BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan
dan konseling merupakan suatu pelayanan bantuan yang diberikan oleh konselor
kepada konseli dengan tujuan membantu individu mengembangkan diri secara
optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti keampuan dasar dan bakat-bakatnya),
berbagai latar belakang yang ada (seperti latar beakang keluarga, pendidikan,
status social ekonomi), serta sesuaidengan tuntutan positif lingkungannya.
Untuk mencapai
tujuan tersebut, tentu para konselor harus mengetahui tentang orientasi (pusat
perhatian) bimbingan dan konseling, ruang lingkup bimbingan konseling,
visi-misi bimbingan konseling, dan paradigma bimbingan dan konseling. Dan
pengetahuan tersebut juga harus diketahui oleh konseli (klien) agar mereka tahu
secara mendalam tentang bimbingan dan konseling yang berusaha memberikan bantuan
kepada mereka.
Di makalah ini
dibahas tentang orientasi, ruang lingkup,visi-misi, dan paradigm bimbingan dan
konseling yang akan membantu berjalannya layanan bimbingan dan konseling.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana Orientasi Bimbingan dan Konseling?
2.
Bagaimana Ruang Lingkup Bimbingan dan
Konseling?
3.
Bagaimana Visi Bimbingan dan Konseling?
4.
Bagaimana Misi Bimbingan dan Konseling?
5.
Bagaimana Paradigma Bimbingan dan
Konseling?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui Orientasi Bimbingan dan
Konseling
2.
Mengetahui Ruang Lingkup Bimbingan dan
Konseling
3.
Mengetahui Visi Bimbingan dan Konseling
4.
Mengetahui Misi Bimbingan dan Konseling
5.
Mengetahui Paradigma Bimbingan dan
Konseling
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Orientasi
Bimbingan dan Konseling
Orientasi
yang dimaksud disini ialah pusat perhatian atau titik berat pandangan atau apa
yang menjadi pusat perhatian konselor terhadap kliennya.
Macam-macam
orientasi Bimbingan dan Konseling:
1.1 Orientasi Perseorangan
Bimbingan dan Konseling
menghendaki agar konselor menitikberatkan pandangan pada siswa secara
individual. Satu persatu siswa secara individual. Satu persatu siswa perlu
mendapat perhatian secara masing-masing.
1.2 Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan
dalam Bimbingan dan Konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan
perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu.
Bimbingan dan Konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses
perkembangan itu.
Menurut Myrick
perkembangan individu secara tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi inti
dari pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Peranan Bimbingan dan
Konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani
alur perkembangannya.
Secara Khusus, Thompson
dan Rudolph melihat perkembangan individu dari sudut pandang kognisi, dalam
perkembangannya anak-anak memiliki kemungkinan mengalami hambatan perkembangan
kognisi.
Macam-macam hambatan
perkembangan kognisi:
1.Hambatan Egosentrisme
2.Hambatan Konsentrasi
3.Hambatan Reversibilitas
4.Hambatan Tranformasi
1.3 Orientasi Permasalahan
Orientasi
permasalahan secara langsung bersangut paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi
pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari
masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, fungi pengentasan menginginkan
agar individu yang sudah terlanjur
mengalami masalah dapat terselesaikan masalahnya.
2.
Ruang
Lingkup Bimbingan dan Konseling
Pelayanan
Bimbingan dan Konseling memiliki peranan penting baik bagi individu yang berada
dalam lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat pada umumnya.
Uraian
dibawah ini membicarakan peranan bimbingan dan Konseling pada masing-masing
ruang lingkup kerja tersebut:
2.1 Pelayanan Bimbingan dan Konseling
di Sekolah
Sekolah merupakan
lembaga formal yang scara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan
bagi warga masyarakat. Dalam kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang
kegiatan dan bidang pelayanan bimbigan dan konseling mempunyai kedudukan dan
peranan yang khusus.
2.1.1
Keterkaitan
antara Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling dan Bidang-Bidang Lainnya
Dalam proses
pendidikan, khususnya sekolah, Mortensen dan Schmuller (1976) mengemukakan
adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait. Bidang-bidang
tersebut hendaknya secara lengkap ada dan apabila diinginkan aar pendidikan di
sekolah dapat berjalan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi secara optimal
kebutuhan peserta didik dalm proes perkembanganya.
