BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pentingnya
komunikasi dengan manusia adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri
manusia, begitu juga halnya dengan
organisasi. Tidak hanya pengetahuan dasar tentang komunikasi, pengetahuan dasar tentang organisasi sebagai
suatu lingkungan tertentu yang berstruktur,
berkarakteristik, serta memiliki fungsi tertentu adalah suatu hal yang
mendukung kelancaran komunikasi
organisasi Orang yang tertarik untuk bergabung dalam suatu organisasi memilki
alasan yang beragam. Ada yang karena alasan profit, tuntutan profesi,
penyebaran ideologi maupun pemenuhan kebutuhan sosial. Para psikolog
berpendapat bahwa kebutuhan utama manusia dan untuk menjadi manusia yang sehat
secara rohani adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang baik dengan
orang-orang lain. Maslow menyebutkan bahwa salah satu dari empat kebutuhan
utama manusia adalah terfasilitasinya kebutuhan sosial untuk memperoleh rasa
aman lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan
menerima persahabatan
Hubungan
yang hangat, ramah sangat dipengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Proses komunikasi yang kita lakukan tiap hari berfungsi
untuk memupuk dan memelihara hubungan kita dengan lingkungan. Oleh sebab itu
ketrampilan berkomunikasi memiliki arti penting dalam kehidupan organisasi.
Bahkan bisa dikatakan, ibarat organisasi adalah tubuh makhluk hidup maka
komunikasi adalah darah yang mengalir dalam tubuh organisasi tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
hubungan dalam perkenalan?
2. Bagaimana
hubungan dalam persahabatan?
3. Bagaimana
hubungan dengan sahabat karib?
4. Bagaimana
hubungan antara suami istri dalam komunikasi antar pribadi?
5. Bagaimana
hubungan orang tua dan anak dalam komunikasi antar pribadi?
6. Bagaimana
hubungan dalam persaudaraan?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui hubungan dalam perkenalan.
2. Untuk
mengetahui hubungan dalam persahabatan.
3. Untuk
mengetahui hubungan dalam sahabat karib.
4. Untuk
mengetahui hubungan antara suami istri dalam komunikasi antar pribadi.
5. Untuk
mengetahui hubungan orang tua dan anak dalam komunikasi antar pribadi.
6. Untuk
mengetahui hubungan dalam persaudaraan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkenalan
Tahap perkenalan adalah dimana
kedua individu baru bertemu dan terjadinya proses penyampaian informasi yaitu
berupa “fase kontak yang permulaan” atau adanya usaha dari kedua individu untuk
mengetahui secepatnya identitas, sikap, dan nilai pihak yang lain. Informasi
pada tahap perkenalan dapat dikelompokan menjadi tujuh kategori, yaitu :
(1) informasi demografis
(2) sikap dan pendapat tentang orang atau objek
(3) rencana yang akan datang
(4) kepribadian
(5) perilaku pada masa lalu
(6) orang lain
(7) hobi dan minat.
B.
Persahabatan
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat
melepaskan diri dari jalinan relasi sosial, dimana manusia selalu akan
mengadakan kontak sosial yaitu selalu berhubungan dengan orang lain. Bahkan
sebahagian besar dari waktu kita gunakan untuk berkomunikasi. Mengingat
kuantitas berkomunikasi yang dilakukan di bandingkan dengan kegiatan lainnya,
maka dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan salah satu hal yang penting
bagi manusia. Tidak ada suatu yang lebih penting bagi sebagian besar orang
selain berinteraksi dengan orang lain. Begitu pentingnya interaksi ini sehingga
apabila tidak dilakukan dalam jangka waktu lama, akan menimbulkan depresi,
kurang percaya diri dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar bagi kehidupan
sehari-hari. Beberapa alasan umum tentang mengapa seseorang menjalin hubungan
yaitu : mengurangi kesepian yang muncul ketika kebutuhan interaksi akrab tidak
terpenuhi, menguatkan dorongan karena semua manusia membutuhkan dorongan
semangat dan salah satu cara terbaik untuk mendapatkannya adalah dengan
interaksi antar manusia, memperoleh pengetahuan tentang diri sendiri karena
melalui interaksi seseorang akan melihat dirinya seperti orang lain melihatnya,
memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan rasa sakit dengan cara melalui
berbagi rasa dengan orang
Hubungan tersebut dapat dilihat pada hubungan individu
dengan keluarga, teman, dosen, pacar, tetangga, atau teman yang didasari dengan
adanya komunikasi. Salah satu jenis dari komunikasi antarpribadi adalah
hubungan persahabatan.
