BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gangguan Kepribadian
Gangguan
kepribadian adalah perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang
benar-benar kaku. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri
terhadap tuntutan eksternal, sehingga pola tersebut pada akhirnya bersifat
self-defeating. Trait-trait kepribadian yang terganggu menjadi jelas dimasa
remaja atau masa awal masa dewasa dan terus berlanjut di sepanjang kehidupan
dewasa, semakin mendalam dan mengakar sehingga semakin sulit untuk diubah.
DSM
membagi gangguan kepribadian menjadi 3 kelompok :
1. Kelompok
A : Orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup gangguan
kepribadian paranoid, schizoid, dan skizotipal.
2. Kelompok
B : Orang dengan perilaku yang terlalu dramatis, emosional, atau eratik (tidak
menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian antisocial, ambang,
histrionic, dan narsistik.
3. Kelompok
C : Orang yang sering kali tampak cemas atau ketakutan. Kelompok ini mencakup
gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesif-kompulsif.
B. Gangguan
Kepribadian yang Ditandai oleh Perilaku Aneh atau Eksentrik
Kelompok
gangguan ini meliputi gangguan paranoid, Skizoid, dan skizotipal. Orang dengan
gangguan ini sering memiliki kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain,
atau mereka menunjukan sedikit atau tidak adanya minat dalam mengembangkan
hubungan social.
1. Gangguan Kepribadian Paranoid
Gangguan
kepribadian paranoid adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh kecurigaan
akan motif orang lain, namun belum sampai titik delusi. Trait penentu dalam
gangguan kepribadian paranoid (paranoid personality disorder) adalah perasaan
curiga yang pervasif yaitu kecenderungan untuk menginterpretasi perilaku orang
lain sebagai hal yang mengancam atau
merendahkan. Orang dengan gangguan ini sangat tidak percaya dengan orang lain,
dan hubungan sosial mereka terganggu karenanya.
Orang
yang memiliki kepribadian paranoid cenderung sensiyif terhadap kritikan. Mereka
mudah marah dan tidak terima jika diperlaukan dengan buruk. Mereka cenderung
tidak mempercayaakan rahasia pribadi pada orang lainkarena mereka yakin bahwa
informasi pribadi akan digunakan untuk menyerang mereka.
Para
penderita gangguan kepribadian paranoid cenderung tidak memiliki kemampuan
untuk menyatakan perasaan negatif yang mereka miliki terhadap orang lain, selain
itu mereka pada umumnya juga tidak kehilangan hubungan dengan dunia nyata,
dengan kata lain berada dalam kesadaran saat mengalami kecurigaan yang mereka
alami walau secara berlebihan Beberapa gejala yang ditunjukan dalam gangguan
kepribadian paranoid antara lain adalah:
1. Kecurigaan
yang sangat berlebihan.
2. Meyakini
akan adanya motif-motif tersembunyi dari orang lain.
3. Merasa
akan dimanfaatkan atau dikhianati oleh orang lain.
4. Ketidakmampuan
dalam melakukan kerjasama dengan orang lain.
5. Isolasi
sosial.
6. Gambaran
yang buruk mengenai diri sendiri.
7. Sikap
tidak terpengaruh.
8. Rasa
permusuhan.
9. Secara
terus menerus menanggung dendam yaitu dengan tidak memaafkan kerugian, cedera
atau kelalaian.
10. Kurang
memiliki rasa humor.
Mereka
yang memiliki gangguan ini menunjukan kebutuhan yang tinggi terhadap mencukupi
dirinya, terkesan kaku dan bahkan memberikan tuduhan kepada orang lain.
Dikarenakan perilaku menghindar mereka terhadap kedekatan dengan orang lain
menjadikan mereka terlihat sangat penuh perhitungan dalam bertindak dan juga
berkesan dingin. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kebanyakan gangguan ini
ditemukan pada pria dibandingkan pada perempuan.
Penyebab
Secara
spesifik penyebab dari munculnya gangguan ini masih belum diketahui, namun
seringkali dalam suatu kasus muncul pada
individu yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia, dengan
kata lain faktor genetik masih mempengaruhi. Gangguan kepribadian paranoid juga
dapat disebabkan oleh pengalaman masa kecil yang buruk ditambah dengan keadaan
lingkungan yang dirasa mengancam. Pola asuh dari orang tua yang cenderung tidak
menumbuhkan rasa percaya antara anak dengan orang lain juga dapat menjadi
penyebab dari berkembangnya gangguan ini.
Penanggulangan
Perawatan
untuk gangguan kepribadian paranoid akan sangat efektif untuk mengendalikan
paranoia (perasaan curiga berlebih) penderita, namun hal itu akan selalu
menjadi sulit dikarenakan penderita akan selalu memiliki kecurigaan kepada
dokter atau terapis yang merawatnya. Jika dibiarkan saja maka keadaan penderita
akan menjadi lebih kronis. Perawatan yang dilakukan, meliputi sistem perawatan
utama dan juga perawatan yang berada di luar perawatan utama (suplement),
seperti program untuk mengembangkan diri, dukungan dari keluarga, ceramah,
perawatan di rumah, membangun sikap jujur kepad diri sendiri, kesemuanya akan
menyempurnakan dan membantu proses penyembuhan penderita. Sehingga diharapkan
konsekuensi sosial terburuk yang biasa terjadi dari gangguan ini, seperti
perpecahan keluarga, kehilangan pekerjaan dan juga tempat tinggal dapat
dihindari untuk dialami oleh si penderita.
