>

Sabtu, 20 Desember 2014

Jenis-Jenis Komunikasi Antar Pribadi



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pentingnya komunikasi dengan manusia adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri manusia,  begitu juga halnya dengan organisasi. Tidak hanya pengetahuan dasar tentang komunikasi,  pengetahuan dasar tentang organisasi sebagai suatu lingkungan tertentu yang berstruktur,  berkarakteristik, serta memiliki fungsi tertentu adalah suatu hal yang mendukung kelancaran  komunikasi organisasi Orang yang tertarik untuk bergabung dalam suatu organisasi memilki alasan yang beragam. Ada yang karena alasan profit, tuntutan profesi, penyebaran ideologi maupun pemenuhan kebutuhan sosial. Para psikolog berpendapat bahwa kebutuhan utama manusia dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohani adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang baik dengan orang-orang lain. Maslow menyebutkan bahwa salah satu dari empat kebutuhan utama manusia adalah terfasilitasinya kebutuhan sosial untuk memperoleh rasa aman lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan  
Hubungan yang hangat, ramah sangat dipengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Proses komunikasi yang kita lakukan tiap hari berfungsi untuk memupuk dan memelihara hubungan kita dengan lingkungan. Oleh sebab itu ketrampilan berkomunikasi memiliki arti penting dalam kehidupan organisasi. Bahkan bisa dikatakan, ibarat organisasi adalah tubuh makhluk hidup maka komunikasi adalah darah yang mengalir dalam tubuh organisasi tersebut.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hubungan dalam perkenalan?
2.      Bagaimana hubungan dalam persahabatan?
3.      Bagaimana hubungan dengan sahabat karib?
4.      Bagaimana hubungan antara suami istri dalam komunikasi antar pribadi?
5.      Bagaimana hubungan orang tua dan anak dalam komunikasi antar pribadi?
6.      Bagaimana hubungan dalam persaudaraan?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui hubungan dalam perkenalan.
2.      Untuk mengetahui hubungan dalam persahabatan.
3.      Untuk mengetahui hubungan dalam sahabat karib.
4.      Untuk mengetahui hubungan antara suami istri dalam komunikasi antar pribadi.
5.      Untuk mengetahui hubungan orang tua dan anak dalam komunikasi antar pribadi.
6.      Untuk mengetahui hubungan dalam persaudaraan.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perkenalan
Tahap perkenalan adalah dimana kedua individu baru bertemu dan terjadinya proses penyampaian informasi yaitu berupa “fase kontak yang permulaan” atau adanya usaha dari kedua individu untuk mengetahui secepatnya identitas, sikap, dan nilai pihak yang lain. Informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokan menjadi tujuh kategori, yaitu :
(1)   informasi demografis
(2)   sikap dan pendapat tentang orang atau objek
(3)   rencana yang akan datang
(4)   kepribadian
(5)   perilaku pada masa lalu
(6)   orang lain
(7)   hobi dan minat.
B.     Persahabatan
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat melepaskan diri dari jalinan relasi sosial, dimana manusia selalu akan mengadakan kontak sosial yaitu selalu berhubungan dengan orang lain. Bahkan sebahagian besar dari waktu kita gunakan untuk berkomunikasi. Mengingat kuantitas berkomunikasi yang dilakukan di bandingkan dengan kegiatan lainnya, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan salah satu hal yang penting bagi manusia. Tidak ada suatu yang lebih penting bagi sebagian besar orang selain berinteraksi dengan orang lain. Begitu pentingnya interaksi ini sehingga apabila tidak dilakukan dalam jangka waktu lama, akan menimbulkan depresi, kurang percaya diri dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar bagi kehidupan sehari-hari. Beberapa alasan umum tentang mengapa seseorang menjalin hubungan yaitu : mengurangi kesepian yang muncul ketika kebutuhan interaksi akrab tidak terpenuhi, menguatkan dorongan karena semua manusia membutuhkan dorongan semangat dan salah satu cara terbaik untuk mendapatkannya adalah dengan interaksi antar manusia, memperoleh pengetahuan tentang diri sendiri karena melalui interaksi seseorang akan melihat dirinya seperti orang lain melihatnya, memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan rasa sakit dengan cara melalui berbagi rasa dengan orang
Hubungan tersebut dapat dilihat pada hubungan individu dengan keluarga, teman, dosen, pacar, tetangga, atau teman yang didasari dengan adanya komunikasi. Salah satu jenis dari komunikasi antarpribadi adalah hubungan persahabatan.
