>

Sabtu, 20 Desember 2014

Gangguan Kepribadian



BAB II
PEMBAHASAN


A.  Pengertian Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian adalah perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang benar-benar kaku. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal, sehingga pola tersebut pada akhirnya bersifat self-defeating. Trait-trait kepribadian yang terganggu menjadi jelas dimasa remaja atau masa awal masa dewasa dan terus berlanjut di sepanjang kehidupan dewasa, semakin mendalam dan mengakar sehingga semakin sulit untuk diubah.
DSM membagi gangguan kepribadian menjadi 3 kelompok :
1.    Kelompok A : Orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan skizotipal.
2.    Kelompok B : Orang dengan perilaku yang terlalu dramatis, emosional, atau eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian antisocial, ambang, histrionic, dan narsistik.
3.    Kelompok C : Orang yang sering kali tampak cemas atau ketakutan. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesif-kompulsif.

B.  Gangguan Kepribadian yang Ditandai oleh Perilaku Aneh atau Eksentrik
            Kelompok gangguan ini meliputi gangguan paranoid, Skizoid, dan skizotipal. Orang dengan gangguan ini sering memiliki kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, atau mereka menunjukan sedikit atau tidak adanya minat dalam mengembangkan hubungan social.

1.  Gangguan Kepribadian Paranoid
Gangguan kepribadian paranoid adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh kecurigaan akan motif orang lain, namun belum sampai titik delusi. Trait penentu dalam gangguan kepribadian paranoid (paranoid personality disorder) adalah perasaan curiga yang pervasif yaitu kecenderungan untuk menginterpretasi perilaku orang lain sebagai hal yang  mengancam atau merendahkan. Orang dengan gangguan ini sangat tidak percaya dengan orang lain, dan hubungan sosial mereka terganggu karenanya.
Orang yang memiliki kepribadian paranoid cenderung sensiyif terhadap kritikan. Mereka mudah marah dan tidak terima jika diperlaukan dengan buruk. Mereka cenderung tidak mempercayaakan rahasia pribadi pada orang lainkarena mereka yakin bahwa informasi pribadi akan digunakan untuk menyerang mereka.
Para penderita gangguan kepribadian paranoid cenderung tidak memiliki kemampuan untuk menyatakan perasaan negatif yang mereka miliki terhadap orang lain, selain itu mereka pada umumnya juga tidak kehilangan hubungan dengan dunia nyata, dengan kata lain berada dalam kesadaran saat mengalami kecurigaan yang mereka alami walau secara berlebihan Beberapa gejala yang ditunjukan dalam gangguan kepribadian paranoid antara lain adalah:
1.    Kecurigaan yang sangat berlebihan.
2.    Meyakini akan adanya motif-motif tersembunyi dari orang lain.
3.    Merasa akan dimanfaatkan atau dikhianati oleh orang lain.
4.    Ketidakmampuan dalam melakukan kerjasama dengan orang lain.
5.    Isolasi sosial.
6.    Gambaran yang buruk mengenai diri sendiri.
7.    Sikap tidak terpengaruh.
8.    Rasa permusuhan.
9.    Secara terus menerus menanggung dendam yaitu dengan tidak memaafkan kerugian, cedera atau kelalaian.
10.     Kurang memiliki rasa humor.
Mereka yang memiliki gangguan ini menunjukan kebutuhan yang tinggi terhadap mencukupi dirinya, terkesan kaku dan bahkan memberikan tuduhan kepada orang lain. Dikarenakan perilaku menghindar mereka terhadap kedekatan dengan orang lain menjadikan mereka terlihat sangat penuh perhitungan dalam bertindak dan juga berkesan dingin. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kebanyakan gangguan ini ditemukan pada pria dibandingkan pada perempuan.
Penyebab
Secara spesifik penyebab dari munculnya gangguan ini masih belum diketahui, namun seringkali dalam suatu kasus  muncul pada individu yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia, dengan kata lain faktor genetik masih mempengaruhi. Gangguan kepribadian paranoid juga dapat disebabkan oleh pengalaman masa kecil yang buruk ditambah dengan keadaan lingkungan yang dirasa mengancam. Pola asuh dari orang tua yang cenderung tidak menumbuhkan rasa percaya antara anak dengan orang lain juga dapat menjadi penyebab dari berkembangnya gangguan ini.
Penanggulangan
Perawatan untuk gangguan kepribadian paranoid akan sangat efektif untuk mengendalikan paranoia (perasaan curiga berlebih) penderita, namun hal itu akan selalu menjadi sulit dikarenakan penderita akan selalu memiliki kecurigaan kepada dokter atau terapis yang merawatnya. Jika dibiarkan saja maka keadaan penderita akan menjadi lebih kronis. Perawatan yang dilakukan, meliputi sistem perawatan utama dan juga perawatan yang berada di luar perawatan utama (suplement), seperti program untuk mengembangkan diri, dukungan dari keluarga, ceramah, perawatan di rumah, membangun sikap jujur kepad diri sendiri, kesemuanya akan menyempurnakan dan membantu proses penyembuhan penderita. Sehingga diharapkan konsekuensi sosial terburuk yang biasa terjadi dari gangguan ini, seperti perpecahan keluarga, kehilangan pekerjaan dan juga tempat tinggal dapat dihindari untuk dialami oleh si penderita.