2. Gangguan Kepribadian Skizoid
Gejala
utama yang ditunjukkan penderita penyakit ini adalah mengalami kelainan yang
disebabkan oleh keterbatasan penderita dalam mengekspresikan emosi atau rincian
pengalaman seseorang.
Gejala
Gangguan kepribadian Schizoid
Sebenarnya
penderita penyakit ini tetap dapat melakukan aktifitas secara normal, hanya
saja tidak dapat membangun suatu hubungan yang seimbang dengan orang lain
disekitarnya. Atau dalam kata lain penderita penyakit ini lebih suka menyendiri
dan cenderung berhayal atau berhalusinasi tentang hal-hal yang sulit dijangkau
manusia normal. Biasanya gangguan ini akan mulai dialami ketika penderita mulai
beranjak dewasa.
Penyebab
Berbicara
mengenai penyebabnya diketahui bahwa penyakit ini muncul dikarenakan terjadi
penyimpangan perilaku penderita untuk menjalin relasi dan emosi dengan sesame
sehingga menyebabkan hambatan dalam proses pergaulan dengan orang lain.
Pengobatan
terhadap penderita penyakit ini lebih kepada metode psikologis dimana penderita
diberikan terapi kognitif yang tujuanya untuk membantu penderita berinteraksi
dengan sesama dan lingkungan disekitarnya.Selain itu juga diberikan terapi
perilaku dan terapi kelompok juga untuk memperbaiki kemampuan sosial sehingga
mereka nyaman berada di dalam lingkungan tersebut.
3. Gangguan Kepribadian Sikozotipal
Gangguan
kepribadian skizotipal adalah suatu kondisi gangguan serius dimana individu
hampir tidak pernah berhubungan lagi dengan orang-orang sekitarnya. Individu
tersebut cenderung menutup diri untuk berinteraksi dengan orang lain, kecemasan
luar biasa yang muncul ketika berhadapan dengan situasi sosial.
GEJALA
Individu
dengan gangguan kepribadian skizotipal hampir selalu bermasalah dengan orang
lain dan bersikap tidak ramah kepada siapapun. Kebanyakan dari individu dengan
gangguan kepribadian ini hidup dalam kesendirian, hal ini disebabkan lingkungan
sekitar yang mengisolasinya. Akibatnya, penyimpangan persepsi mengenai bentuk
hubungan interpersonal akan terus berkembang dalam diri individu itu.
Selanjutnya, ia akan menunjukkan perilaku yang aneh, respon yang tidak tepat
dalam bersosialisasi dan sifat-sifat yang tidak lazim.
Kemunculan
gangguan kepribadian skizotipal dimulai pada awal memasuki masa dewasa dan
terus berkembang sepanjang masa hidupnya. Seperti gangguan kepribadian lainnya,
gangguan kepribadian skizotipal disebabkan perilaku dan pengalaman yang tidak
tepat pada masa kanak-kanak, sebagian besar dari gangguan tersebut disebabkan oleh
kesulitan dalam beradaptasi dan pengalaman terhadap penanganan distres.
Diantara
individu yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal diantara mengalami
gangguan dan kesulitan dalam memori, belajar dan perhatian (konsentrasi).
Beberapa gejala kemunculan gangguan tidak diikuti gejala psikotik seperti
delusi dan halusinasi, beda halnya pada gangguan skizofrenia yang disertai
gejala psikotik secara keseluruhan dan intens. Namun demikian, gangguan
kepribadian skizotipal dapat berkembang menjadi skizofrenia.
SIMTOM
Individu
dengan gangguan kepribadian skizotipal hampir selalu berbicara tidak teratur
ketika ia hendak membicarakan suatu hal dan memandang sekelilingnya secara
ekstrim. Kadang mereka juga mempercayai bahwa mereka mempunyai kekuatan
supranatural, indera ke enam atau kekuatan magis lainnya yang dapat mempengaruh
pikiran, perilaku dan emosi orang lain.
Kemunculan
kepribadian skizotipal di masa dewasa dapat diakibatkan masa-masa sebelumnya
(anak-anak) dimana individu hidup dalam kesendirian tanpa orangtua atau anggota
keluarga yang mendampingi, kehidupan sosial yang penuh kecemasan juga dapat
menimbulkan gangguan ini.
Beberapa
simtom gangguan kepribadian skizotipal;
·
Mempunyai pikiran, kepercayaan dan
perilaku yang aneh, eksentrik dan bertentangan dengan norma-norma yang ada.
·
Mempercayai bahwa dirinya mempunyai
kekuatan spesial seperti telepati, indra keenam, dan sebagainya yan berhubungan
dengan paranormal
·
Pengalaman imajinasi seperti adanya
ilusi terhadap tubuhnya
·
Kesulitan dalam mengikuti pembicaraan
atau berbicara aneh-aneh
·
Adanya kecemasan dalam situasi sosial
dan pikiran-pikiran paranoid, serta penilaian negatif terhadap dirinya sendiri
·
Minim respon emosi dan perasaan-perasaan
(afektif) dalam dirinya
·
Sedikit mempunyai teman akrab
PENYEBAB
Seperti
jenis gangguan kepribadian lainnya, kemunculan gangguan kepribadian skizotipal
dimulai pada awal kanak-kanak, berkisar antara tahun pertama dan kedua masa
perkembangan. Kurangnya perhatian terutama pengenalan emosi, meskipun anak itu
tumbuh secara sehat. Kurangnya stimulasi sosial dari orangtua anak akan belajar
menghindari dengan sendirinya dan tidak mencari kesenangan diluar lingkungan
rumahnya.
