GANGGUAN – GANGGUAN ANXIETAS
A.
Pengertian
Anxietas
Anxietas
adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa
sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan adalah respon yang tepat
terhadap yaitu, bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan.
Dalam bentuknya yang ekstrim, kecemasan dapat mengganggu fungsi kita
sehari-hari. Kecemasan dapat menjadi reaksi emosional yang normal dibeberapa
situasi, tetapi tidak disituasi lainnya.
B.
Macam-macam
gangguan anxietas
1.
Gangguan panik
Gangguan
panik mencakup munculnya serangan panik yang berulang dan tidak ancaman, tetapi
kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatanya tidak sesuai dengan proporsi
ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada sebabnya
terduga. Serangan panik melibatkan
reaksi kecemasan yang intens disertai dengan sintom-sintom fisik seperti
jantung berdebar-debar, nafas cepat, nafas tersengal atau kesulitan bernafas,
berkeringat banyak dan rasa lemas serta pusing tujuh keliling.
Serangan panik terjadi secara
tiba-tiba dan mencapai puncak intensitas dalam 10 sampai 15 menit. Serangan
panik biasanya berlangsung selama beberapa menit, tetapi dapat berlanjut sampai
berjam-jam, dan diasosiasikan dengan dorongan yang kuat untuk melarikan diri
dari situasi dimana serangan itu terjadi.
Orang yang mengalami serangan panik
cenderung sangat menyadari adanya perubahan pada degub jantung mereka. Mereka
sering kali percaya bahwa mereka mengalami serangan jantung meskipun tidak ada
yang salah dengan jantung mereka. Dalam banyak kasus, orang yang mengalami
serangan panik membatasi aktivitas mereka untuk menghindari tempat-tempat yang
mereka takutkan terdapat kemungkinan untuk terjadi serangan.
Kriteria gangguan panik yaitu : (1)
memiliki serangan panik secar berulang dan tak terduga (sedikitnya dua kali) (2)
sedikitnya satu dari serangan tersebut diikuti oleh paling tidak satu bulan
rasa takut yang persistern akan adanya serangan (misal takut kehilangan akal
atau “menjadi gila” atau menderita seranagn jantung), atau perubahan tingkah
laku yang signifikan.
2.
Gangguan
Kecemasan Menyeluruh
Gangguan kecemasan menyeluruh (Generalized
anxiety disorder / GAD) ditandai oleh persaan cemas yang persistern yang
tidak dipicu oleh suatu objek, situasi, atau aktivitas yang spesifik. Ciri
utama GAD adalah rasa cemas (Ruscio,Berkovec, & Ruscio. 2001). Orang dengan
GAD adalah pencemas yang kronis. Mungkin mereka mencemaskan secara berlebihan
keadan hidup mereka, seperti kenangan, kesejahteraan, anak-anak, dan hubungan
sosial mereka.
Ciri lain dari GAD adalah merasa
tegang, was-was, atau khawatir, mudah lelah: mempunyai kesulitan berkonsentrasi
atau menemukan bahwa pikiranya menjadi kosong iritabilitas. Ketegangan otot dan
adanya gangguan tidur.
Meskipun GAD secara tipikal kurang
intens dalam respon psikologisnya dibanding gangguan panik, dister emosional
dyang diasosiasikan dengan GAD cukup parah untuk menggangu kehidupan
sehari-hari.
3.
Gangguan Fobia
Kata fobia berasal dari kata Yunani
yaitu phobos, berarti “takut”. Konsep takut dan cemas bertautan erat. Takut
adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai respon terhadap suatu ancaman.
Gangguan fobia adalah rasa takut yang parsisten terhadap objek atau situasi dan
rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamanya.
Hal yang aneh tentang fobia adalah
biasanyamelibatkan ketakutan terhadap peristiwa yang biasa dalam hidup, bukan
yang luar biasa. Orang dengan fobia mengalami ketakutan untuk hal-hal biasa
yang untuk orang lain sudah tidak dipikir lagi, sepaerti naik elevator naik
mobil di jalan raya.
Tipe fobia yang berbeda biasanya
muncul pada usia yang berbeda-beda pula. Berikut tipe fobia yang diklasifikasikan
dalam sistem DSM, yaitu :
·
Fobia spesifik
Fobia spesifik adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten
terhadap objek atau situasi spesifik, seperti ketakutan terhadap ketinggian,
takut terhadap tempat tertutup, atau ketakutan terhadap binatang-binatang misal
tikus atau ular.