2.  Gangguan Kepribadian Skizoid
Gejala utama yang ditunjukkan penderita penyakit ini adalah mengalami kelainan yang disebabkan oleh keterbatasan penderita dalam mengekspresikan emosi atau rincian pengalaman seseorang.
Gejala Gangguan kepribadian Schizoid
Sebenarnya penderita penyakit ini tetap dapat melakukan aktifitas secara normal, hanya saja tidak dapat membangun suatu hubungan yang seimbang dengan orang lain disekitarnya. Atau dalam kata lain penderita penyakit ini lebih suka menyendiri dan cenderung berhayal atau berhalusinasi tentang hal-hal yang sulit dijangkau manusia normal. Biasanya gangguan ini akan mulai dialami ketika penderita mulai beranjak dewasa.
Penyebab
Berbicara mengenai penyebabnya diketahui bahwa penyakit ini muncul dikarenakan terjadi penyimpangan perilaku penderita untuk menjalin relasi dan emosi dengan sesame sehingga menyebabkan hambatan dalam proses pergaulan dengan orang lain.
Pengobatan terhadap penderita penyakit ini lebih kepada metode psikologis dimana penderita diberikan terapi kognitif yang tujuanya untuk membantu penderita berinteraksi dengan sesama dan lingkungan disekitarnya.Selain itu juga diberikan terapi perilaku dan terapi kelompok juga untuk memperbaiki kemampuan sosial sehingga mereka nyaman berada di dalam lingkungan tersebut.
3.  Gangguan Kepribadian Sikozotipal
Gangguan kepribadian skizotipal adalah suatu kondisi gangguan serius dimana individu hampir tidak pernah berhubungan lagi dengan orang-orang sekitarnya. Individu tersebut cenderung menutup diri untuk berinteraksi dengan orang lain, kecemasan luar biasa yang muncul ketika berhadapan dengan situasi sosial.
GEJALA
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal hampir selalu bermasalah dengan orang lain dan bersikap tidak ramah kepada siapapun. Kebanyakan dari individu dengan gangguan kepribadian ini hidup dalam kesendirian, hal ini disebabkan lingkungan sekitar yang mengisolasinya. Akibatnya, penyimpangan persepsi mengenai bentuk hubungan interpersonal akan terus berkembang dalam diri individu itu. Selanjutnya, ia akan menunjukkan perilaku yang aneh, respon yang tidak tepat dalam bersosialisasi dan sifat-sifat yang tidak lazim.
Kemunculan gangguan kepribadian skizotipal dimulai pada awal memasuki masa dewasa dan terus berkembang sepanjang masa hidupnya. Seperti gangguan kepribadian lainnya, gangguan kepribadian skizotipal disebabkan perilaku dan pengalaman yang tidak tepat pada masa kanak-kanak, sebagian besar dari gangguan tersebut disebabkan oleh kesulitan dalam beradaptasi dan pengalaman terhadap penanganan distres.
Diantara individu yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal diantara mengalami gangguan dan kesulitan dalam memori, belajar dan perhatian (konsentrasi). Beberapa gejala kemunculan gangguan tidak diikuti gejala psikotik seperti delusi dan halusinasi, beda halnya pada gangguan skizofrenia yang disertai gejala psikotik secara keseluruhan dan intens. Namun demikian, gangguan kepribadian skizotipal dapat berkembang menjadi skizofrenia.
SIMTOM
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal hampir selalu berbicara tidak teratur ketika ia hendak membicarakan suatu hal dan memandang sekelilingnya secara ekstrim. Kadang mereka juga mempercayai bahwa mereka mempunyai kekuatan supranatural, indera ke enam atau kekuatan magis lainnya yang dapat mempengaruh pikiran, perilaku dan emosi orang lain.
Kemunculan kepribadian skizotipal di masa dewasa dapat diakibatkan masa-masa sebelumnya (anak-anak) dimana individu hidup dalam kesendirian tanpa orangtua atau anggota keluarga yang mendampingi, kehidupan sosial yang penuh kecemasan juga dapat menimbulkan gangguan ini.
Beberapa simtom gangguan kepribadian skizotipal;
·         Mempunyai pikiran, kepercayaan dan perilaku yang aneh, eksentrik dan bertentangan dengan norma-norma yang ada.
·         Mempercayai bahwa dirinya mempunyai kekuatan spesial seperti telepati, indra keenam, dan sebagainya yan berhubungan dengan paranormal
·         Pengalaman imajinasi seperti adanya ilusi terhadap tubuhnya
·         Kesulitan dalam mengikuti pembicaraan atau berbicara aneh-aneh
·         Adanya kecemasan dalam situasi sosial dan pikiran-pikiran paranoid, serta penilaian negatif terhadap dirinya sendiri
·         Minim respon emosi dan perasaan-perasaan (afektif) dalam dirinya
·         Sedikit mempunyai teman akrab
PENYEBAB
Seperti jenis gangguan kepribadian lainnya, kemunculan gangguan kepribadian skizotipal dimulai pada awal kanak-kanak, berkisar antara tahun pertama dan kedua masa perkembangan. Kurangnya perhatian terutama pengenalan emosi, meskipun anak itu tumbuh secara sehat. Kurangnya stimulasi sosial dari orangtua anak akan belajar menghindari dengan sendirinya dan tidak mencari kesenangan diluar lingkungan rumahnya.