Persahabatan adalah salah satu hubungan yang paling penting dalam
pembentukkan hidup kita. Melalui persahabatan, orang mendapatkan kepercayaan, kasih sayang, penerimaan dan dukungan. Hubungan yang paling penting di luar keluarga adalah hubungan yang kita bangun dengan teman-teman kita yaitu hubungan persahabatan.
Persahabatan sangat penting bagi remaja karena untuk membantu memudahkan transisi dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Ini juga merupakan kesempatan untuk memperoleh pengalaman, yang akan membantu proses pengembangan identitas diri dan meningkatkan kemampuan untuk bersosialisasi, dan keterampilan komunikasi pengelolaan konflik.
Bersahabat dekat dengan seseorang membutuhkan banyak pengertian, waktu dan rasa percaya. Persahabatan diperoleh setelah melalui tahap perkenalan. Seseorang sahabat merupakan orang yang memiliki kedudukan tertentu dalam hubungan antarpribadi. Menempatkan seseorang menjadi sahabat karena telah mengenal dia dengan baik, selain itu kita juga telah menaruh rasa percaya dan harapan kepada sahabat sebagai seseorang yang mempunyai perhatian terhadap kita. Persahabatan sejati juga diartikan dengan melipat gandakan kebaikan dalam hidup dan memecahbelah keburukan hidup.
Individu berhubungan dengan individu lain karena mengharapkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya. Setiap individu secara sukarela masuk dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya (Rakhmat, 1996:121). Lebih spesifik lagi, suatu hubungan kemungkinan besar akan dipelihara ketika dianggap menguntungkan .
Hubungan berkembang sejalan dengan waktu dan individu yang terlibat dalam suatu hubungan berusaha saling mengenal sehingga dapat melakukan proses penyesuaian tehadap perbedaan masing-masing. Apabila penyesuaian berhasil hubungan akan berjalan lancar, bertambah dekat dan akrab. Namun apabila penyesuaian tersebut tidak berjalan dengan baik, akan terjadi suatu kemunduran dalam hubungan itu. Hubungan mungkin dapat tumbuh dan maju, menjadi kuat dan lebih bermakna, tetapi mungkin juga dapat menyusut dan mundur. Kemunduran hubungan terjadi apabila mulai muncul ketidakpuasan dan konflik diantara anggota hubungan tersebut, begitu juga dalam hubungan persahabatan.
Jika dua orang atau lebih secara individu tidak setuju atau berbeda secara ekstrim tentang suatu gagasan,isu,tindakan,sasaran dan tujuan dan seandainya hasil perpaduan dari mereka adalah signifikan maka disana berarti telah terjadi konflik antarpribadi. Konflik antarpribadi ini seringkali dipicu oleh adanya perbedaan persepsi,perbedaan asumsi, perbedaan orientasi,perbedaan status dan perbedaan prinsip.
C.     Sahabat Karib
Sahabat karib atau teman akrab atau  close friend or intimate adalah mereka yang jumlahnya sedikit dengan siapa seseorang secara bersama – sama mempunyai komitmen tingkat tinggi, saling ketergantungan, kepercayaan, pengungkapan, kesenangan di dalam persahabatan. Seseorang bisa mempunyai kenalan yang tidak terbatas jumlahnya dan banyak teman tetapi ia hanya mempunyai sejumlah kecil teman yang benar – benar akrab. Dengan sahabat kental, kita menunjukkan tanggung jawab kita dengan saling berikrar terhadap satu sama lain. Kita tunjukkan kepercayaan kita dengan mempunyai harapan – harapan positif  terhadap  lainnya dan percaya bahwa  ia akan berperilaku dengan adil dan jujur. Dengan sahabat kental, kehidupan kita adanya saling ketergantungan atau jalin – menjalin. Kita saling mengandalkan atau bergantung terhadap satu sama lain. Kita saling mengungkapkan informasi pribadi mengenai diri kita dengan sahabat kental. Walaupun hubungan dengan kenalan dapat menyenangkan, kebanyakan orang mengalami kesenangan dan kegembiraan terbesar dari hubungan dengan sahabat kental dan teman karib.