Anak yang mengalami gangguan skizotipal akan
mengalami hambatan dalam bersosialisasi, mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang
tidak logis, tidak dapat melepaskan diri atau berpikir hal-hal yang berkenaan
dengan magis, dan bahkan paranoid. Perilaku nyata nampak pada sikap anak yang
membentengi dirinya dari rasa curiga ketika digoda (diganggu) atau ketika
mendapatkan perlakuan tidak adil/kasar.
Keluarga,
faktor keturunan keluarga yang memiliki gejala skizofrenia dapat menjadi suatu
kondisi adanya gangguan skizotipal pada anak, faktor-faktor dalam keluarga
lainnya yang memberi kontribusi gangguan kepribadian ini adalah kekerasan dan
penolakan terhadap anak.
TREATMENT
Tidak
ada obat khusus untuk menyembuhkan gangguan kepribadian ini, dokter
menganjurkan obat antidepressant atau antipsikotik bila individu tersebut juga
mengalami gangguan kecemasan, depresi atau gangguan mood lainnya. Obat
risperidone (Risperdal) dan olanzapine (Zyprexa) diberikan bila individu
mengalami penyimpangan (gangguan) dalam berpikir.
Psikoterapi
Individu
dengan gangguan kepribadian skizotipal membutuhkan kemampuan untuk menjalin
hubungan interpersonal dengan orang lain, ia membutuhkan teknik-teknik baru
untuk melakukan pendekatan dengan orang lain. Terapis mengajarkan bagaimana
mengungkapkan perasaan-perasaan dan berekspresi secara tepat. Individu juga
diajarkan bagaimana mengatur suara atau berbicara ketika berhadapan dengan
orang lain.
Dalam
terapi ini individu belajar untuk merespon dan dilatih untuk fokus terhadap
suatu masalah dari pikiran-pikiran menganggu. Terapi ini juga melatih individu
untuk memisahkan masalah-masalah sosial yang membingungkan dari
pikiran-pikirannya sendiri terutama dari hal-hal yang membuat individu mengelak
dari situasi interpersonal.
Terapi
dapat efektif bila semua anggota keluarga dilibatkan, konselor atau ahli terapi
dilibatkan secara langsung dalam keluarga dapat mengurangi letupan amarah dan
menjaga hubungan emosional antar sesama anggota keluarga. Terapi ini juga dapat
meningkatkan moral dalam keluarga.
skizotipal
(schizotypal) adalah gangguan di mana penderitanya tidak nyaman dengan dan
tidak dapat mempertahankan hubungan dekat, serta memiliki perilaku dan pikiran
aneh yang biasanya dipandang oleh orang lain sebagai eksentrik, aneh, dan
nyeleneh.
Tanda-tanda
Gangguan Kepribadian Skizotipal, antara lain :
•Perilaku
yang aneh, ekstrinsik, atau ganjil.
•Hubungan
sosial yang buruk dengan orang lain dan tendensi menarik diri.
•Kepercayaan
yang aneh atau pikiran magis, yang mempengaruhi perilaku dan tidak serasi
dengan norma-norma budaya.
•Kecurigaan
atau ide paranoid.
•Pikiran
obsesif yang direnungkan dan tak terkendali, sering dengan isi yang bersifat
dismorfofobik (dysmorphophobic), seksual atau agresif.
•Persepsi-persepsi
panca indera yang luar biasa termasuk mengenai tubuh (somatosensory) atau
ilusi-ilusi lain, depersonaliti atau derealisasi.
C. Gangguan
Kepribadian yang Ditandai oleh Perilaku Dramatis, Emosional, atau Eratik
Kelompok
gangguan kepribadian ini mencakup tipe antisocial, ambang, histronik, dan
narsistik. Pola perilaku dari berbagai tipe ini adalah berlebih-lebihan, tidak
dapat diramalkan, atai self-centered. Orang dengan gangguan ini memiliki
kesulitan untuk membentuk dan membina hubungan.
1)
Gangguan Kepribadian Antisosial
Gangguan
kepribadian antisosial (antisocial personality disorder) adalah kondisi mental
kronis di mana cara berpikir seseorang, cara mengamati situasi, dan cara
berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal dan bahkan destruktif. Orang
dengan gangguan kepribadian antisosial biasanya tidak peduli dengan nilai benar
dan salah serta sering mengabaikan hak-hak, keinginan, dan perasaan orang lain.
Orang dengan gangguan ini cenderung memusuhi, memanipulasi, atau memperlakukan
orang lain dengan kasar atau dengan tidak berperasaan. Mereka mungkin juga
berbohong, berperilaku keras, atau impulsif, dan memiliki masalah dengan
penggunaan narkoba dan alkohol.
Semua
karakteristik diatas membuat orang dengan gangguan kepribadian antisosial tidak
dapat memenuhi tanggung jawab yang berhubungan dengan keluarga, pekerjaan, atau
sekolah.
Gejala
Tanda
dan gejala gangguan kepribadian antisosial meliputi:
•Mengabaikan
nilai-nilai benar dan salah.
•Berbohong
atau menipu untuk mengeksploitasi orang lain.
•Egosentrisme
intens, rasa superioritas, dan eksibisionisme.
•Berulang
kali mengalami masalah hukum.
•Tindakan
pelecehan terhadap anak atau melalaikannya.