·
Fobia sosial
Ketakutan yang berlebihan terhadap interaksi atau situasi sosial.
Orang-orang dengan fobia sosial mempunyai ketakutan yang intens terhadap
situasi sosial sehingga mereka mungkin sama sekali menghindarinya, atau
menghadapinya dengan distres yang sangat besar. Orang dengan fobia sosial takut
untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang memalukan atau yang akan membuat
dirinya merasa hina.
Fobia sosial dapat mempunyai pengaruh besar pada fungsi sehari-hari
dan kualitas hidup seseorang. Fobia sosial tipikal bermula pada masa
kanak-kanak atau remaja dan sering sekali diasosiasikan dengan riwayat rasa
malu.
·
Agorafobia
Kata agorafobia berasal dari bahasa yunani yang berarti “ takut
kepada pasar “, yang sugestif untuk ketakutan berada di tempat-tempat terbuka
dan ramai. Augorafobia melibatkan ketakutan terhadap tempat-tempat atau
situasi-situasi yang memberi kesulitan atau membuat malu seseorang untuk kabur
dari situ bila terjadi simtom-simtom panik. Orang-orang dengan agorafobia takut
untuk pergi berbelanja ditoko- toko yang penuh sesak.
Augorafobia dapat terjadi bersamaan atau tidak bersamaan dengan
gangguan panik yang menyertai. Pada gangguan panik dengan agorafobia, orang
tersebut hidup dengan ketakutan akan terjadi serangan yang berulang dan
menghindari tempat-tempat umum di mana serangan telah terjadi atau mungkin
terjadi.
4.
Gangguan
Obsesif-Komplusif
Obsesi adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusif dan
berulang yang sepertinya berada diluar kemampuan seseorang untuk
mengendalikanya. Obsesi dapat menjadi sangat kuat dari persisten sehingga
mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan distres serta kecemasan yang
signifikan.
Komplusi adalah tingkah laku yang repetitif atau tindakan mental
repetitif yang dirasakan oleh seseorang sebagai suatu keharusan atau dorongan
yang harus dilakukan. Kebanyakan komplusi jatuh ke dalam dua kategori yaitu
ritual pengecekan dan ritual bersih-bersih.
Komplusi sering menyertai obsesi dan sepertinya memberi sedikit
kelegaan untuk kecemasan yang ditimbulkan oleh pikiran obsesif. Ritual
komplusif sepertinya juga mengurangi kecemasan yang akan terjadi seandainya
tingkah laku tersebut dicegah untuk dilakukan. Gangguan obsesig – komplusif
dialami 2% sampai 3% masyarakat umum pada suatu saat dalam hidup mereka.
5.
Gangguan Stress
Akut dan Gangguan Stres Pascatrauma
Gangguan stres akut adalah suatu reaksi maladaptif yang terjadi
pada bulan pertama sesudah pengalaman traumatis. Gangguan stres pascatrauma
adalah reaksi PTSD, karena banyak orang dengan ASD yang kemudian mengembangkan
PTSD. Pada ASD dan PTSD, peristiwa traumatis tersebut melibatkan kematian atau
ancaman kematian atau cedera fisik yang serius, atau ancaman terhadap
keselamatan diri sendiri atau orang lain. Respon terhadap ancaman tersebut
mencakup perasaan takut yang intens, perasaan tak berdaya atau rasa ngeri.
Perbedaan utama antara kedua gangguan tersebut adalah pada ASD
penekananya pada disosiasi-perasaan asing terhadap diri sendiri atau terhadap
lingkungan. Gangguan stres akut sering sekali terjadi dalam konteks peperangan
atau pemaparan terhadap bencana alam atau teknologi.
Dalam gangguan stres akut atau pascatrauma, peristiwa traumatis
mungkin seakan dialami kembali dalam berbagai macam cara. Mungkin dalam bentuk
ingatan-ingatan yang intrusif, mimpi-mimpi, dan perasaan bahwa peristiwa
tersebut memang terulang kembali. Orang-orang dengan reaksi stres traumatis
cenderung untuk menghindari stimuli yang membangkitkan ingatan terhadap trauma.
C.