Terdapat tiga bidang
pelayanan pendidikan, yaitu bidang kurikulum dan pengajaran, bidang
administrasi dan kepemimpinan dan kesiswaan:
a.
Bidang kurikulum dan pengajaran meliputi
semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu
penyampaian dan pengembangan penetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.
b.
Bidang administrasi atau kepemimpinan,
yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaan tanggung jawab dan
pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan
administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan, pengaduan,
dan perkembangan staf, prasarana dansarana fiik, dan pengawasan.
c.
Bidang Kesiswaan, yaitu bidang yang
meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan
secara individual agar masing-masing peserta didik itu dapat berkembang sesuai
dengan bakat, potensi, dan minat-minatnya, serta tahap-tahap perkembangannya.
Bidang ini dkenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling.
Kendatipun ketiga bidang
tersebut tampknya terpisah antara satu dengan yang lainnya, namun semuanya
memiliki arah yang sama, yaitu memberikan kemudahan bai pencapaian perkembangan
yang optimal peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan
sumbangan yang berarti terhadap pengajaran. Misalnya, proes belajar-mengajar
akan dapat berjalan dengan efektif apabil siswa terbebas dari masalah-masalah
yang menggangu proses belajarnya.. Pembebasan masalah-masalah siswa tersebut
dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Demikian juga terhadap
adminitrasi dan supervise, bimbingan dan koseling dpat memberikan sumbangan
yang berarti; misalnya dalam kaitannya dengan penyusunan kurikulum,
pengembangan program-program belajar, pengambilan kebijakan yang tepat dalam
rangka pencipataan iklim sekolah yang benar-benar menunjang bagi pemenuhan
kebutuhan dan perkembangan siswa.
Sebaliknya, bidang
pengajaran dan administrasi dapat memberkan sumbangan yang besar bagi suksesnya
bidang bimbingan dan konseling. Bidang kurikulum dan pengajaran merupakan lahan
yang sangat efektif bagi telaksananya di
dalam praktek materi-materi layanan bimbingan dan konseling. Pelaksanan
pengajaran yang sehat dan mantap, baik dalam isi maupun suasananya, akan
memberikan sumbangan besar bagi pencegahan timbulnya masalah siswa, dan juga
merupakan wahana bagi pengetahuan masalah-masalah siswa. Bidang pengelolaan dan
administrasi dapat memberikan sumbangan besar bagi pelayanan bimbingan dan
konseling melalui berbagai kebijaksanaan dan pengaturan yang menghasilkan
kondisi yang memungkinkan berjalannya layanan itu secara optimal, sehingga
segenap fungsi-fungsi dan jenis layanan
serata kegiatan bimbingan dan konseling dapat terlaksana dengan lancer dan
mencapai sasaran.
2.1.2
Tanggung
Jawab Konselor Sekolah
Dalam melaksanakan
tugas-tugas dan tanggung jawabnya itu konselor menjadi “pelayan” bagi
pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya
kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan perkembangan masing-masing peserta
didik. Dalam kaitannya dengan tujuan yang luas itu, konselor tidak hanya behubungan
dengan peserta didik atau siwa saja (sebagai sasaran utama layanan), melainkan
juga dengan berbagai pihak yang dapat secara bersama-bersama menunjang
pencapaian tujuan tersebut, yaitu sejawat (sesame konselor, guru, dan personal
sekolah lainnya), orangtua,dan masayarakat pada umumnya.
Berikut merupakan
tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh konselor:
1.
Tanggung jawab konselor terhadap siswa
2. Tanggung
jawab kepada orang tua
3. Tanggung
jawab terhadap sejawat
4. Tanggung
jawab kepada sekolah dan masyarakat
5. Tanggung
jawab terhadap diri sendiri
6. Tanggung
jawab terhadap profesi
2.2 Pelayanan Bimbingan dan Konseling
di Luar Sekolah
2.2.1
Bimbingan
dan Konseling Keluaraga
Resiko terhadap
permasalahan dapat menimpa anggota keluarga. Palmo, Lowry, Weldon, dan Scioscia
(1984) mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi secara signfikan mempenaruhi struktur
dan kondisi keluarga, yaitu meningkatnya tinkat perceraian, kedua orangtua
bekerja, pengangkatan anak, emansipasi pria-wanita, dan kebebasan hubungan
seksual.