•Menunjukkan
sikap permusuhan, agitasi, impulsif, atau kekerasan.
Gejala
gangguan kepribadian antisosial dapat dimulai pada masa kanak-kanak dan
sepenuhnya terimplementasi pada usia 20-an dan 30-an.
Pada
anak-anak, kekejaman terhadap hewan, perilaku bullying, impulsif atau ledakan
kemarahan, isolasi sosial, dan kinerja sekolah yang buruk, dalam beberapa
kasus, merupakan tanda awal gangguan ini.
Penyebab
1.
Genetika
Kecenderungan
bawaan (genetika) merupakan aspek kepribadian seseorang yang diwariskan oleh kedua
orang tua mereka, seperti rasa malu atau memiliki pandangan positif. Aspek
bawaan kadang-kadang disebut juga sebagai temperamen.
2.
Lingkungan
Faktor
lingkungan, peristiwa yang terjadi, dan hubungan dengan anggota keluarga lain
turut mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang.
2)
Faktor
Resiko
Meskipun
penyebab pasti dari gangguan kepribadian antisosial tidak diketahui,
faktor-faktor tertentu berpotensi meningkatkan resiko perkembangannya,
termasuk:
• Anak yang didiagnosis mengalami gangguan
perilaku.
• Riwayat keluarga yang memiliki gangguan
kepribadian antisosial atau gangguan kepribadian lain atau penyakit mental.
• Menjadi sasaran kekerasan verbal,
kekerasan fisik atau seksual selama masa kanak-kanak.
• Kehidupan keluarga tidak stabil atau kacau
selama masa kanak-kanak.
• Kehilangan orang tua melalui perceraian
traumatis di masa kanak-kanak.
• Pria beresiko lebih besar mengalami
gangguan kepribadian antisosial dibandingkan wanita.
2)
Gangguan Kepribadian Ambang
Gangguan
kepribadian borderline merupakan taksologi yang terdapat pada DSM IV sementara
pada ICD disebut sebagai Emotionally Unstable Personality Disorder. Gangguan
kepribadian borderline merupakan gangguan kepribadian dalam menjalin hubungan
dengan orang lain, mengenal perasaan-perasaan sendiri, dan kegagalan dalam
mengontrol emosi dan perilaku yang disebabkannya. Masalah yang paling menonjol
pada penderita gangguan kepribadian ini adalah adanya dorongan impuls bunuh
diri atau perilaku-perilaku untuk mencelakakan diri sendiri
Bentuk
gangguan kepribadian borderline seperti ketidakstabilan mood, cara berpikir
"hitam-putih", ketidakstabilan dalam mempertahankan hubungan
interpersonal, gambaran diri, emosi dan perilaku merupakan gangguan nyata pada
gangguan keperibadian ini. Dalam beberapa kasus terjadinya gangguan kehilangan
identitas emosional diri, kehilangan fokus (dissociative/deformation) yang
berdampak pada gangguan lainnya dalam aspek kehidupan psikososial.
FAKTOR
PENYEBAB
Seperti
bentuk gangguan kepribadian lainnya BPD mempunyai berbagai faktor kompleks
terbentuknya gangguan tersebut. Faktor terbesar gangguan disebabkan oleh
pengalaman trauma yang dialami ketka masa kanak-kanak seperti kekerasan
seksual, penolakan dari rangtua pada masa perkembangan. Sekitar 70% individu
yang didiagnosa mengidap gangguan BPD mempunyai pengalaman trauma pelecehan dan
kekerasan seksual di masa kecil.
1.
Kekerasan pada masa kanak-kanak,
penolakan dan terpisah dengan orangtua kandung
Banyak
studi menunjukkan bahwa hubungan kekerasan pada anak, terutama pelecehan dan
kekerasan seksual akan menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di kemudian
hari menjadi BPD. Penderita gangguan kepribadian borderline mengalami kekerasan
verbal, emosi, fisik dan seksual pada masa perkembangan kanak-kanaknya. Pada
anak-anak perempuan yang yang terpisah dari orangtua kandung dan dipungut oleh
orangtua asuh mempunyai resiko mengalami kekerasan dan pelecehan seksual lebih
besar dibandingkan anak laki, akan tetapi antara keduanya memiliki potensi
kekerasan lainnya. Keduanya mempunyai hubungan keterdekatan kemunculan gangguan
kepribadian pada fase perkembangan selanjutnya.
2.
Faktor perkembangan lainnya
Faktor
lain kemunculan gangguan kepribadian borderline tidak hanya disebabkan oleh
gangguan spektrum dari trauma saja, penelitian Kernberg menyebutkan bahwa
kemunculan BPD disebabkan oleh kegagalan tugas-tugas perkembangan pada masa
kanak-kanak. Kegagalan tersebut berupa kegagalan anak dalam mengenal dan
membedakan diri anak dengan orang lain yang selanjutnya berkembang
bentuk-bentuk psikosis pada anak.Pendidikan orangtua di rumah juga ikut
mempengaruhi terbentuknya BPD, seperti interaksi negatif antara orangtua-anak,
kurangnya empati, dan lebih besar kritikan yang ditujukkan pada anak
diabndingkan penghargaan.
3.
Faktor genetik
Beberapa
literatur menyebutkan bahwa perlakuan-perlakuan yang berhubungan dengan BPD
akan mempengaruhi pada gen yang nantinya akan mempengaruhi pada kepribadian
anak, akan tetapi faktor genetik ini masih diteliti lebih lanjut. Pengaruh
serotonin berhubungan dengan genetik diduga juga ikut berpengaruh
4.