Persahabatan adalah salah satu hubungan yang paling
penting dalam
pembentukkan
hidup kita. Melalui persahabatan, orang mendapatkan kepercayaan, kasih sayang,
penerimaan dan dukungan. Hubungan yang paling penting di luar keluarga adalah
hubungan yang kita bangun dengan teman-teman kita yaitu hubungan persahabatan.
Persahabatan sangat penting bagi remaja karena untuk
membantu memudahkan transisi dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Ini juga
merupakan kesempatan untuk memperoleh pengalaman, yang akan membantu proses pengembangan
identitas diri dan meningkatkan kemampuan untuk bersosialisasi, dan keterampilan
komunikasi pengelolaan konflik.
Bersahabat dekat dengan seseorang membutuhkan banyak
pengertian, waktu dan rasa percaya. Persahabatan diperoleh setelah melalui
tahap perkenalan. Seseorang sahabat merupakan orang yang memiliki kedudukan
tertentu dalam hubungan antarpribadi. Menempatkan seseorang menjadi sahabat
karena telah mengenal dia dengan baik, selain itu kita juga telah menaruh rasa
percaya dan harapan kepada sahabat sebagai seseorang yang mempunyai perhatian
terhadap kita. Persahabatan sejati juga diartikan dengan melipat gandakan
kebaikan dalam hidup dan memecahbelah keburukan hidup.
Individu berhubungan dengan individu lain karena
mengharapkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya. Setiap individu secara
sukarela masuk dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut
cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya (Rakhmat, 1996:121).
Lebih spesifik lagi, suatu hubungan kemungkinan besar akan dipelihara ketika
dianggap menguntungkan .
Hubungan berkembang sejalan dengan waktu dan
individu yang terlibat dalam suatu hubungan berusaha saling mengenal sehingga
dapat melakukan proses penyesuaian tehadap perbedaan masing-masing. Apabila
penyesuaian berhasil hubungan akan berjalan lancar, bertambah dekat dan akrab.
Namun apabila penyesuaian tersebut tidak berjalan dengan baik, akan terjadi
suatu kemunduran dalam hubungan itu. Hubungan mungkin dapat tumbuh dan maju,
menjadi kuat dan lebih bermakna, tetapi mungkin juga dapat menyusut dan mundur.
Kemunduran hubungan terjadi apabila mulai muncul ketidakpuasan dan konflik
diantara anggota hubungan tersebut, begitu juga dalam hubungan persahabatan.
Jika dua orang atau lebih secara individu tidak setuju
atau berbeda secara ekstrim tentang suatu gagasan,isu,tindakan,sasaran dan
tujuan dan seandainya hasil perpaduan dari mereka adalah signifikan maka disana
berarti telah terjadi konflik antarpribadi. Konflik antarpribadi ini seringkali
dipicu oleh adanya perbedaan persepsi,perbedaan asumsi, perbedaan
orientasi,perbedaan status dan perbedaan prinsip.
C.
Sahabat Karib
Sahabat karib atau teman akrab atau close
friend or intimate adalah mereka yang jumlahnya sedikit dengan siapa
seseorang secara bersama – sama mempunyai komitmen tingkat tinggi, saling
ketergantungan, kepercayaan, pengungkapan, kesenangan di dalam persahabatan.
Seseorang bisa mempunyai kenalan yang tidak terbatas jumlahnya dan banyak teman
tetapi ia hanya mempunyai sejumlah kecil teman yang benar – benar akrab. Dengan
sahabat kental, kita menunjukkan tanggung jawab kita dengan saling berikrar
terhadap satu sama lain. Kita tunjukkan kepercayaan kita dengan mempunyai
harapan – harapan positif terhadap lainnya dan percaya bahwa ia akan berperilaku dengan adil dan jujur.