 Anak yang mengalami gangguan skizotipal akan mengalami hambatan dalam bersosialisasi, mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang tidak logis, tidak dapat melepaskan diri atau berpikir hal-hal yang berkenaan dengan magis, dan bahkan paranoid. Perilaku nyata nampak pada sikap anak yang membentengi dirinya dari rasa curiga ketika digoda (diganggu) atau ketika mendapatkan perlakuan tidak adil/kasar.
Keluarga, faktor keturunan keluarga yang memiliki gejala skizofrenia dapat menjadi suatu kondisi adanya gangguan skizotipal pada anak, faktor-faktor dalam keluarga lainnya yang memberi kontribusi gangguan kepribadian ini adalah kekerasan dan penolakan terhadap anak.
 TREATMENT
Tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan gangguan kepribadian ini, dokter menganjurkan obat antidepressant atau antipsikotik bila individu tersebut juga mengalami gangguan kecemasan, depresi atau gangguan mood lainnya. Obat risperidone (Risperdal) dan olanzapine (Zyprexa) diberikan bila individu mengalami penyimpangan (gangguan) dalam berpikir.
Psikoterapi
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal membutuhkan kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, ia membutuhkan teknik-teknik baru untuk melakukan pendekatan dengan orang lain. Terapis mengajarkan bagaimana mengungkapkan perasaan-perasaan dan berekspresi secara tepat. Individu juga diajarkan bagaimana mengatur suara atau berbicara ketika berhadapan dengan orang lain.
Dalam terapi ini individu belajar untuk merespon dan dilatih untuk fokus terhadap suatu masalah dari pikiran-pikiran menganggu. Terapi ini juga melatih individu untuk memisahkan masalah-masalah sosial yang membingungkan dari pikiran-pikirannya sendiri terutama dari hal-hal yang membuat individu mengelak dari situasi interpersonal.
Terapi dapat efektif bila semua anggota keluarga dilibatkan, konselor atau ahli terapi dilibatkan secara langsung dalam keluarga dapat mengurangi letupan amarah dan menjaga hubungan emosional antar sesama anggota keluarga. Terapi ini juga dapat meningkatkan moral dalam keluarga.
skizotipal (schizotypal) adalah gangguan di mana penderitanya tidak nyaman dengan dan tidak dapat mempertahankan hubungan dekat, serta memiliki perilaku dan pikiran aneh yang biasanya dipandang oleh orang lain sebagai eksentrik, aneh, dan nyeleneh.
Tanda-tanda Gangguan Kepribadian Skizotipal, antara lain :
•Perilaku yang aneh, ekstrinsik, atau ganjil.
•Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain dan tendensi menarik diri.
•Kepercayaan yang aneh atau pikiran magis, yang mempengaruhi perilaku dan tidak serasi dengan norma-norma budaya.
•Kecurigaan atau ide paranoid.
•Pikiran obsesif yang direnungkan dan tak terkendali, sering dengan isi yang bersifat dismorfofobik (dysmorphophobic), seksual atau agresif.
•Persepsi-persepsi panca indera yang luar biasa termasuk mengenai tubuh (somatosensory) atau ilusi-ilusi lain, depersonaliti atau derealisasi.
C.     Gangguan Kepribadian yang Ditandai oleh Perilaku Dramatis, Emosional, atau Eratik
Kelompok gangguan kepribadian ini mencakup tipe antisocial, ambang, histronik, dan narsistik. Pola perilaku dari berbagai tipe ini adalah berlebih-lebihan, tidak dapat diramalkan, atai self-centered. Orang dengan gangguan ini memiliki kesulitan untuk membentuk dan membina hubungan.
1)      Gangguan Kepribadian Antisosial
Gangguan kepribadian antisosial (antisocial personality disorder) adalah kondisi mental kronis di mana cara berpikir seseorang, cara mengamati situasi, dan cara berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal dan bahkan destruktif. Orang dengan gangguan kepribadian antisosial biasanya tidak peduli dengan nilai benar dan salah serta sering mengabaikan hak-hak, keinginan, dan perasaan orang lain. Orang dengan gangguan ini cenderung memusuhi, memanipulasi, atau memperlakukan orang lain dengan kasar atau dengan tidak berperasaan. Mereka mungkin juga berbohong, berperilaku keras, atau impulsif, dan memiliki masalah dengan penggunaan narkoba dan alkohol.
Semua karakteristik diatas membuat orang dengan gangguan kepribadian antisosial tidak dapat memenuhi tanggung jawab yang berhubungan dengan keluarga, pekerjaan, atau sekolah.
Gejala
Tanda dan gejala gangguan kepribadian antisosial meliputi:
•Mengabaikan nilai-nilai benar dan salah.
•Berbohong atau menipu untuk mengeksploitasi orang lain.
•Egosentrisme intens, rasa superioritas, dan eksibisionisme.
•Berulang kali mengalami masalah hukum.
•Tindakan pelecehan terhadap anak atau melalaikannya.