D.    Suami-Istri
Seseorang dalam menjalani kehidupannya, memerlukan relasi antarpribadi terutama untuk dua hal, yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan, yang secara emosional intensif. Sementara ketergantungan mengacu pada instrumen perilaku antarpribadi, seperti membutuhkan bantuan, membutuhkan persetujuan, dan mencari kedekatan. Begitu juga dengan pasangan suami istri, ketergantungan satu sama lain sangatlah besar, masing-masing harus saling bekerjasama dan saling membantu dalam membangun sebuah rumah tangga yang harmonis. Maka dari itu, dibutuhkan adanya upaya saling memahami antara keduanya.
Salah satu karakteristik penting dalam relasi antarpribadi adalah bahwa hubungan antarpribadi banyak yang tidak diciptakan atau diakhiri berdasarkan kemauan atau kesadaran. Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah, jenis dan kualitas hubungan. Misalnya status sosial ekonomi, umur, dan gender (jenis kelamin) akan mempengaruhi bukan saja kepada siapa seseorang berhubungan, tetapi juga bagaimana dan seberapa sering orang tersebut berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki status ekonomi yang berbeda akan meyebabkan peerbedaan sumber-sumber yang dimiliki untuk mengembangkan hubungan. Misalnya jika seseorangmemiliki handphone dan memiliki mobil akan membuatnya berhubungan dengan orang yang mobilitasnya tinggi. Jenis pekerjaan dari oranng yang berbeda status sosial ekonominya juga mempengaruhi hubungan antarpribadinya, pekerjaan merupakan salah satu sumber hubungan sosial yang penting.
Selain faktor sosial ekonomi, faktor usia pun mempengaruhi terbinanya sebuah hubungan atau relasi. Beberapa penelitian menemukan bahwa orang pada masa pensiun memiliki hubungan sosial yang relatif melambat. Menurunnya kesehatan dan mobilitas membuat mereka agak sulit melakukan sosialisasi. Selain itu, pasangan pengantin baru dan pasangan suami istri yang sudah menikah selama puluhan tahun akan memaknai hubungan mereka secara berbeda. Maka dari itu dibutuhkan saling pengertian agar setiap pasangan dapat menerima hal-hal yang berbeda dari pasangannya.
Dengan bertambahnya umur dari seseorang, diharapkan keadaan psikologisnya juga akan makin bertambah matang. Perkawinan pada umur yang masih muda akan banyak mengundang masalah yang tidak diharapkan. Seperti contohnya pada seorang istri anggota Polri yang baru berusia 20an dan harus berpisah dengan suaminya karena bertugas diharuskan menghadapi berbagai macam persoalan rumah tangga yang masih sangat baru baginya seperti mengurus anak seorang diri dimana di sisi lain ia sangat mengkhawatirkan keadaan suaminya bahkan terkadang merasa curiga karena komunikasi yang berjalan kurang lancar diantara keduanya. Hal yang terlihat sepele namun sebenarnya dapat menyulut konflik yang berkepanjangan sebenarnya dapat dihindari oleh pasangan suami-istri tersebut. Berbeda dengan istri yang sudah berusia 30-an dimana ia akan lebih matang dalam melihat suatu permasalahan sehingga berpengaruh dalam penyelesaian konflik yang juga akan lebih matang. Berhubung dengan hal tersebut maka dalam perkawinan kemasakan atau kematangan psikologis perlu mendapatkan pertimbangan yang mendalam.
Gender tidak kalah pentingnya dengan faktor yang sudah disebutkan sebelumnya. Perbedaan jenis kelamin akan berpengaruh pada perilaku setiap individu dan juga sudah pasti berpengaruh pada pola komunikasinya. Pasangan suami istri adalah pasangan antara laki-laki dan perempuan, di mana terdapat banyak perbedaan di dalam dirinya yang sudah kodrati. Banyak penelitian yang menjelaskan mengenai perbedaan komunikasi antara laki-laki dan perempuan. Salah satunya adalah Genderlect Theory dati Deborah Tannen. Wanita dianggap lebih banyak berbicara sekedar untuk berbicara, bila dibandingkan dengan pria. Wanita lebih banyak terlibat dalam pembicaraan yang bersifat pribadi, dan pada umumnya juga wanita lebih menaruh perhatian pada kualitas interaksi atau hubungan.