Faktor Penyebab
Gangguan Anxietas
Faktor yang mempengaruhi anxietas ada dua yaitu faktor kognitif dan
biologis.
a)
Faktor Kognitif
Fokus dari perspektif kognitif adalah pada peran dari cara pikir
yang terdistoris dan disfungsional yang mungkin memegang peran pada
pengembangan gaguan – gangguan kecemasan. Marilah kita perhatikan beberapa gaya
berfikir yang oleh para peneliti dikaitkan dengan gangguan – gangguan
kecemasan.
·
Prediksi
berlebihan terhadap rasa takut.
Orang dengan gangguan-gangguan kecemasan sering kali memprediksi
secara berlebihan tentang seberapa besar ketakutan atau kecemasan yang akan
mereka alami dalam situasi-situasi pembangkit kecemasan. Orang dengan fobia
ular misalnya mungkin berharap akan gemetara ketika berhadapan dengan seekor
ular. Tetapi secara tipikal, ketakutan atau rasa sakit yang aktual dialami
selama pemaparan terhadap stimulasi
fobiak, biasanya sangat kurang
dibandingkan dengan yang diharapkan oleh oranglain. Meskipun demikian
kecenderungan untuk mengharapkan yang buruk mendorong pengindraan situasi yang
ditakuti , yang pada giliranya menghalangi individu untuk belajar menghadapi
dan mengatasi kecemasan.
·
Keyakinan yang
self-defeating atau irasional
Self-defeating dapat meningkatkan dan mengenalkan gangguan-
gangguan kecemasan fobia. Orang dengan fobia juga cenderung untuk mempunyai
lebih banyak keyakinan irasional seperti yang ada dalam daftar yang dibuat oleh
Albert Ellis, dibandingkan dengan orang-orang yang tidak punya fobia.
Keyakinan-keyakinan ini mencakup kebutuhan yang berlebihan untuk mendapat
pengakuan dari semua orang yang dijumpainya dan untuk menghindari setiap
situasi dimana ada kemungkinan negatif oleh orang lain.
·
Sensitivitas
Berlebihan Terhadap Ancaman
Suatu sensitivitas berlebih terhadap sinyal ancaman adalah ciri
utama dari gangguan-gangguan kecemasan (Beck & Clark, 1997). Orang-orang
dengan fobia mempersepsikan bahaya pada situasi-situasi yang oleh kebanyak
orang dianggap aman, seperti menaniki elevator atau mengendarai mobil melalui
jembatan. Kita semua mempunyai sistem alarm internal yang sensitif terhadap
sinyal ancaman. Sistem ini secara evolusi mempunyai keuntungan untuk manusia
purba untuk meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dalam lingkungan yang erat
akan hostilitas (Beck & Clark, 1997).
·
Sensitivitas
Kecemasan
Sensitivitas kecemasan (anxiety sensitivity) biasanya didefinisikan
sebagai ketakutan terhadap kecemasan dan simtom-simtom yang terkai dengan
kecemasan (Zinbarg dkk, 2001). Orang dengan taraf sensitivitas yang tinggi
terhadap kecemasan mempunyai ketakutan terhadap ketakutan itu sendiri. Mereka
takut terhadap emosi-emosi mereka atau takut bahwa keterangsangan tubuh yang
diasosiasikan dengan keadaan tersebut akan menjadi tidak terkendali, mengakibatkan
konsekuensi yang merugikan, seperti menderita serangan jantung (Williams,
Chambless, & Ahrens, 1997).
·
Salah
Mengatribusikan Sinyal-Sinyal Tubuh
Para teoritikus kognitif menunjukan peran dari salah interpretasi
yang membawa bencana seperti peran palpitasi jantung, pusing tujuh keliling,
kepala enteng dalam eskalasi dari sinto-sintom panik menjadi serangan panik
yang parah (Clark, 1986 : Zoellner, Craske & Rapee, 1996).
·
Self-Efficacy yang Rendah
Orang
dengan self-efficacy yang rendah (kurang keyakinan pada kemampuannya
untuk melaksanakan tugas-tugas dengan sukses) cenderung untuk berfokus pada
ketidak kuatan yang dipersepsikannya.