Selain itu
meningkatnya kesadaran tentang anak
cacat, keadaan depresi dan bunuh diri, kesulitan mencari pekerjaan dan ketidakmampuan ekonomi pada
umumnya menambah unsure-unsur yang mempengaruhi kehidupan keluarga. Unsur-unsur
yang tidak menguntungkan tersebut secara tidak langsung ataupun langsung
membawa pengaruh kepada anggota keluarga, baik mereka yang sudah dewasa maupun
yang masih muda, mereka yang masih bersekolah maupun mereka yang sudah tidak
bersekolah lagi. Permasalahan yang ditimbulkan oleh pengaruh yang tidak
menguntungkan itu mengundang berperannya bimbingan dan konseling ke dalam
keluarga.
2.2.2
Bimbingan
dan Konseling dalam Lingkungan yang Lebih Luas
Permasalahan yang
dialami oleh warga masyarakat tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah dan
keluarga saja, melainkan juga di luar keduanya. Warga masayarakat di lingkungan perusahaan,
industri, kantor-kantor (baik pemerintah maupun swasta) danlembaga kerja
lainnya ,organisasi pemuda dan organisasi kemasyarakatan lainnya, bahkan di
lembaga pemasayarakatan, rumah jompo,rumah yatim piatu atau panti asuhan, rumah
sait, dan lain sebagainya, seluruhnya tidak terhindar dari kemungkinan
menghadapi masalah. Oleh karena itu
diperlukan jasa bimbingan san konseling.
Pelayanan bimbingan dan
konseling yang menjangkau daerah kerja yang lebih luas itu perlu diselengarakan
oleh konselor yang bersifat multidimensional (Chiles & Eiken, 1983), yaitu
yang mampu bekerja sama selain dengan guru, administrator, dan orangtua, juga
dengang berbagai komponen dan lembaga masyarakatsecara lebih luas. Konselor
seperti itu bekerja dengan masalah-masalah personal, emosional, social,
pendidikan, dan pekerjaan, yang kesemuanya itu untuk mencegah timbulnya
masalah, pengentasan masalah, dan menunjang perkembangan individu anggota masyarakat.KOnsep professional yang multidimensional itu akan
lbih banyak berperan sebagai pelatih dan supervisor, disamping penyelenggaraan
layanan dan kegiatan “tradisional” bimbingan dan konseling, bagi kaum muda dan
angota masyarakat lainnya (Goldman, 1976).
Konselor profeional
yang multidimensional benar-benar menjadi ahli yang memberikan jasa berupa
bantuan kepada orang-orang yang memfungsikan dirinya pada tahap perkembangan
tertentu, membantu mereka mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari
kondisidan apa yang sudah mereka miliki, membantu mereka menangani hal-hal
tertentu agar lebih efektif, merencanakan tindak lanjut atas langkah-langkah
yang telah diambil, serta membantu
lembaga ataupun organisasi melakukan perubahan agar lebih efektif. Dalam
melaksanakan perananya yang lebih luas
itu konselor berada di mana-mana, di lembaga formal dan non-formal, di
desa-desa, dan di kota-kota, konselor bekerja sama dengan keluarga dan
tokoh-tokoh masyarakat, kepala desa dan camat, dengan para pemimpin formal dan
non-formal. Konselor di masa depan bekerja di semua bidang kehidupan,
mengabdikan peranan dan jasanya untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan
sumber daya manusia, membantu individu warga masyarakat dari bergai umur, mencegah timbulnya masalah
dan mengentaskan berbagai masalah yang dihadapi warga masyarakat, dan
menjadikan tahap perkembangan yang mereka jalani menjadi optimal (Prayitno,
1990).
Konselor yang bekerja
di luar sekolah dapat mengikatkan diri pada lembaga tertentu (misalnya
perusahaan, kantor, dan lain-lain), dapat bekerja sama dengan sejawat dalam
satu “tim pelayanan bimbingan dan konseling”, dapat bekerja mandiri, dan dapat
pula menciptakan bentuk-bentuk baru konselor bekerja dan apa pun tugas-tugas
khusus yang diselenggarakan konselor namun fungsi, prinsip, asas, jenis
layananan kegiatan kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya tetap sama.
