlebihan terhadap interaksi atau situasi sosial. Orang-orang dengan fobia sosial mempunyai ketakutan yang intens terhadap situasi sosial sehingga mereka mungkin sama sekali menghindarinya, atau menghadapinya dengan distres yang sangat besar. Orang dengan fobia sosial takut untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang memalukan atau yang akan membuat dirinya merasa hina.
Fobia sosial dapat mempunyai pengaruh besar pada fungsi sehari-hari dan kualitas hidup seseorang. Fobia sosial tipikal bermula pada masa kanak-kanak atau remaja dan sering sekali diasosiasikan dengan riwayat rasa malu.
·         Agorafobia
Kata agorafobia berasal dari bahasa yunani yang berarti “ takut kepada pasar “, yang sugestif untuk ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai. Augorafobia melibatkan ketakutan terhadap tempat-tempat atau situasi-situasi yang memberi kesulitan atau membuat malu seseorang untuk kabur dari situ bila terjadi simtom-simtom panik. Orang-orang dengan agorafobia takut untuk pergi berbelanja ditoko- toko yang penuh sesak.
Augorafobia dapat terjadi bersamaan atau tidak bersamaan dengan gangguan panik yang menyertai. Pada gangguan panik dengan agorafobia, orang tersebut hidup dengan ketakutan akan terjadi serangan yang berulang dan menghindari tempat-tempat umum di mana serangan telah terjadi atau mungkin terjadi.
4.  Gangguan Obsesif-Komplusif
Obsesi adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusif dan berulang yang sepertinya berada diluar kemampuan seseorang untuk mengendalikanya. Obsesi dapat menjadi sangat kuat dari persisten sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan distres serta kecemasan yang signifikan.
Komplusi adalah tingkah laku yang repetitif atau tindakan mental repetitif yang dirasakan oleh seseorang sebagai suatu keharusan atau dorongan yang harus dilakukan. Kebanyakan komplusi jatuh ke dalam dua kategori yaitu ritual pengecekan dan ritual bersih-bersih.
Komplusi sering menyertai obsesi dan sepertinya memberi sedikit kelegaan untuk kecemasan yang ditimbulkan oleh pikiran obsesif. Ritual komplusif sepertinya juga mengurangi kecemasan yang akan terjadi seandainya tingkah laku tersebut dicegah untuk dilakukan. Gangguan obsesig – komplusif dialami 2% sampai 3% masyarakat umum pada suatu saat dalam hidup mereka.
5.    Gangguan Stress Akut dan Gangguan Stres Pascatrauma
Gangguan stres akut adalah suatu reaksi maladaptif yang terjadi pada bulan pertama sesudah pengalaman traumatis. Gangguan stres pascatrauma adalah reaksi PTSD, karena banyak orang dengan ASD yang kemudian mengembangkan PTSD. Pada ASD dan PTSD, peristiwa traumatis tersebut melibatkan kematian atau ancaman kematian atau cedera fisik yang serius, atau ancaman terhadap keselamatan diri sendiri atau orang lain. Respon terhadap ancaman tersebut mencakup perasaan takut yang intens, perasaan tak berdaya atau rasa ngeri.
Perbedaan utama antara kedua gangguan tersebut adalah pada ASD penekananya pada disosiasi-perasaan asing terhadap diri sendiri atau terhadap lingkungan. Gangguan stres akut sering sekali terjadi dalam konteks peperangan atau pemaparan terhadap bencana alam atau teknologi.
Dalam gangguan stres akut atau pascatrauma, peristiwa traumatis mungkin seakan dialami kembali dalam berbagai macam cara. Mungkin dalam bentuk ingatan-ingatan yang intrusif, mimpi-mimpi, dan perasaan bahwa peristiwa tersebut memang terulang kembali. Orang-orang dengan reaksi stres traumatis cenderung untuk menghindari stimuli yang membangkitkan ingatan terhadap trauma.