Maka dari itu, dengan banyaknya perbedaan yang ada antara suami dan istri maka kedua belah pihak harus selalu menjaga kebersamaan dengan dasar komunikasi antar pribadi yang efektif. Setiap pasangan harus menerapkan segala prinsip dalam komunikasi antar pribadi. Dengan adanya keterbukaan maka tidak akan ada prasangka atau curiga satu sama lain. Dengan adanya empati, maka tidak akan nada yang merasa susah sendirian. Dengan adanya sikap positif, maka segala cobaan yang datang akan dilalui bersama. Dengan adanya perasaan sama, maka tidak akan ada perasaan saya yang paling berkuasa atau saya yang berpenghasilan lebih besar. Dan yang terakhir, dengan adanya saling mendukung maka kesuksesan membina sebuah rumah tangga akan mudah tercapai.
Hubungan Suami Istri adalah Hubungan yang Unik
Adanya beberapa karakteristik tertentu yang membedakan bentuk hubungan suami-istri dengan bentuk hubungan interpersonal lainnya, menjadikan hubungan interpersonal antara suami-istri sebagai suatu hubungan yang unik. Karakteristik yang membedakan bentuk hubungan suami-istri dengan bentuk hubungan interpersonal lainnya adalah:
1.      Prediksi yang mereka lakukan terhadap reaksi pasangannya berdasar pada data psikologis. Mereka menyadari bahwa pasangannya berbeda dari anggota-anggota kelompoknya. Jumlah data psikologis yang dimiliki oleh suami-istri tentunya lebih banyak dari jumlah data psikologis yang dimiliki oleh teman, sahabat ataupun kekasih. Misalnya seorang istri mengetahui bahwa setiap bangun pagi, yang dilakukan suaminya adalah berdoa di sisi tempat tidur, minum segelas air putih sambil membaca surat kabar.
2.      Dalam interaksi suami-istri, mereka mendasarkan komunikasinya pada pengetahuan yang menjelaskan (explanatory knowledge) tentang masing-masing dari mereka, dan bukannya menduga-duga seperti yang terjadi pada hubungan interpersonal lainnya. Bila suatu hari sang suami tidak bangun pagi dan tidak melakukan aktivitas rutinnya, istri dapat menjelaskan alasan perilaku suaminya pada hari itu. Misalnya dengan mengatakan suaminya sedang tidak enak badan.
3.      Suami-istri menetapkan aturan-aturan interaksinya berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, sehingga sifatnya lebih pribadi.
Teori Komunikasi Antarpribadi dalam Komunikasi Suami Istri
1.      Self Disclosure Theory
Self disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi fokus penelitian dan teori komunikasi mengenai hubungan, merupakan proses mengungkapkan informasi pribadi kita kepada orang lain dan sebaliknya. Menandai sehat atau tidaknya komunikasi antar pribadi dengan melihat keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi. Mengungkapkan yang sebenarnya mengenai diri kita kepada orang lain yang juga bersedia mengungkapkan yang sebenarnya tentang dirinya, dipandang sebagai ukuran dari hubungan yang ideal.
Ahli lain Joseph Luft mengemukakan teori self disclosure yang didasarkan pada model interaksi manusia, yang disebut Johari Window. Menurut Luft, orang memiliki atribut yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri, hanya diketahui oleh orang lain, diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain dan tidak diketahui oleh siapapun. Jenis-jenis pengetahuan ini menunjuk pada keempat kuadran dari Johari Window. Idealnya, kuadran satu yang mencerminkan keterbukaan akan semakin membesar atau meningkat.Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing-masing kedalam kuadran “terbuka”. Kuadaran 4 sulit untuk diketahui, tetapi mungkin dapat dicapai melalui kegiatan seperti refleksi diri dan mimpi.Meskipun self-disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan sendiri ada batasnya. Artinya perlu kita pertimbangkan kembali apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri kita kepada orang lain akan menghasilkan efek positif bagi diri kita dengan orang tersebut. Bebrapa penelitian menunjukan bahwa keterbukaan yang ekstrim akan memberikan efek negatif bagi hubungan.