Dengan sahabat kental, kehidupan kita adanya saling ketergantungan atau jalin –
menjalin. Kita saling mengandalkan atau bergantung terhadap satu sama lain.
Kita saling mengungkapkan informasi pribadi mengenai diri kita dengan sahabat
kental. Walaupun hubungan dengan kenalan dapat menyenangkan, kebanyakan orang
mengalami kesenangan dan kegembiraan terbesar dari hubungan dengan sahabat
kental dan teman karib.
D.
Suami-Istri
Seseorang
dalam menjalani kehidupannya, memerlukan relasi antarpribadi terutama untuk dua
hal, yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency).
Perasaan mengacu pada hubungan, yang secara emosional intensif. Sementara
ketergantungan mengacu pada instrumen perilaku antarpribadi, seperti
membutuhkan bantuan, membutuhkan persetujuan, dan mencari kedekatan. Begitu
juga dengan pasangan suami istri, ketergantungan satu sama lain sangatlah
besar, masing-masing harus saling bekerjasama dan saling membantu dalam
membangun sebuah rumah tangga yang harmonis. Maka dari itu, dibutuhkan adanya
upaya saling memahami antara keduanya.
Salah satu
karakteristik penting dalam relasi antarpribadi adalah bahwa hubungan
antarpribadi banyak yang tidak diciptakan atau diakhiri berdasarkan kemauan
atau kesadaran. Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah, jenis dan kualitas
hubungan. Misalnya status sosial ekonomi, umur, dan gender (jenis kelamin) akan
mempengaruhi bukan saja kepada siapa seseorang berhubungan, tetapi juga
bagaimana dan seberapa sering orang tersebut berinteraksi dengan orang lain.
Orang yang memiliki status ekonomi yang berbeda akan meyebabkan peerbedaan sumber-sumber
yang dimiliki untuk mengembangkan hubungan. Misalnya jika seseorangmemiliki handphone
dan memiliki mobil akan membuatnya berhubungan dengan orang yang mobilitasnya
tinggi. Jenis pekerjaan dari oranng yang berbeda status sosial ekonominya juga
mempengaruhi hubungan antarpribadinya, pekerjaan merupakan salah satu sumber
hubungan sosial yang penting.
Selain
faktor sosial ekonomi, faktor usia pun mempengaruhi terbinanya sebuah hubungan
atau relasi. Beberapa penelitian menemukan bahwa orang pada masa pensiun
memiliki hubungan sosial yang relatif melambat. Menurunnya kesehatan dan
mobilitas membuat mereka agak sulit melakukan sosialisasi. Selain itu, pasangan
pengantin baru dan pasangan suami istri yang sudah menikah selama puluhan tahun
akan memaknai hubungan mereka secara berbeda. Maka dari itu dibutuhkan saling
pengertian agar setiap pasangan dapat menerima hal-hal yang berbeda dari
pasangannya.
Dengan
bertambahnya umur dari seseorang, diharapkan keadaan psikologisnya juga akan
makin bertambah matang. Perkawinan pada umur yang masih muda akan banyak
mengundang masalah yang tidak diharapkan. Seperti contohnya pada seorang istri
anggota Polri yang baru berusia 20an dan harus berpisah dengan suaminya karena
bertugas diharuskan menghadapi berbagai macam persoalan rumah tangga yang masih
sangat baru baginya seperti mengurus anak seorang diri dimana di sisi lain ia
sangat mengkhawatirkan keadaan suaminya bahkan terkadang merasa curiga karena
komunikasi yang berjalan kurang lancar diantara keduanya. Hal yang terlihat
sepele namun sebenarnya dapat menyulut konflik yang berkepanjangan sebenarnya
dapat dihindari oleh pasangan suami-istri tersebut. Berbeda dengan istri yang
sudah berusia 30-an dimana ia akan lebih matang dalam melihat suatu
permasalahan sehingga berpengaruh dalam penyelesaian konflik yang juga akan
lebih matang. Berhubung dengan hal tersebut maka dalam perkawinan kemasakan
atau kematangan psikologis perlu mendapatkan pertimbangan yang mendalam.