Fungsi neurotransmiter
Ketidakseimbangan
neurotransmiter seperti serotonin, norepinephrine dan acetylcholine
(berpengaruh pada jenis emosi dan mood); GABA, (stabilisator perubahan mood),
fungsi amygdala; ikut mempengaruhi perilaku-perilaku penderita BPD dalam
merespon stressor yang muncul. Perilaku impulsif dan agresivitas disebabkan
oleh ketidakseimbangan serotonin dan bagian wilayah prefrontal kortek.
TREATMENT
Dialectical
behavioral therapy
Pertama
sekali diperkenalkan oleh Marsha Linehan pada tahun 1990an untuk intervensi
pada pasien yang berkeinginan untuk bunuh diri, dialectical behavioral therapy
(DBT) pada perawatan BPD merupakan terapi yang berlandaskan pada teori
biososial yakni menekankan fungsi-fungsi pribadi dalam mengatur emosi yang
sesuai dengan pengalaman lingkungan.
Target
yang ingin dicapai adalah penyesuaian antara berbagai permasalahan yang sedang
dihadapi klien dengan pengambilan keputusan secara tepat. Hal-hal lain yang
didapatkan klien dalam terapi ini adalah; pemusatan konsentrasi, hubungan
interpersonal (seperti keinginan asertif dan ketrampilan sosial), menghadapi
dan adaptasi terhadap distress, identifikasi dan mengatur reaksi emosi secara
tepat
Schema
therapy
Schema
therapy merupakan pendekatan didasarkan pada perilaku-kognitif dan gestalt.
Fokus terapi ini pada aspek emosi, kepribadian dan bagaimana individu bereaksi
dengan lingkungan. Dalam treatment ini menitikberatkan pada hubungan antara
terapis dan klien (pendampingan; reparenting), kehidupan sehari-hari klien
diluar terapi, dan pengalaman trauma masa kecil.
Cognitive
behavioral therapy
Cognitive
behavioral therapy (CBT) adalah jenis terapi yang sangat luas penggunaannya
untuk treatment gangguan mental, namun dalam penyembuhan gangguan BPD terapi
ini dianggap kurang efektif. Kesulitan ditemui ketika pengembangan hubungan
interpersonal bersamaan dengan treatment yang diberikan, oleh karenanya CBT
juga mengadopsi schema therapy.
Family
therapy
Terapi
keluarga sangat membantu untuk mengurangi konflik dan stres yang dapat
memperburuk kondisi mental individu dengan BPD. Terapi keluarga melatih anggota
keluarga menghargai individu BPD, meningkatkan komunikasi dan penyelesaian
masalah secara bersama-sama dan saling mendukung antar pasangannya.
Transference-focused
psychotherapy
Transference-focused
psychotherapy (TFP) merupakan bentuk dari terapi psikoanalisa yang dikembangkan
oleh Otto Kernberg. Tidak seperti psikoanalisa yang dianggap sudah ketinggalan
jaman, terapis dalam TFP berperan aktif secara bersama-sama denga klien dalam
setiap sesi treatment. Terapis berusaha menggali dan mengklarifikasi
aspek-aspek dalam persahabatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Mentalization
based treatment
Terapi
Mentalization based treatment (MBT) merupakan bentuk regulasi kembali mental
yang dianggap telah terganggu setelah mengalami pelbagai permasalahan di masa
kanak-kanak. Fokus dalam terapi ini adalah mengembangkan diri pasien secara
mandiri untuk mengatur cara berpikir berdasarkan teori-teori psikodinamika. Dalam
terapi ini diusahakan pasien tidak menghabiskan waktunya begitu lama di rumah
sakit, pengurangan pemakaian obat medis, dan menghilangkan hasrat-hasrat
negatif seperti keinginan untuk bunuh diri.
3)
Gangguan Kepribadian Histrionik
Gangguan
Kepribadian Histrionik adalah gangguan kepribadian dramatik, emosional atau
tidak menentu yang melibatkan pola emosionalitas yang berlebihan dan suka
mencari perhatian.
Ciri
ciri gangguan kepribadian Histrionik menurut DSM-IV-TR meliputi
·
Merasa tidak nyaman dalam situasi situasi
dimana orang itu tidak menjadi pusat perhatian
·
Interaksi dengan orang lain seringkali
ditandai dengan perilaku yang menggoda atau provokatif secara seksual yang
tidak pada tempatnya
·
Secara konsisten menggunakan penampilan
fisik untuk menarik perhatian
·
Gaya berbicara yang terlalu
impresionistik dan kurang mengandung detail
·
Mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Penderita
gangguan kepribadian histrionik cenderung mengekspresikan emosi emosinya secara
berlebih lebihan, misalnya menangis tak terkontrol saat menonton film cengeng
Selain
itu mereka secara konstan mencari kepastian dan persetujuan dari orang lain dan
bisa menjadi gusar atau marah bila orang lain tidak memperhatikan atau
memberikan pujian kepadanya.
4)
Gangguan Kepribadian Narsistik
Gangguan
kepribadian narsisistik adalah gangguan mental di mana orang-orang memiliki
perasaan ego yang tinggi dan kebutuhan yang mendalam akan kekaguman. Penderita
narsistik percaya bahwa mereka lebih unggul daripada orang lain dan kurang
memperhatikan perasaan orang lain. Tetapi di balik topeng tersebut terdapat
harga diri yang rapuh, rentan terhadap kritik sedikit.