•Menunjukkan sikap permusuhan, agitasi, impulsif, atau kekerasan.
Gejala gangguan kepribadian antisosial dapat dimulai pada masa kanak-kanak dan sepenuhnya terimplementasi pada usia 20-an dan 30-an.
Pada anak-anak, kekejaman terhadap hewan, perilaku bullying, impulsif atau ledakan kemarahan, isolasi sosial, dan kinerja sekolah yang buruk, dalam beberapa kasus, merupakan tanda awal gangguan ini.
Penyebab
1. Genetika
Kecenderungan bawaan (genetika) merupakan aspek kepribadian seseorang yang diwariskan oleh kedua orang tua mereka, seperti rasa malu atau memiliki pandangan positif. Aspek bawaan kadang-kadang disebut juga sebagai temperamen.

2. Lingkungan
Faktor lingkungan, peristiwa yang terjadi, dan hubungan dengan anggota keluarga lain turut mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang.
2)      Faktor Resiko
Meskipun penyebab pasti dari gangguan kepribadian antisosial tidak diketahui, faktor-faktor tertentu berpotensi meningkatkan resiko perkembangannya, termasuk:
      Anak yang didiagnosis mengalami gangguan perilaku.
      Riwayat keluarga yang memiliki gangguan kepribadian antisosial atau gangguan kepribadian lain atau penyakit mental.
      Menjadi sasaran kekerasan verbal, kekerasan fisik atau seksual selama masa kanak-kanak.
      Kehidupan keluarga tidak stabil atau kacau selama masa kanak-kanak.
      Kehilangan orang tua melalui perceraian traumatis di masa kanak-kanak.
      Pria beresiko lebih besar mengalami gangguan kepribadian antisosial dibandingkan wanita.
2) Gangguan Kepribadian Ambang
Gangguan kepribadian borderline merupakan taksologi yang terdapat pada DSM IV sementara pada ICD disebut sebagai Emotionally Unstable Personality Disorder. Gangguan kepribadian borderline merupakan gangguan kepribadian dalam menjalin hubungan dengan orang lain, mengenal perasaan-perasaan sendiri, dan kegagalan dalam mengontrol emosi dan perilaku yang disebabkannya. Masalah yang paling menonjol pada penderita gangguan kepribadian ini adalah adanya dorongan impuls bunuh diri atau perilaku-perilaku untuk mencelakakan diri sendiri
Bentuk gangguan kepribadian borderline seperti ketidakstabilan mood, cara berpikir "hitam-putih", ketidakstabilan dalam mempertahankan hubungan interpersonal, gambaran diri, emosi dan perilaku merupakan gangguan nyata pada gangguan keperibadian ini. Dalam beberapa kasus terjadinya gangguan kehilangan identitas emosional diri, kehilangan fokus (dissociative/deformation) yang berdampak pada gangguan lainnya dalam aspek kehidupan psikososial.
FAKTOR PENYEBAB
Seperti bentuk gangguan kepribadian lainnya BPD mempunyai berbagai faktor kompleks terbentuknya gangguan tersebut. Faktor terbesar gangguan disebabkan oleh pengalaman trauma yang dialami ketka masa kanak-kanak seperti kekerasan seksual, penolakan dari rangtua pada masa perkembangan. Sekitar 70% individu yang didiagnosa mengidap gangguan BPD mempunyai pengalaman trauma pelecehan dan kekerasan seksual di masa kecil.
1.      Kekerasan pada masa kanak-kanak, penolakan dan terpisah dengan orangtua kandung
Banyak studi menunjukkan bahwa hubungan kekerasan pada anak, terutama pelecehan dan kekerasan seksual akan menumbuhkan perkembangan kepribadian anak di kemudian hari menjadi BPD. Penderita gangguan kepribadian borderline mengalami kekerasan verbal, emosi, fisik dan seksual pada masa perkembangan kanak-kanaknya. Pada anak-anak perempuan yang yang terpisah dari orangtua kandung dan dipungut oleh orangtua asuh mempunyai resiko mengalami kekerasan dan pelecehan seksual lebih besar dibandingkan anak laki, akan tetapi antara keduanya memiliki potensi kekerasan lainnya. Keduanya mempunyai hubungan keterdekatan kemunculan gangguan kepribadian pada fase perkembangan selanjutnya.
2.       Faktor perkembangan lainnya
Faktor lain kemunculan gangguan kepribadian borderline tidak hanya disebabkan oleh gangguan spektrum dari trauma saja, penelitian Kernberg menyebutkan bahwa kemunculan BPD disebabkan oleh kegagalan tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak. Kegagalan tersebut berupa kegagalan anak dalam mengenal dan membedakan diri anak dengan orang lain yang selanjutnya berkembang bentuk-bentuk psikosis pada anak.Pendidikan orangtua di rumah juga ikut mempengaruhi terbentuknya BPD, seperti interaksi negatif antara orangtua-anak, kurangnya empati, dan lebih besar kritikan yang ditujukkan pada anak diabndingkan penghargaan.