C.     Faktor Penyebab Gangguan Anxietas
Faktor yang mempengaruhi anxietas ada dua yaitu faktor kognitif dan biologis.
a)      Faktor Kognitif
Fokus dari perspektif kognitif adalah pada peran dari cara pikir yang terdistoris dan disfungsional yang mungkin memegang peran pada pengembangan gaguan – gangguan kecemasan. Marilah kita perhatikan beberapa gaya berfikir yang oleh para peneliti dikaitkan dengan gangguan – gangguan kecemasan.
·         Prediksi berlebihan terhadap rasa takut.
Orang dengan gangguan-gangguan kecemasan sering kali memprediksi secara berlebihan tentang seberapa besar ketakutan atau kecemasan yang akan mereka alami dalam situasi-situasi pembangkit kecemasan. Orang dengan fobia ular misalnya mungkin berharap akan gemetara ketika berhadapan dengan seekor ular. Tetapi secara tipikal, ketakutan atau rasa sakit yang aktual dialami selama pemaparan terhadap stimulasi  fobiak, biasanya sangat kurang  dibandingkan dengan yang diharapkan oleh oranglain. Meskipun demikian kecenderungan untuk mengharapkan yang buruk mendorong pengindraan situasi yang ditakuti , yang pada giliranya menghalangi individu untuk belajar menghadapi dan mengatasi kecemasan.
·         Keyakinan yang self-defeating atau irasional
Self-defeating dapat meningkatkan dan mengenalkan gangguan- gangguan kecemasan fobia. Orang dengan fobia juga cenderung untuk mempunyai lebih banyak keyakinan irasional seperti yang ada dalam daftar yang dibuat oleh Albert Ellis, dibandingkan dengan orang-orang yang tidak punya fobia. Keyakinan-keyakinan ini mencakup kebutuhan yang berlebihan untuk mendapat pengakuan dari semua orang yang dijumpainya dan untuk menghindari setiap situasi dimana ada kemungkinan negatif oleh orang lain.
·         Sensitivitas Berlebihan Terhadap Ancaman
Suatu sensitivitas berlebih terhadap sinyal ancaman adalah ciri utama dari gangguan-gangguan kecemasan (Beck & Clark, 1997). Orang-orang dengan fobia mempersepsikan bahaya pada situasi-situasi yang oleh kebanyak orang dianggap aman, seperti menaniki elevator atau mengendarai mobil melalui jembatan. Kita semua mempunyai sistem alarm internal yang sensitif terhadap sinyal ancaman. Sistem ini secara evolusi mempunyai keuntungan untuk manusia purba untuk meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dalam lingkungan yang erat akan hostilitas (Beck & Clark, 1997).
·         Sensitivitas Kecemasan
Sensitivitas kecemasan (anxiety sensitivity) biasanya didefinisikan sebagai ketakutan terhadap kecemasan dan simtom-simtom yang terkai dengan kecemasan (Zinbarg dkk, 2001). Orang dengan taraf sensitivitas yang tinggi terhadap kecemasan mempunyai ketakutan terhadap ketakutan itu sendiri. Mereka takut terhadap emosi-emosi mereka atau takut bahwa keterangsangan tubuh yang diasosiasikan dengan keadaan tersebut akan menjadi tidak terkendali, mengakibatkan konsekuensi yang merugikan, seperti menderita serangan jantung (Williams, Chambless, & Ahrens, 1997).
·         Salah Mengatribusikan Sinyal-Sinyal Tubuh
Para teoritikus kognitif menunjukan peran dari salah interpretasi yang membawa bencana seperti peran palpitasi jantung, pusing tujuh keliling, kepala enteng dalam eskalasi dari sinto-sintom panik menjadi serangan panik yang parah (Clark, 1986 : Zoellner, Craske & Rapee, 1996).
·         Self-Efficacy yang Rendah
Orang dengan self-efficacy yang rendah (kurang keyakinan pada kemampuannya untuk melaksanakan tugas-tugas dengan sukses) cenderung untuk berfokus pada ketidak kuatan yang dipersepsikannya.