Teori ini dapat diaplikasikan dalam membina hubungan suami istri. Dengan adanya pengungkapan diri dari masing-masing individu (suami atau istri) maka kebersamaan akan timbul dan setiap konflik yang dialami dapat dilalui dengan baik. Pasangan suami istri pun dapat mengaplikasikan konsep Johari Window dalam upaya membina hubungan baik dengan pasangannya. Dengan Johari Window ini, masing-masing individu dapat memahami dan dipahami oleh pasangannya.
2.      Social Penetration Theory
Menurut teori ini, individu menentukan nilai atau besarnya perbandingan antara imbalan (reward) dan biaya (cost) dari suatu interaksi yang sedang berjalan dan juga memprediksi implikasi interaksi-interaksi di masa mendatang pada lapisan pertukaran yang sama atau lebih dalam. Andaikan prediksi seperti itu menguntungkan, maka diasumsikan bahwa pasangan yang berinteraksi itu secara bertahap bergerak ke tingkatan yang lebih intim, yaitu dari aspek-aspek biografis yang tidak mendalam ke aspek emosi dan sikap.
Ada empat tahap perkembangan hubungan, yaitu orientasi, menuju pertukaran afektif, pertukaran afektif dan pertukaran stabil. Hubungan suami-istri berdasarkan pendapat tersebut berada pada tahap yang keempat, yaitu tahap pertukaran stabil. Pada tahap ini dimensi keluasan (breadth) subjek yang dibicarakan suami-istri saat melakukan self-disclosure dan kedalaman (depth) informasi yang dibagikan saat itu berada pada tingkat yang tinggi. Namun bila hubungan suami-istri tersebut mulai rusak, terjadilah apa yang dinamakan dengan depenetrasi. Keluasan dan kedalaman seringkali (tidak selalu) berbalik arah dengan sendirinya. Sebagai contoh, suami-istri yang sedang mengalami konflik akan mengurangi topik-topik pembicaraan mereka dan akan mendiskusikan suatu topik secara tidak mendalam.
Komunikasi antarpribadi sebagai Dasar Memahami Kehidupan Bersama
Komunikasi antar pribadi mengandung beberapa aspek yang penting secara psikologi. Pertama, konsep tatap muka membedakannya dengan komunikasi jarak jauh. Dalam komunikasi tatap muka ada peran yang harus dijalankan oleh kedua pihak (pemberi informasi, penerima informasi, teman sekamar, teman kuliah dan sebagainya) dan diperlukan rasa saling percaya, saling terbuka dan saling suka antara kedua pihak agar terjadi komunikasi. Suami istri berkomunikasi pastilah dengan bertatap muka dan dalam jarak / proksemik yang dekat atau intim. Dengan keintiman ini, maka diharapkan komunikasi yang berlangsung akan lebih efektif dan dapat menjadi dasar dari proses memahami kehidupan bersama. Suami istri akan memahami peran dan fungsinya masing-masing dalam keluarga. Mereka bisa saling melengjkapi satu sama lain karena mereka selalu mengkomunikasikan segala hal yang sedang mereka rasakan atau pikirkan.
Aspek penting lainnya dalam komunikasi antar pribadi adalah adanya hubungan dua arah. Dalam hal ini perlunya keseimbangan antara dua pihak yang berkomunikasi, adanya timbal balik antara suami dan istri saat berkomunikasi akan terus mengakrabkan hubungan yang sedang terbina.
Dengan komunikasi yang terbuka antara pasangan suami istri, maka akan terbina saling pengertian, mana-mana yang baik perlu dipertahankan dan dikembangkan, dan mana-mana yang tidak baik perlu dihindarkan. Dengan demikian akan terbentuklah sikap saling terbuka, saling mengisi, saling mengerti dan akan terhindar dari kesalah pahaman. Komunikasi yang terjadi antara suami istri membuat keduanya saling berbagi dalam hal yang rahasia dengan bercerita juga melakukan segala sesuatu secara bersama atau saling mempengaruhi.
Setelah adanya hubungan dua arah dan proses pemaknaan yang sama, aspek penting lainnya adalah niat, kehendak atau intensi dari kedua pihak. Adanya ketiga hal ini dalam diri suami atau istri akan meningkatkan keeratan dan perasaan saling suka dalam berkomunikasi. Hindari pemaksaan terhadap pasangan untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan apabila situasi dan kondisi memang tidak memungkinkan. Cari waktu yang tepat untuk berkomunikasi sehingga mencegah terjadinya konflik.