3.       Faktor genetik
Beberapa literatur menyebutkan bahwa perlakuan-perlakuan yang berhubungan dengan BPD akan mempengaruhi pada gen yang nantinya akan mempengaruhi pada kepribadian anak, akan tetapi faktor genetik ini masih diteliti lebih lanjut. Pengaruh serotonin berhubungan dengan genetik diduga juga ikut berpengaruh
4.      Fungsi neurotransmiter
Ketidakseimbangan neurotransmiter seperti serotonin, norepinephrine dan acetylcholine (berpengaruh pada jenis emosi dan mood); GABA, (stabilisator perubahan mood), fungsi amygdala; ikut mempengaruhi perilaku-perilaku penderita BPD dalam merespon stressor yang muncul. Perilaku impulsif dan agresivitas disebabkan oleh ketidakseimbangan serotonin dan bagian wilayah prefrontal kortek.
TREATMENT
Dialectical behavioral therapy
Pertama sekali diperkenalkan oleh Marsha Linehan pada tahun 1990an untuk intervensi pada pasien yang berkeinginan untuk bunuh diri, dialectical behavioral therapy (DBT) pada perawatan BPD merupakan terapi yang berlandaskan pada teori biososial yakni menekankan fungsi-fungsi pribadi dalam mengatur emosi yang sesuai dengan pengalaman lingkungan.
Target yang ingin dicapai adalah penyesuaian antara berbagai permasalahan yang sedang dihadapi klien dengan pengambilan keputusan secara tepat. Hal-hal lain yang didapatkan klien dalam terapi ini adalah; pemusatan konsentrasi, hubungan interpersonal (seperti keinginan asertif dan ketrampilan sosial), menghadapi dan adaptasi terhadap distress, identifikasi dan mengatur reaksi emosi secara tepat
Schema therapy
Schema therapy merupakan pendekatan didasarkan pada perilaku-kognitif dan gestalt. Fokus terapi ini pada aspek emosi, kepribadian dan bagaimana individu bereaksi dengan lingkungan. Dalam treatment ini menitikberatkan pada hubungan antara terapis dan klien (pendampingan; reparenting), kehidupan sehari-hari klien diluar terapi, dan pengalaman trauma masa kecil.
Cognitive behavioral therapy
Cognitive behavioral therapy (CBT) adalah jenis terapi yang sangat luas penggunaannya untuk treatment gangguan mental, namun dalam penyembuhan gangguan BPD terapi ini dianggap kurang efektif. Kesulitan ditemui ketika pengembangan hubungan interpersonal bersamaan dengan treatment yang diberikan, oleh karenanya CBT juga mengadopsi schema therapy.
Family therapy
Terapi keluarga sangat membantu untuk mengurangi konflik dan stres yang dapat memperburuk kondisi mental individu dengan BPD. Terapi keluarga melatih anggota keluarga menghargai individu BPD, meningkatkan komunikasi dan penyelesaian masalah secara bersama-sama dan saling mendukung antar pasangannya.
Transference-focused psychotherapy
Transference-focused psychotherapy (TFP) merupakan bentuk dari terapi psikoanalisa yang dikembangkan oleh Otto Kernberg. Tidak seperti psikoanalisa yang dianggap sudah ketinggalan jaman, terapis dalam TFP berperan aktif secara bersama-sama denga klien dalam setiap sesi treatment. Terapis berusaha menggali dan mengklarifikasi aspek-aspek dalam persahabatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Mentalization based treatment
Terapi Mentalization based treatment (MBT) merupakan bentuk regulasi kembali mental yang dianggap telah terganggu setelah mengalami pelbagai permasalahan di masa kanak-kanak. Fokus dalam terapi ini adalah mengembangkan diri pasien secara mandiri untuk mengatur cara berpikir berdasarkan teori-teori psikodinamika. Dalam terapi ini diusahakan pasien tidak menghabiskan waktunya begitu lama di rumah sakit, pengurangan pemakaian obat medis, dan menghilangkan hasrat-hasrat negatif seperti keinginan untuk bunuh diri.
3)      Gangguan Kepribadian Histrionik
Gangguan Kepribadian Histrionik adalah gangguan kepribadian dramatik, emosional atau tidak menentu yang melibatkan pola emosionalitas yang berlebihan dan suka mencari perhatian.
Ciri ciri gangguan kepribadian Histrionik menurut DSM-IV-TR meliputi
·         Merasa tidak nyaman dalam situasi situasi dimana orang itu tidak menjadi pusat perhatian
·         Interaksi dengan orang lain seringkali ditandai dengan perilaku yang menggoda atau provokatif secara seksual yang tidak pada tempatnya
·         Secara konsisten menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian
·         Gaya berbicara yang terlalu impresionistik dan kurang mengandung detail
·         Mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Penderita gangguan kepribadian histrionik cenderung mengekspresikan emosi emosinya secara berlebih lebihan, misalnya menangis tak terkontrol saat menonton film cengeng
Selain itu mereka secara konstan mencari kepastian dan persetujuan dari orang lain dan bisa menjadi gusar atau marah bila orang lain tidak memperhatikan atau memberikan pujian kepadanya.
4)      Gangguan Kepribadian Narsistik
Gangguan kepribadian narsisistik adalah gangguan mental di mana orang-orang memiliki perasaan ego yang tinggi dan kebutuhan yang mendalam akan kekaguman. Penderita narsistik percaya bahwa mereka lebih unggul daripada orang lain dan kurang memperhatikan perasaan orang lain. Tetapi di balik topeng tersebut terdapat harga diri yang rapuh, rentan terhadap kritik sedikit.