Misalnya, bukti menunjukkan bahwa orang-orang dengan gangguan panik mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk salah menginterpretasi sensasi-sensai tubuh sebagai tanda dari akan datangnya bencana dibandingkan dengan orang-orang tanpa gangguan-gangguan kecemasan atau mereka dengan gangguan-gangguan kecemasan tipe lainnya.
b)      Faktor Biologis
Di dalam faktor biologi terdapat hal yang mempengaruhi, seperti faktor genetis dan  aspek ketidak seimbangan biokimia di otak.
Ø   Faktor Genetis
Faktor-faktor genetis tampak mempunyai peran penting dalam perkenmbangan gangguan-gangguan kecemasan, termasuk gannguan panik, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan-gangguan fobia. Penelitian telah  mengaitkan suatu gen dengan neurotisme (neuroticism), suatu trait kepribadian yang mungkin mendasari kemudahan untuk berkembangnya gangguan-gangguan kecemasan.
Ø  Aspek-Aspek Biokimia
Menurut model Klein, sinyal kekurangan udara yang berasal dari hiperventilasi atau penyebab lainnya memicu suatu alarm respitori, yang lalu memproduksi aliran sensasi yang melibatkan serangan panik klasik :nafas pendek,sensasi tercekik, pusing tujuh keliling, seperti mau pingsan, peningkatan denyut jantung atau palpitasi (jantung berdebar-debar), gemetaran, sensasi panas dingin, dan perasaan mual. Meskipun demikian, adalah mungkin bahwa sinyal yang menimbulkan banyak serangan panik mungkin bersifat internal, melibatkan perubahan-perubahan pada sensasi tubuh ,dan bukan sesuatu yang bersifat internal. Perubahan-perubahan pada sinyal fisik, dikombinasikan dengan pikiran katastrofik, dapat menyebabkan membubungnya kecemasan yang terkulminasi menjadi serangan panik yang sebesar-besarnya.
D.    Penanganan Gangguan Anxietas
Dalam mengatasi gangguan kecemasan terdapat empat pendekatan, yaitu :
1)      Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang di lekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam (innerconflict) diri mereka.
Terapis psikodinamika yang lebih modern juga menyadarkan klien mengenai sumber-sumber konflik yang berasal dari dalam. Tetapi, dibandingkan dengan pendekatan tradisional, mereka lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaan hubungan sekarang ini dari pada hubungan-hubungan di masa lampau,dan mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif. Meskipun terapis-terapis psikodinamika terbukti membantu dalam menangani gangguan-gangguan kecemasan, bukti empiris ekstensif yang membuktikan efektifitas mereka tidaklah mencukupi.
2)      Pendekatan Humanistik
Terapis- terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesungguhnya, dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3)      Pendekatan Biologis
Berbagai variasi obat-obatan dipakai untuk mengobati gangguan-gangguan kecemasan. Misalnya obat penenang ringan seperti dari golongan benzodiahzepine, valium (nama generik, diazepam) dan Xanax (alparazolam).Masalah potensial dengan terapi obat adalah bahwa pasien kemungkinan menganggap perbaikan klinis yang terjadi di sebabkan oleh obat dan bukan karena sumber daya mereka sendiri. Obat-obat ini juga tidak membawa kesembuhan total. Kambuh sering terjadi setelah pasien menghentikan pengobatan.
4)      Pendekatan Belajar
Inti dari pendekatan ini adalah usaha untuk membantu individu-individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi objek-objek atau situasi-situasi yang menimbulkan ketakutan dan kecemasan.








KESIMPULAN
Anxietas adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap yaitu, bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan. Macam-macam gangguan anxietas terdiri dari gangguan panik, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan fobia, gangguan obseseif-komplusif, gangguan sters akut dan gangguan stres pascatrauma.
Faktor penyebab anxietas yaitu faktor kognitif dan faktor biologis. Penanganan gangguan anxietas menggunakan pendekatan-pendekatan yaitu pendekatan psikodinamika, pendekatan humanistik, pendekatan bioligis, pendekat belajar.

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan ya :)