Terakhir, aspek penting yang melekat pada komunikasi adalah waktu. Waktu yang diperlukan untuk berkomunikasi atau adanya kesediaan meluangkan waktu berkomunikasi oleh pasangan perlu diperhatikan. Suami yang sedaang letih karena baru pulang dari kantor akan menginginkan waktu untuk bersantai atau melepas lelah terlebih dahulu dibandingkan harus mendengarkan informasi yang penting dan mungkin memusingkan dari istrinya. Bukan berarti pasangan tersebut harus berdiam seribu bahasa, tetapi dalam kondisi seperti itu lebih baik istri menyiapkan minuman untuk suami dan berbicara hal-hal yang sederhana atau bahkan humor yang bisa membuat suami terhibur dan bisa melupakan lelah yang dirasannya.
E.     Orang Tua dan Anak
Bentuk – bentuk komunikasi dalam keluarga, salah satunya adalah komunikasi orangtua dengan anak. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat.
Hubungan interpersonal antara orangtua dan anak muncul melalui transformasi nilai-nilai. Transformasi nilai dilakukan dalam bentuk sosialisasi. Pada proses sosialisasi di masa kanak-kanak orangtua adalah membentuk kepribadian anak-anaknya dengan menanamkan nilai-nilai yang dianut oleh orangtua. Hal yang dilakukan orangtua pada anak di masa awal pertumbuhannya sangat mempengaruhi berbagai aspek psikologis anak-anak.
Keluarga merupakan wadah dalam hubungan interpersonal antara orangtua dan anak yang membawa suatu proses aktivitas transformasi nilai yang  terkait dengan perkembangan anak. Hubungan interpersonal muncul dalam bentuk komunikasi keluarga antara orangtua dan anak. Hubungan interpersonal dalam keluarga dikembangkan dalam tahapan hubungan interpersonal untuk mencapai tujuan komunikasi keluarga.
Pola Komunikasi Orangtua dan Anak
Mc Leod dan Chaffee memfokuskan studi mereka pada bagaimana lingkungan komunikasi anak-anak itu lebih ditekankan pada pandangan mereka tentang realitas sosial. Kedudukan itu telah disesuaikan bahwa anak-anak belajar suatu gaya komunikasi melalui pengulangan dari interaksi mereka dengan teman sebaya, guru, dan orangtua mereka. Gaya komunikasi itu anak-anak pertahankan kemudian membentuk suatu struktur pengalaman interaksi interpersonal. Struktur dari pengalaman interaksi interpersonal anak tersebut membantu mendefinisikan kepribadian mereka, bagaimana mereka akan mempersepsi, bereaksi, dan mengahadapi situasi kehidupan. Konsep dari pola komunikasi keluarga M.Leod ini dipengaruhi kuat oleh penelitian bidang sosiologi sebelumnya yang telah mengkonseptualisasikan secara luas hubungan keluarga dalam bentuk dimensi kekuatan ‘power’ (demokrasi dan otoriter). Mc Leod dan Chaffee berargumen bahwa pelaksanaan ‘power’ termanifestasi dalam lingkungan komunikasi keluarga itu sendiri. Pengukuran yang dirancang untuk menekankan antisipasi perbedaan dalam keluarga dengan menekankan pada (1) keharmonisan keluarga, (2) keputusan  hirarki vs egaliter , (3) pluralis, (4) fokus pada antisipasi konsekuensi sosial.
Komunikasi keluarga yang dikemukakan oleh McLeod dan Chaffee, mengemukakan komunikasi yang berorientasi sosial dan komunikasi yang berorientasi konsep. Komunikasi yang berorientasi sosial adalah komunikasi yang relatif menekankan hubungan keharmonisan dan hubungan sosial yang menyenangkan dalam keluarga. Dalam pola ini secara langsung atau tidak anak diajari menghindari perselisihan dan menekan perasaannya agar bisa menghindari perdebatan dengan orang yang lebih dewasa atau menghindari penyerangan perasaan orang lain. Dimensi sosial ini mencerninkan absolut atau unquestioned parental/ otoritas orang dewasa.