Gejala
* Percaya bahwa lebih baik daripada yang lain
* Terus-menerus mengharapkan pujian dan kekaguman
* Gagal untuk mengenali emosi orang lain dan perasaan
* Mengambil keuntungan dari orang lain
* Mengekspresikan penghinaan bagi mereka yang merasa lebih rendah
* Percaya bahwa orang lain iri
* Menjadi mudah tersinggung dan ditolak
* Memiliki harga diri yang rapuh
* Keras hati atau emosional

Meskipun gangguan kepribadian narsistik mungkin tampak seperti memiliki kepercayaan diri atau harga diri yang kuat, itu tidak sama. Gangguan kepribadian narsisistik melintasi batas normal kepercayaan dan harga diri dengan berpikir begitu tinggi dari diri sendiri. Sebaliknya, orang yang memiliki keyakinan yang sehat dan harga diri tidak menghargai diri mereka sendiri lebih dari mereka menghargai orang lain.
Tapi di balik semua "kemegahan" ini seringkali terdapat harga diri yang rapuh. Penderita kesulitan menangani apa pun yang dapat dianggap sebagai kritik. Jika penderita dikritik ia merasa malu dan terhina dan seolah rahasianya dibuka. Dan dalam rangka untuk membuat diri penderita merasa lebih baik, penderita biasanya bereaksi dengan marah atau penghinaan dan upaya untuk meremehkan orang lain untuk membuat diri tampak lebih baik.
Pengobatan
Pengobatan gangguan kepribadian narsisistik ini berpusat di sekitar psikoterapi.Tidak ada pengobatan khusus yang digunakan untuk mengobati gangguan kepribadian narsisistik.Namun, jika penderita mengalami gejala depresi, gelisah atau kondisi lain, obat-obatan seperti antidepresan atau obat anti-cemas, dapat membantu.
Jenis terapi yang dapat membantu untuk gangguan kepribadian narsistik
ü  Terapi perilaku kognitif. Secara umum, terapi perilaku kognitif membantu mengidentifikasi kondisi kesehatan penderita, keyakinan dan perilaku negatif dan menggantikannya dengan sehat, positif.
ü  Terapi keluarga biasanya membawa seluruh keluarga bersama-sama dalam sesi terapi. Penderita dan keluarganya menjelajahi konflik, komunikasi dan pemecahan masalah untuk membantu mengatasi masalah-masalah hubungan di antara mereka.
ü  Terapi kelompok yang memungkinkan penderita bertemu dengan sekelompok orang dengan kondisi yang sama, dapat membantu dengan mengajar untuk berhubungan lebih baik dengan orang lain. Ini mungkin cara yang baik untuk belajar tentang sungguh-sungguh mendengarkan orang lain, belajar tentang perasaan mereka dan menawarkan dukungan.

Karena ciri-ciri kepribadian bisa sulit untuk mengubah, terapi dapat memakan waktu beberapa tahun.Tujuan psikoterapi jangka pendek adalah untuk mengatasi masalah-masalah seperti penggunaan narkoba, depresi, rendah diri atau malu.Tujuan jangka panjang adalah untuk membentuk kembali kepribadian penderita, setidaknya untuk beberapa perubahan kecil yang signifikan, sehingga penderita dapat mengubah pola berpikir yang mendistorsi citra diri dan menciptakan citra diri yang realistis. Psikoterapi juga dapat membantu penderita belajar untuk berhubungan lebih baik dengan orang lain sehingga hubungan lebih intim, menyenangkan dan bermanfaat. Hal ini dapat membantu penderita memahami penyebab emosi penderita dan apa yang mendorong penderita untuk bersaing, untuk tidak percaya orang lain dan mungkin untuk membenci diri sendiri dan orang lain.
5)   Gangguan Kepribadian yang Ditandai oleh Perilaku Cemas atau Ketakutan
Kelompok gangguan kepribadian ini mencakup tipe menghindar, dependen dan obsesif-kompulsif. Meskipun cirri-ciri dari masing-masing gangguan ini berbeda, gangguan ini sama-sama memiliki komponen berupa rasa takut atau kecemasan.
1.      Gangguan Kepribadian Menghindar
Gangguan kepribadian menghindar (avoidant personality disorder; AvPD/APD) adalah suatu kondisi karakteristik dimana individu mengalami hambatan-hambatan sosial, rasa tidak percaya diri, sensitif mengevaluasi diri dan menghindari interaksi sosial.
Individu dengan gangguan kepribadian menghindar beranggapan bahwa berinteraksi dengan orang lain tidak perlu ―tidak begitu penting, dan tidak menarik samasekali bagi mereka. Penghindaran tersebut dapat disebabkan individu menghindari atau takut rasa akan diejek, menjadi bahan tertawaan, memalukan, ditolak atau disukai oleh orang lain. Kebanyakan individu dengan gangguan kepribadian merasa hidup sendiri atau dikucilkan dalam lingkungannya.
Individu dengan gangguan kepribadian menghindar mempunyai karakteristik perhatian berlebihan pada penampilan perilaku, malu berhubungan dengan orang lain, kesulitan dalam mengekspresikan perasaan-perasaannya dan adanya perasaan kesepian (keterasingan).