Gender tidak
kalah pentingnya dengan faktor yang sudah disebutkan sebelumnya. Perbedaan
jenis kelamin akan berpengaruh pada perilaku setiap individu dan juga sudah
pasti berpengaruh pada pola komunikasinya. Pasangan suami istri adalah pasangan
antara laki-laki dan perempuan, di mana terdapat banyak perbedaan di dalam
dirinya yang sudah kodrati. Banyak penelitian yang menjelaskan mengenai
perbedaan komunikasi antara laki-laki dan perempuan. Salah satunya adalah Genderlect
Theory dati Deborah Tannen. Wanita dianggap lebih banyak berbicara sekedar
untuk berbicara, bila dibandingkan dengan pria. Wanita lebih banyak terlibat
dalam pembicaraan yang bersifat pribadi, dan pada umumnya juga wanita lebih
menaruh perhatian pada kualitas interaksi atau hubungan.
Maka dari
itu, dengan banyaknya perbedaan yang ada antara suami dan istri maka kedua
belah pihak harus selalu menjaga kebersamaan dengan dasar komunikasi antar
pribadi yang efektif. Setiap pasangan harus menerapkan segala prinsip dalam
komunikasi antar pribadi. Dengan adanya keterbukaan maka tidak akan ada prasangka
atau curiga satu sama lain. Dengan adanya empati, maka tidak akan nada yang
merasa susah sendirian. Dengan adanya sikap positif, maka segala cobaan yang
datang akan dilalui bersama. Dengan adanya perasaan sama, maka tidak akan ada
perasaan saya yang paling berkuasa atau saya yang berpenghasilan lebih besar.
Dan yang terakhir, dengan adanya saling mendukung maka kesuksesan membina
sebuah rumah tangga akan mudah tercapai.
Hubungan Suami Istri adalah Hubungan yang Unik
Adanya beberapa karakteristik tertentu yang membedakan bentuk hubungan
suami-istri dengan bentuk hubungan interpersonal lainnya, menjadikan hubungan
interpersonal antara suami-istri sebagai suatu hubungan yang unik.
Karakteristik yang membedakan bentuk hubungan suami-istri dengan bentuk hubungan
interpersonal lainnya adalah:
1. Prediksi
yang mereka lakukan terhadap reaksi pasangannya berdasar pada data psikologis.
Mereka menyadari bahwa pasangannya berbeda dari anggota-anggota kelompoknya.
Jumlah data psikologis yang dimiliki oleh suami-istri tentunya lebih banyak
dari jumlah data psikologis yang dimiliki oleh teman, sahabat ataupun kekasih.
Misalnya seorang istri mengetahui bahwa setiap bangun pagi, yang dilakukan
suaminya adalah berdoa di sisi tempat tidur, minum segelas air putih sambil
membaca surat kabar.
2.
Dalam interaksi suami-istri, mereka mendasarkan
komunikasinya pada pengetahuan yang menjelaskan (explanatory knowledge)
tentang masing-masing dari mereka, dan bukannya menduga-duga seperti yang
terjadi pada hubungan interpersonal lainnya. Bila suatu hari sang suami tidak
bangun pagi dan tidak melakukan aktivitas rutinnya, istri dapat menjelaskan
alasan perilaku suaminya pada hari itu. Misalnya dengan mengatakan suaminya
sedang tidak enak badan.
3.
Suami-istri menetapkan aturan-aturan interaksinya
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, sehingga sifatnya lebih pribadi.
Teori
Komunikasi Antarpribadi dalam Komunikasi Suami Istri
1.
Self Disclosure Theory
Self
disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi
fokus penelitian dan teori komunikasi mengenai hubungan, merupakan proses
mengungkapkan informasi pribadi kita kepada orang lain dan sebaliknya. Menandai
sehat atau tidaknya komunikasi antar pribadi dengan melihat keterbukaan yang
terjadi dalam komunikasi. Mengungkapkan yang sebenarnya mengenai diri kita
kepada orang lain yang juga bersedia mengungkapkan yang sebenarnya tentang
dirinya, dipandang sebagai ukuran dari hubungan yang ideal.