Gejala
*
Percaya bahwa lebih baik daripada yang lain
*
Terus-menerus mengharapkan pujian dan kekaguman
*
Gagal untuk mengenali emosi orang lain dan perasaan
*
Mengambil keuntungan dari orang lain
*
Mengekspresikan penghinaan bagi mereka yang merasa lebih rendah
*
Percaya bahwa orang lain iri
*
Menjadi mudah tersinggung dan ditolak
*
Memiliki harga diri yang rapuh
*
Keras hati atau emosional
Meskipun
gangguan kepribadian narsistik mungkin tampak seperti memiliki kepercayaan diri
atau harga diri yang kuat, itu tidak sama. Gangguan kepribadian narsisistik
melintasi batas normal kepercayaan dan harga diri dengan berpikir begitu tinggi
dari diri sendiri. Sebaliknya, orang yang memiliki keyakinan yang sehat dan
harga diri tidak menghargai diri mereka sendiri lebih dari mereka menghargai
orang lain.
Tapi
di balik semua "kemegahan" ini seringkali terdapat harga diri yang
rapuh. Penderita kesulitan menangani apa pun yang dapat dianggap sebagai
kritik. Jika penderita dikritik ia merasa malu dan terhina dan seolah
rahasianya dibuka. Dan dalam rangka untuk membuat diri penderita merasa lebih
baik, penderita biasanya bereaksi dengan marah atau penghinaan dan upaya untuk
meremehkan orang lain untuk membuat diri tampak lebih baik.
Pengobatan
Pengobatan
gangguan kepribadian narsisistik ini berpusat di sekitar psikoterapi.Tidak ada
pengobatan khusus yang digunakan untuk mengobati gangguan kepribadian
narsisistik.Namun, jika penderita mengalami gejala depresi, gelisah atau
kondisi lain, obat-obatan seperti antidepresan atau obat anti-cemas, dapat
membantu.
Jenis
terapi yang dapat membantu untuk gangguan kepribadian narsistik
ü Terapi
perilaku kognitif. Secara umum, terapi perilaku kognitif membantu
mengidentifikasi kondisi kesehatan penderita, keyakinan dan perilaku negatif
dan menggantikannya dengan sehat, positif.
ü Terapi
keluarga biasanya membawa seluruh keluarga bersama-sama dalam sesi terapi.
Penderita dan keluarganya menjelajahi konflik, komunikasi dan pemecahan masalah
untuk membantu mengatasi masalah-masalah hubungan di antara mereka.
ü Terapi
kelompok yang memungkinkan penderita bertemu dengan sekelompok orang dengan
kondisi yang sama, dapat membantu dengan mengajar untuk berhubungan lebih baik
dengan orang lain. Ini mungkin cara yang baik untuk belajar tentang
sungguh-sungguh mendengarkan orang lain, belajar tentang perasaan mereka dan
menawarkan dukungan.
Karena
ciri-ciri kepribadian bisa sulit untuk mengubah, terapi dapat memakan waktu
beberapa tahun.Tujuan psikoterapi jangka pendek adalah untuk mengatasi
masalah-masalah seperti penggunaan narkoba, depresi, rendah diri atau
malu.Tujuan jangka panjang adalah untuk membentuk kembali kepribadian
penderita, setidaknya untuk beberapa perubahan kecil yang signifikan, sehingga
penderita dapat mengubah pola berpikir yang mendistorsi citra diri dan
menciptakan citra diri yang realistis. Psikoterapi juga dapat membantu
penderita belajar untuk berhubungan lebih baik dengan orang lain sehingga
hubungan lebih intim, menyenangkan dan bermanfaat. Hal ini dapat membantu
penderita memahami penyebab emosi penderita dan apa yang mendorong penderita
untuk bersaing, untuk tidak percaya orang lain dan mungkin untuk membenci diri
sendiri dan orang lain.
5) Gangguan
Kepribadian yang Ditandai oleh Perilaku Cemas atau Ketakutan
Kelompok
gangguan kepribadian ini mencakup tipe menghindar, dependen dan
obsesif-kompulsif. Meskipun cirri-ciri dari masing-masing gangguan ini berbeda,
gangguan ini sama-sama memiliki komponen berupa rasa takut atau kecemasan.
1.
Gangguan Kepribadian Menghindar
Gangguan
kepribadian menghindar (avoidant personality disorder; AvPD/APD) adalah suatu
kondisi karakteristik dimana individu mengalami hambatan-hambatan sosial, rasa
tidak percaya diri, sensitif mengevaluasi diri dan menghindari interaksi
sosial.
Individu
dengan gangguan kepribadian menghindar beranggapan bahwa berinteraksi dengan
orang lain tidak perlu ―tidak begitu penting, dan tidak menarik samasekali bagi
mereka. Penghindaran tersebut dapat disebabkan individu menghindari atau takut
rasa akan diejek, menjadi bahan tertawaan, memalukan, ditolak atau disukai oleh
orang lain. Kebanyakan individu dengan gangguan kepribadian merasa hidup
sendiri atau dikucilkan dalam lingkungannya.
Individu
dengan gangguan kepribadian menghindar mempunyai karakteristik perhatian
berlebihan pada penampilan perilaku, malu berhubungan dengan orang lain,
kesulitan dalam mengekspresikan perasaan-perasaannya dan adanya perasaan
kesepian (keterasingan).