Komunikasi yang berorientasi konsep adalah komunikasi yang mendorong anak-anak untuk mengembangkan pandangan dan mempertimbangkan masalah. Komunikasi yang berorientasi konsep lebih memperhatikan aspek fungsi dan mendorong anak menimbang semua alternatif sebelum mengambilan keputusan serta membiarkan anak berada dalam kontroversi dengan mendiskusikan permasalahan secara terbuka. Dimensi konsep ini mencerninkan diskusi terbuka dari permasalahan-permasalahan dan mempertanyakan pendapat orang lain.
Dalam komposisi tinggi rendahnya kedua orientasi tersebut, baik sosial maupun konsep, maka melahirkan empat tipe pola komunikasi keluarga sebagai berikut:
1.      Komunikasi keluarga dengan pola laissez-faire, ditandai dengan rendahnya komunikasi yang berorientasi konsep, artinya anak tidak diarahkan untuk mengembangkan diri secara mandiri, dan juga rendah dalam komunikasi yang berorientasi sosial. Artinya anak tidak membina keharmonisan hubungan dalam bentuk interaksi dengan orangtua. Anak maupun orangtua kurang atau tidak memahami obyek komunikasi, sehingga dapat menimbulkan komunikasi yang salah.
  1. Komunikasi keluarga dengan pola protektif, ditandai dengan rendahnya komunikasi dalam orientasi konsep, tetapi tinggi komunikasinya dalam orientasi sosial. Kepatuhan dan keselarasan sangat dipentingkan. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang menggunakan pola protektif dalam berkomunikasi mudah dibujuk, karena mereka tidak belajar bagaimana membela atau mempertahankan pendapat sendiri.
  2. Komunikasi keluarga dengan pola pluralistik merupakan bentuk komunikasi keluarga yang menjalankan model komunikasi yang terbuka dalam membahas ide-ide dengan semua anggota keluarga, menghormati minat anggota lain dan saling mendukung.
  3. Komunikasi keluarga dengan pola konsensual, ditandai dengan adanya musyawarah mufakat. Bentuk komunikasi keluarga ini menekankan komunikasi berorientasi sosial maupun yang berorientasi konsep. Pola ini mendorong dan memberikan kesempatan untuk tiap anggota keluarga mengemukakan ide dari berbagai sudut pandang, tanpa mengganggu struktur kekuatan keluarga.
F.      Persaudaraan
Hubungan persaudaraan, hubungan ini ditandai oleh perasaan cinta dan kedekatan antara kakak dan adik, maupun antara anak-anak dari ayah dan ibu yang sama. Cinta yang menandai hubungan persaudaraan itu berlandaskan berlandaskan emosi. Kedekatan intra-anggota keluarga akan membawa dampak bagi keluarga lain (Liliweri, 1997:58).





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tahap perkenalan adalah dimana kedua individu baru bertemu dan terjadinya proses penyampaian informasi yaitu berupa “fase kontak yang permulaan” atau adanya usaha dari kedua individu untuk mengetahui secepatnya identitas, sikap, dan nilai pihak yang lain. 
Hubungan persahabatan merupakan salah satu jenis dari komunikasi antar pribadi. Beberapa alasan mengapa kita membutuhkan sahabat adalah karena dalam persahabatan terdapat rasa kebersamaan, perpaduan emosi dan stabilitas, kesempatan untuk berkomunikasi tentang diri kita, dukungan dari sahabat, kesempatan untuk saling membantu, persediaan pertolongan dan dukungan fisik, jaminan akan nilai dan harga diri.
Sahabat karib atau teman akrab atau  close friend or intimate adalah mereka yang jumlahnya sedikit dengan siapa seseorang secara bersama–sama mempunyai komitmen tingkat tinggi, saling ketergantungan, kepercayaan, pengungkapan, kesenangan di dalam persahabatan.
Pasangan suami istri ketergantungan satu sama lain sangatlah besar, masing-masing harus saling bekerjasama dan saling membantu dalam membangun sebuah rumah tangga yang harmonis. Maka dari itu, dibutuhkan adanya upaya saling memahami antara keduanya.
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak.
Hubungan persaudaraan, hubungan ini ditandai oleh perasaan cinta dan kedekatan antara kakak dan adik, maupun antara anak-anak dari ayah dan ibu yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

Liliweri,Alo.1991. Komunikasi Antar Pribadi Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.
Rahmat,Jalaludin.2000.Psikologi Komunikasi.PT. Rosda Karya:Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan ya :)