Berbeda halnya dengan individu pemalu, penderita gangguan kepribadian menghindar melakukan sesuatu agar dirinya tidak menonjol dimuka umum, misalnya saja ia akan memilih tempat duduk dibelakang dimana ia tidak akan menjadi pusat perhatian orang, individu ini melakukan sesuatu terlebih dahulu untuk "membaca situasi" agar ia dapat merasa nyaman dan aman dari pandangan atau perhatian orang lain.
FAKTOR PENYEBAB
Faktor penyebab langsung munculnya gangguan ini tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan penolakan secara langsung oleh orangtua pada masa kanak-kanak merupakan salah faktor. Penolakan tersebut membuat anak berhati-hati, selalu menjaga dirinya tidak melakukan kesalahan di depan orang lain mulai berkembang hingga terbentuknya penyimpangan perilaku sampai memasuki fase dewasa.
SIMTOM
1.      Menghindari aktivitas yang melibatkan atau berhubungan dengan orang lain karena rasa takut akan dikritik, tidak diterima atau ditolak.
2.      Tidak mau berhubungan dengan orang lain kecuali orang-orang tertentu yang menyukainya.
3.      Menahan dan mengekang dirinya agar tidak akrab dengan orang lain yang disebabkan oleh rasa malu atau takut diejek oleh orang lain
4.       Menghindari yang disebabkan rasa takut terhadap situasi-situasi sosial yang akan membuatnya ditolak atau dikritik orang banyak.
5.      Merasa dirinya tidak pantas dalam pelbagai situasi ketika berhubungan dengan orang lain
6.      Merasa dirinya tidak layak, tidak menarik dan perasaan-perasaan inferioritas terhadap orang-orang
7.       Segan berperan aktif dalam beraktivitas atau kegiatan baru lainnya disebabkan adanya perasaan malu
TREATMENT
Medikasi
Tidak ada obat-obatan yang dapat menyembuhkan gangguan kepribadian menghindar (AvPD) secara langsung, dokter akan menganjurkan penggunaan obat anti cemas atau antidepressant bila individu bersangkutan disertai dengan kecemasan. Pada kenyataannya, beberapa laporan menyebutkan sebagian besar penderita gangguan kepribadian AvPD disertai dengan gangguan kecemasan, diantaranya juga disertai dengan serangan panik dan agoraphobia.
Psikoterapi
Terapi yang efektif dalam penyembuhan gangguan kepribadian menghindar sering digunakan adalah Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi kelompok dalam CBT, individu akan dilatih agar mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain, saling menghargai dan mengenal cara berpikir orang lain secara positif.
2.      Gangguan Kepribadian Dependen
Gangguan kepribadian dependen (Dependent Personality Disorder; DPD) adalah suatu kondisi karakteristik dimana individu sangat tergantung pada orang lain hingga individu tersebut patuh dan terikat erat perilakunya dan takut akan terpisah dengan orang itu. Perilaku ketergantungan dan kepatuhan muncul dari perasaan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah tanpa bantuan orang lain.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam diagnosa ini adalah perbedaan antara individu yang tergantung dan gangguan kepribadian dependen, diganosa tidak boleh mengabaikan kondisi subjek yang dipengaruhi oleh budaya setempat atau harapan dan gender.
FAKTOR PENYEBAB
Gangguan kepribadian ini dimulai di awal masa dewasa.Pada dasarnya perilaku ketergantungan adalah hal yang lumrah terjadi pada masa kanak-kanak, namun demikian ketika anak tumbuh menjadi dewasa, perilaku tersebut tidak menjadi hilang.Akibatnya, perilaku ketergantungan tersebut tetap ada sampai menjelang masa dewasa yang kemudian membentuk gangguan kepribadian dependen. Faktor penyebab lainnya adalah sakit berkepanjangan dan kecemasan yang muncul dari perpisahan dengan orangtua, atau orang lain yang sangat dicintainya pada masa kanak-kanak
SIMTOM
1.      Kesulitan dalam membuat keputusan setiap harinya tanpa adanya nasehat dan dihibur oleh orang lain
2.      Membutuhkan orang lain untuk memikul tanggung jawab pada sebagian besar dalam hidupnya
3.      Sulit melakukan suatu pekerjaan tertentu tanpa bantuan orang lain (disebabkan rendahnya rasa percaya diri, kurangnya motivasi dan energi)
4.      Membutuhkan orang lain yang memberikan dukungan atau teman ketika berpergian atau melakukan suatu pekerjaan yang tidak disukainya.
5.      Perasaan tidak nyaman karena adanya perasaan takut yang dibesar-besarkan bahwa dirinya tidak mampu untuk mandiri
6.      Individu akan mencari teman baru yang peduli dan mendukungnya ketika hubungan dengan teman sebelumnya telah berakhir
7.      Perasaan tidak realistis karena takut ditinggal oleh orang lain


TREATMENT
Individu dengan gangguan kepribadian DPD tidak dianjurkan untuk mendapatkan pengobatan medis farmakologi. Namun demikian, dokter akan menganjurkan pemakaian obat bila individu tersebut disertai gangguan kecemasan atau depresi. Penggunaan antidepressant dan benzodiazepines kadang memberikan kondisi yang baik pada individu.Beberapa jenis obat seperti imipramine (chlorpromazine) justru tidak memberikan hasil yang positif.