Berbeda
halnya dengan individu pemalu, penderita gangguan kepribadian menghindar
melakukan sesuatu agar dirinya tidak menonjol dimuka umum, misalnya saja ia
akan memilih tempat duduk dibelakang dimana ia tidak akan menjadi pusat
perhatian orang, individu ini melakukan sesuatu terlebih dahulu untuk
"membaca situasi" agar ia dapat merasa nyaman dan aman dari pandangan
atau perhatian orang lain.
FAKTOR
PENYEBAB
Faktor
penyebab langsung munculnya gangguan ini tidak diketahui secara pasti, namun
diperkirakan penolakan secara langsung oleh orangtua pada masa kanak-kanak
merupakan salah faktor. Penolakan tersebut membuat anak berhati-hati, selalu
menjaga dirinya tidak melakukan kesalahan di depan orang lain mulai berkembang
hingga terbentuknya penyimpangan perilaku sampai memasuki fase dewasa.
SIMTOM
1.
Menghindari aktivitas yang melibatkan
atau berhubungan dengan orang lain karena rasa takut akan dikritik, tidak
diterima atau ditolak.
2.
Tidak mau berhubungan dengan orang lain
kecuali orang-orang tertentu yang menyukainya.
3.
Menahan dan mengekang dirinya agar tidak
akrab dengan orang lain yang disebabkan oleh rasa malu atau takut diejek oleh
orang lain
4.
Menghindari yang disebabkan rasa takut
terhadap situasi-situasi sosial yang akan membuatnya ditolak atau dikritik
orang banyak.
5.
Merasa dirinya tidak pantas dalam
pelbagai situasi ketika berhubungan dengan orang lain
6.
Merasa dirinya tidak layak, tidak
menarik dan perasaan-perasaan inferioritas terhadap orang-orang
7.
Segan berperan aktif dalam beraktivitas atau
kegiatan baru lainnya disebabkan adanya perasaan malu
TREATMENT
Medikasi
Tidak
ada obat-obatan yang dapat menyembuhkan gangguan kepribadian menghindar (AvPD)
secara langsung, dokter akan menganjurkan penggunaan obat anti cemas atau
antidepressant bila individu bersangkutan disertai dengan kecemasan. Pada
kenyataannya, beberapa laporan menyebutkan sebagian besar penderita gangguan
kepribadian AvPD disertai dengan gangguan kecemasan, diantaranya juga disertai
dengan serangan panik dan agoraphobia.
Psikoterapi
Terapi
yang efektif dalam penyembuhan gangguan kepribadian menghindar sering digunakan
adalah Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu
mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif
dan mengembalikannya secara positif. Terapi kelompok dalam CBT, individu akan
dilatih agar mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain, saling menghargai
dan mengenal cara berpikir orang lain secara positif.
2.
Gangguan Kepribadian Dependen
Gangguan
kepribadian dependen (Dependent Personality Disorder; DPD) adalah suatu kondisi
karakteristik dimana individu sangat tergantung pada orang lain hingga individu
tersebut patuh dan terikat erat perilakunya dan takut akan terpisah dengan
orang itu. Perilaku ketergantungan dan kepatuhan muncul dari perasaan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah tanpa bantuan orang lain.
Hal
lain yang perlu diperhatikan dalam diagnosa ini adalah perbedaan antara
individu yang tergantung dan gangguan kepribadian dependen, diganosa tidak
boleh mengabaikan kondisi subjek yang dipengaruhi oleh budaya setempat atau
harapan dan gender.
FAKTOR
PENYEBAB
Gangguan
kepribadian ini dimulai di awal masa dewasa.Pada dasarnya perilaku
ketergantungan adalah hal yang lumrah terjadi pada masa kanak-kanak, namun
demikian ketika anak tumbuh menjadi dewasa, perilaku tersebut tidak menjadi hilang.Akibatnya,
perilaku ketergantungan tersebut tetap ada sampai menjelang masa dewasa yang
kemudian membentuk gangguan kepribadian dependen. Faktor penyebab lainnya
adalah sakit berkepanjangan dan kecemasan yang muncul dari perpisahan dengan
orangtua, atau orang lain yang sangat dicintainya pada masa kanak-kanak
SIMTOM
1.
Kesulitan dalam membuat keputusan setiap
harinya tanpa adanya nasehat dan dihibur oleh orang lain
2.
Membutuhkan orang lain untuk memikul
tanggung jawab pada sebagian besar dalam hidupnya
3.
Sulit melakukan suatu pekerjaan tertentu
tanpa bantuan orang lain (disebabkan rendahnya rasa percaya diri, kurangnya
motivasi dan energi)
4.
Membutuhkan orang lain yang memberikan
dukungan atau teman ketika berpergian atau melakukan suatu pekerjaan yang tidak
disukainya.
5.
Perasaan tidak nyaman karena adanya
perasaan takut yang dibesar-besarkan bahwa dirinya tidak mampu untuk mandiri
6.
Individu akan mencari teman baru yang
peduli dan mendukungnya ketika hubungan dengan teman sebelumnya telah berakhir
7.
Perasaan tidak realistis karena takut
ditinggal oleh orang lain
TREATMENT
Individu
dengan gangguan kepribadian DPD tidak dianjurkan untuk mendapatkan pengobatan
medis farmakologi. Namun demikian, dokter akan menganjurkan pemakaian obat bila
individu tersebut disertai gangguan kecemasan atau depresi. Penggunaan
antidepressant dan benzodiazepines kadang memberikan kondisi yang baik pada
individu.Beberapa jenis obat seperti imipramine (chlorpromazine) justru tidak
memberikan hasil yang positif.