Modifikasi dan penyesuaian diperlukan berdasarkna kekhususan yang ada pada
sasaran layanan, lembaga tempat bekerja, tujuan dan kondisi yang menyertai
diperlukannya pelayanan bimbingan dan konseling itu.
3.
Visi
Bimbingan dan Konseling
Visi
Bimbingan dan Konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang
membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan
perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal,
mandiri, dan bahagia.
4.
Misi
Bimbingan dan Konseling
Sesuai dengan visi yang
telah dirumuskan, misi bimbingan dan konseling difokuskan kepada:
4.1 Misi Pendidikan
Mendidik individu
dan/atau kelompok melalui pengembangan perilaku efektif-normatif dalam
kehidupan keseharian dan tekait dengan masa depan.
Dalam memenuhi visinya di
bidang pendidikan, sekolah maupun masyarakat perlu menyelenggarakan arti
pendidikan seluas-luasnya. Apabila pengajaran hanya dilakukan dalam arti sempit
saja, dikhawatirkan tidak seimbang, hanya akan menjurus kepada pendidikan
kognitif saja, sedangkan sisi afektif dan psikomotor tidak terkupas.
4.2 Misi Pengembangan
Memfasilitasi
perkembangan individu kea rah perkembangan optimal, yaitu melalui perkembangan
potensi, pengembangan diri, berbudi pekerti luhur dan beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
4.3 Misi Pengentasan Masalah
Membantu dan
memfasilitasi pengentasan masalah individu mengacu kepada kehidupan sehari-hari
yang efektif. Dalam hal ini kemandirian seseorang untuk dapat menjalani
kehidupannya sehari-hari secara efektif.
5.
Paradigma
Bimbingan dan Konseling
Paradigma
bimbingan dan konseling adalah psiko-pedagogis dalam bingkai budaya.
Yaitu, para pelaksana BK perlu mengusai materi psikologi (psikologi umum,
perkembangan, belajar, kepribadian, dan social) serta materi pedagogis
(filsafat antropologi, dasar-dasar pendidikan, kurikulum, proses belajar dan
pembelajaran, dan penilaian pendidikan). Dikemas dalam ilmu-teknologi BK dengan
warna budaya (termasuk nilai dan norma) lingkungan peserta didik. Arah
bimbingan dan konseling mengembangkan potensi siswa agar dapat memenuhi
tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
Pada saat
ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu
dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat
pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif.
Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and
Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance
and Counseling). Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan
kepada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan
pengentasan masalah-masalah konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan
sebagai standar kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini
disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based guidance
and counseling). Standar dimaksud adalah standar kompetensi kemandirian.
Dalam
pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan
para personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru,
dan staf administrasi), orang tua konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya
(seperti instansi pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter).
Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara
keseluruhan dalam upaya membantu para konseli agar dapat mengem-bangkan atau
mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir.
Atas dasar
itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah
diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang
meliputi as-pek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan
pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual
(biologis, psikis, sosial, dan spiritual).
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Orientasi Bimbingan dan Konseling,
orientasi perseorangan, orientasi perkembangan, orientasi permasalahan.
·
Ruang Ligkup Bimbingan dan Konseling
tidak hanya di sekolah, tetapi di berbagai bidang lainnya juga.
·
Visi Bimbingan dan Konseling yaitu Visi Bimbingan dan Konseling adalah
terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya
pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah
agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.
·
Misi Bimbingan dan Konseling, misi
pendidikan, misi pengembangan, misi pengentasan masalah.
·
Paradigma
Bimbingan dan Konseling adalah psiko-pedagogis bingkai budaya.
Daftar
Pustaka
Uliya. Paradigma dan Ekspektasi
Bimbingan dan Konseling. Online www.uliyaans.blogspot.com/2013/05/paradigma-dan-ekspektasi-bimbing-26.html
[accesed 09/23/13]
Irwan, Muhammad. Visi, Misi, dan
Paradigma Bimbingan dan Konseling. Online www.belajaritusinau.blogspot.com/2012/04/visi-misi-dan-paradigma-bimbingan-dan.html
[accessed 09/23/13]
Prayitno dan Eman Amti, 1995, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan ya :)