Misalnya, bukti menunjukkan bahwa orang-orang dengan gangguan panik
mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk salah menginterpretasi
sensasi-sensai tubuh sebagai tanda dari akan datangnya bencana dibandingkan
dengan orang-orang tanpa gangguan-gangguan kecemasan atau mereka dengan
gangguan-gangguan kecemasan tipe lainnya.
b)
Faktor Biologis
Di dalam
faktor biologi terdapat hal yang mempengaruhi, seperti faktor genetis dan aspek ketidak seimbangan biokimia di otak.
Ø Faktor Genetis
Faktor-faktor genetis tampak mempunyai peran penting dalam
perkenmbangan gangguan-gangguan kecemasan, termasuk gannguan panik, gangguan
kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan-gangguan fobia.
Penelitian telah mengaitkan suatu gen
dengan neurotisme (neuroticism), suatu trait kepribadian yang
mungkin mendasari kemudahan untuk berkembangnya gangguan-gangguan kecemasan.
Ø Aspek-Aspek Biokimia
Menurut model Klein, sinyal kekurangan udara yang berasal dari
hiperventilasi atau penyebab lainnya memicu suatu alarm respitori, yang lalu
memproduksi aliran sensasi yang melibatkan serangan panik klasik :nafas pendek,sensasi
tercekik, pusing tujuh keliling, seperti mau pingsan, peningkatan denyut
jantung atau palpitasi (jantung berdebar-debar), gemetaran, sensasi panas
dingin, dan perasaan mual. Meskipun demikian, adalah mungkin bahwa sinyal yang
menimbulkan banyak serangan panik mungkin bersifat internal, melibatkan
perubahan-perubahan pada sensasi tubuh ,dan bukan sesuatu yang bersifat
internal. Perubahan-perubahan pada sinyal fisik, dikombinasikan dengan pikiran
katastrofik, dapat menyebabkan membubungnya kecemasan yang terkulminasi menjadi
serangan panik yang sebesar-besarnya.
D.
Penanganan
Gangguan Anxietas
Dalam mengatasi gangguan kecemasan terdapat empat pendekatan, yaitu
:
1)
Pendekatan
Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang
di lekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya
tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien
merupakan simbolisasi dari konflik dalam (innerconflict) diri mereka.
Terapis psikodinamika yang lebih modern juga menyadarkan klien
mengenai sumber-sumber konflik yang berasal dari dalam. Tetapi, dibandingkan
dengan pendekatan tradisional, mereka lebih menjajaki sumber kecemasan yang
berasal dari keadaan hubungan sekarang ini dari pada hubungan-hubungan di masa
lampau,dan mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih
adaptif. Meskipun terapis-terapis psikodinamika terbukti membantu dalam
menangani gangguan-gangguan kecemasan, bukti empiris ekstensif yang membuktikan
efektifitas mereka tidaklah mencukupi.
2)
Pendekatan
Humanistik
Terapis- terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami
dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka sesungguhnya.
Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka
yang sesungguhnya, dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan
mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke
permukaan.
3)
Pendekatan
Biologis
Berbagai variasi obat-obatan dipakai untuk mengobati
gangguan-gangguan kecemasan. Misalnya obat penenang ringan seperti dari
golongan benzodiahzepine, valium (nama generik, diazepam) dan
Xanax (alparazolam).Masalah potensial dengan terapi obat adalah bahwa
pasien kemungkinan menganggap perbaikan klinis yang terjadi di sebabkan oleh
obat dan bukan karena sumber daya mereka sendiri. Obat-obat ini juga tidak
membawa kesembuhan total. Kambuh sering terjadi setelah pasien menghentikan
pengobatan.
4)
Pendekatan
Belajar
Inti
dari pendekatan ini adalah usaha untuk membantu individu-individu menjadi lebih
efektif dalam menghadapi objek-objek atau situasi-situasi yang menimbulkan
ketakutan dan kecemasan.
KESIMPULAN
Anxietas adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang
mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan adalah
respon yang tepat terhadap yaitu, bila bukan merupakan respon terhadap
perubahan lingkungan. Macam-macam gangguan anxietas terdiri dari gangguan
panik, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan fobia, gangguan
obseseif-komplusif, gangguan sters akut dan gangguan stres pascatrauma.
Faktor penyebab anxietas yaitu faktor kognitif dan faktor biologis.
Penanganan gangguan anxietas menggunakan pendekatan-pendekatan yaitu pendekatan
psikodinamika, pendekatan humanistik, pendekatan bioligis, pendekat belajar.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan ya :)