Dalam
psikoterapi, treatment diberikan dengan tujuan agar individu dengan gangguan
kepribadian dapat mencegah semakin memburuknya kondisi pasien, mengembalikan
keseimbangan, mengurangi gejala-gejala yang muncul, mengembalikan kemampuan
yang telah hilang, dan kemampuan adaptasi. Fokus utama dalam proses
mengembalikan kemampuan adaptasi adalah individu mampu beradaptasi dengan
lingkungannya.
Psikoterapi
dapat dianggap berhasil bila;
·
Individu mampu mempunyai komitmen
sendiri
·
Menikmati hubungan keakraban dengan
orang lain
·
Mampu menjadi anggota team, tanpa perlu
adanya persaingan
·
Mampu memberikan opini sendiri kepada
orang lain
·
Penuh perhatian terhadap orang lain
·
Mampu untuk memperbaiki dirinya dari
kritikan
Group
therapy
Terapi
kelompok dianggap paling baik untuk menyembuhkan gangguan kepribadian DPD namun
dalam beberapa kasus, beberapa individu membutuhkan waktu yang relatif lama.
Dalam terapi ini hasil yang dapat diperoleh; individu lebih percaya diri, mampu
berpendapat di tempat umum, dan dapat merasakan perasaan-perasaannya sendiri
Cognitive
behavioral therapy
Cognitive
behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan
perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya
secara positif. Terapi ini juga diperkenalkan teknik relaksasi dan meditasi
secara tepat. Terapi ini melatih individu mengontrol emosi negatif, melatih
diri agar tidak tergantung pada orang lain dan pengambilan keputusan yang lebih
konstruktif tanpa dipengaruhi oleh perasaan negatif.
3.
Gangguan Kepribadian Obsesif-kompulsif
Gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif (Obsessive Compulsive Personality Disorder; OCPD)
adalah suatu kondisi karakter dengan gangguan kronis pada perhatian,
keteraturan dan kontrol diri.Dinyatakan sebagai gangguan bila perilaku-perilaku
tersebut bersifat menetap dan mengganggu.
Individu
dengan gangguan OCPD tidak memiliki keinginan-keinginan untuk mengulang
perbuatan berkali-kali yang menjadi rutinitas seperti halnya simtom pada
gangguan OCD.Kecenderungan perilaku pada OCPD lebih disebabkan oleh stres yang
disebabkan keinginan perfeksionis dan rasa cemas yang muncul disebabkan
perasaan bahwa dirinya melakukan pekerjaan itu tidak sebaik mungkin.Oleh
karenanya, individu dengan gangguan kepribadian ini (OCPD) menguras energinya
ketika rasa cemas atau tegang ketika melakukan pekerjaannya.
SIMTOM
1.
Rajin dan tekun pada pekerjaan, hasil
(uang) yang diperoleh tidak dihabiskan untuk kegiatan senang-senang atau
bersama teman (gejala ini tidak berlaku pada individu yang mengalami kesulitan
ekonomi)
2.
Sangat konsisten, cermat dan tidak
fleksibel menyangkut hal-hal moral, etika dan nilai (akan tetapi tidak
berhubungan dengan hal yang menyangkut budaya dan agama)
3.
Enggan untuk memberi tugas atau
pekerjaan kepada orang lain ketika ia merasakan mampu untuk melakukan tugas itu
dengan baik
4.
Sulit melepaskan atau membuang barang
(seperti pakaian) bila benda-benda tersebut sudah tidak mempunyai nilainya lagi
5.
Pelit untuk orang lain bahkan untuk
dirinya sendiri, baginya uang haruslah disimpan untuk keperluan sewaktu-waktu yang
tidak terduga
6.
Keras
kepala ketika
menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang tidak terduga yang menguras tenaga dan
membuatnya gugup bila pekerjaan itu tidak terselesaikan.
TREATMENT
Medikasi
Pengobatan
secara medis tidak dianjurkan untuk pengobatan gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif, namun demikian dokter akan memberikan obat-obatan bila
disertai dengan gangguan kecemasan atau depresi.
Psikoterapi
•
Family therapy
Terapi
dapat efektif bila semua anggota keluarga dilibatkan, konselor atau ahli terapi
dilibatkan secara langsung dalam keluarga dapat mengurangi letupan amarah dan
menjaga hubungan emosional antar sesama anggota keluarga.Dalam terapi ini
anggota keluarga dilatih untuk saling menghargai dan bersama-sama menyelesaikan
masalah dengan saling mendukung antar anggota keluarga.
•
Dialectical behavioral therapy
DBT
menekankan pada saling memberi dan negosiasi antara terapis dan klien; antara
rasional dan emosional, penerimaan dan berubah. Target yang ingin dicapai
adalah penyesuaian antara pelbagai permasalahan yang sedang dihadapi klien
dengan pengambilan keputusan secara tepat. Hal-hal lain yang didapatkan klien
dalam terapi ini adalah; pemusatan konsentrasi, hubungan interpersonal (seperti
keinginan asertif dan ketrampilan sosial), menghadapi dan adaptasi terhadap
distress, identifikasi dan mengatur reaksi emosi secara tepat
•Cognitive
behavioral therapy
Cognitive
behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan
perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya
secara positif. Terapi ini juga diperkenalkan teknik relaksasi dan meditasi
secara tepat.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan ya :)