Dalam psikoterapi, treatment diberikan dengan tujuan agar individu dengan gangguan kepribadian dapat mencegah semakin memburuknya kondisi pasien, mengembalikan keseimbangan, mengurangi gejala-gejala yang muncul, mengembalikan kemampuan yang telah hilang, dan kemampuan adaptasi. Fokus utama dalam proses mengembalikan kemampuan adaptasi adalah individu mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Psikoterapi dapat dianggap berhasil bila;
·         Individu mampu mempunyai komitmen sendiri
·         Menikmati hubungan keakraban dengan orang lain
·         Mampu menjadi anggota team, tanpa perlu adanya persaingan
·         Mampu memberikan opini sendiri kepada orang lain
·         Penuh perhatian terhadap orang lain
·         Mampu untuk memperbaiki dirinya dari kritikan
Group therapy
Terapi kelompok dianggap paling baik untuk menyembuhkan gangguan kepribadian DPD namun dalam beberapa kasus, beberapa individu membutuhkan waktu yang relatif lama. Dalam terapi ini hasil yang dapat diperoleh; individu lebih percaya diri, mampu berpendapat di tempat umum, dan dapat merasakan perasaan-perasaannya sendiri

Cognitive behavioral therapy
Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi ini juga diperkenalkan teknik relaksasi dan meditasi secara tepat. Terapi ini melatih individu mengontrol emosi negatif, melatih diri agar tidak tergantung pada orang lain dan pengambilan keputusan yang lebih konstruktif tanpa dipengaruhi oleh perasaan negatif.
3.      Gangguan Kepribadian Obsesif-kompulsif
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif (Obsessive Compulsive Personality Disorder; OCPD) adalah suatu kondisi karakter dengan gangguan kronis pada perhatian, keteraturan dan kontrol diri.Dinyatakan sebagai gangguan bila perilaku-perilaku tersebut bersifat menetap dan mengganggu.
Individu dengan gangguan OCPD tidak memiliki keinginan-keinginan untuk mengulang perbuatan berkali-kali yang menjadi rutinitas seperti halnya simtom pada gangguan OCD.Kecenderungan perilaku pada OCPD lebih disebabkan oleh stres yang disebabkan keinginan perfeksionis dan rasa cemas yang muncul disebabkan perasaan bahwa dirinya melakukan pekerjaan itu tidak sebaik mungkin.Oleh karenanya, individu dengan gangguan kepribadian ini (OCPD) menguras energinya ketika rasa cemas atau tegang ketika melakukan pekerjaannya.
SIMTOM
1.      Rajin dan tekun pada pekerjaan, hasil (uang) yang diperoleh tidak dihabiskan untuk kegiatan senang-senang atau bersama teman (gejala ini tidak berlaku pada individu yang mengalami kesulitan ekonomi)
2.      Sangat konsisten, cermat dan tidak fleksibel menyangkut hal-hal moral, etika dan nilai (akan tetapi tidak berhubungan dengan hal yang menyangkut budaya dan agama)
3.      Enggan untuk memberi tugas atau pekerjaan kepada orang lain ketika ia merasakan mampu untuk melakukan tugas itu dengan baik
4.      Sulit melepaskan atau membuang barang (seperti pakaian) bila benda-benda tersebut sudah tidak mempunyai nilainya lagi
5.      Pelit untuk orang lain bahkan untuk dirinya sendiri, baginya uang haruslah disimpan untuk keperluan sewaktu-waktu yang tidak terduga
6.      Keras kepala ketika menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang tidak terduga yang menguras tenaga dan membuatnya gugup bila pekerjaan itu tidak terselesaikan.
TREATMENT
Medikasi
Pengobatan secara medis tidak dianjurkan untuk pengobatan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, namun demikian dokter akan memberikan obat-obatan bila disertai dengan gangguan kecemasan atau depresi.
Psikoterapi
• Family therapy
Terapi dapat efektif bila semua anggota keluarga dilibatkan, konselor atau ahli terapi dilibatkan secara langsung dalam keluarga dapat mengurangi letupan amarah dan menjaga hubungan emosional antar sesama anggota keluarga.Dalam terapi ini anggota keluarga dilatih untuk saling menghargai dan bersama-sama menyelesaikan masalah dengan saling mendukung antar anggota keluarga.
• Dialectical behavioral therapy
DBT menekankan pada saling memberi dan negosiasi antara terapis dan klien; antara rasional dan emosional, penerimaan dan berubah. Target yang ingin dicapai adalah penyesuaian antara pelbagai permasalahan yang sedang dihadapi klien dengan pengambilan keputusan secara tepat. Hal-hal lain yang didapatkan klien dalam terapi ini adalah; pemusatan konsentrasi, hubungan interpersonal (seperti keinginan asertif dan ketrampilan sosial), menghadapi dan adaptasi terhadap distress, identifikasi dan mengatur reaksi emosi secara tepat
•Cognitive behavioral therapy
Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi ini juga diperkenalkan teknik relaksasi dan meditasi secara tepat.


0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan ya :)