Ahli lain
Joseph Luft mengemukakan teori self disclosure yang didasarkan pada
model interaksi manusia, yang disebut Johari Window. Menurut Luft, orang
memiliki atribut yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri, hanya diketahui
oleh orang lain, diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain dan tidak
diketahui oleh siapapun. Jenis-jenis pengetahuan ini menunjuk pada keempat
kuadran dari Johari Window. Idealnya, kuadran satu yang mencerminkan
keterbukaan akan semakin membesar atau meningkat.Jika komunikasi antara dua
orang berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong
informasi mengenai diri masing-masing kedalam kuadran “terbuka”. Kuadaran 4
sulit untuk diketahui, tetapi mungkin dapat dicapai melalui kegiatan seperti
refleksi diri dan mimpi.Meskipun self-disclosure mendorong adanya
keterbukaan, namun keterbukaan sendiri ada batasnya. Artinya perlu kita
pertimbangkan kembali apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri kita
kepada orang lain akan menghasilkan efek positif bagi diri kita dengan orang
tersebut. Bebrapa penelitian menunjukan bahwa keterbukaan yang ekstrim akan memberikan
efek negatif bagi hubungan.
Teori ini dapat diaplikasikan dalam membina hubungan suami istri. Dengan
adanya pengungkapan diri dari masing-masing individu (suami atau istri) maka
kebersamaan akan timbul dan setiap konflik yang dialami dapat dilalui dengan
baik. Pasangan suami istri pun dapat mengaplikasikan konsep Johari Window dalam
upaya membina hubungan baik dengan pasangannya. Dengan Johari Window ini,
masing-masing individu dapat memahami dan dipahami oleh pasangannya.
2.
Social Penetration Theory
Menurut
teori ini, individu menentukan nilai atau besarnya perbandingan antara imbalan
(reward) dan biaya (cost) dari suatu interaksi yang sedang berjalan dan juga
memprediksi implikasi interaksi-interaksi di masa mendatang pada lapisan
pertukaran yang sama atau lebih dalam. Andaikan prediksi seperti itu
menguntungkan, maka diasumsikan bahwa pasangan yang berinteraksi itu secara
bertahap bergerak ke tingkatan yang lebih intim, yaitu dari aspek-aspek
biografis yang tidak mendalam ke aspek emosi dan sikap.
Ada empat tahap perkembangan hubungan, yaitu orientasi, menuju pertukaran
afektif, pertukaran afektif dan pertukaran stabil. Hubungan suami-istri
berdasarkan pendapat tersebut berada pada tahap yang keempat, yaitu tahap
pertukaran stabil. Pada tahap ini dimensi keluasan (breadth) subjek yang
dibicarakan suami-istri saat melakukan self-disclosure dan kedalaman (depth)
informasi yang dibagikan saat itu berada pada tingkat yang tinggi. Namun bila
hubungan suami-istri tersebut mulai rusak, terjadilah apa yang dinamakan dengan
depenetrasi. Keluasan dan kedalaman seringkali (tidak selalu) berbalik arah
dengan sendirinya. Sebagai contoh, suami-istri yang sedang mengalami konflik
akan mengurangi topik-topik pembicaraan mereka dan akan mendiskusikan suatu
topik secara tidak mendalam.
Komunikasi
antarpribadi sebagai Dasar Memahami Kehidupan Bersama
Komunikasi antar pribadi mengandung beberapa aspek yang penting secara
psikologi. Pertama, konsep tatap muka membedakannya dengan komunikasi jarak
jauh. Dalam komunikasi tatap muka ada peran yang harus dijalankan oleh kedua
pihak (pemberi informasi, penerima informasi, teman sekamar, teman kuliah dan
sebagainya) dan diperlukan rasa saling percaya, saling terbuka dan saling suka
antara kedua pihak agar terjadi komunikasi. Suami istri berkomunikasi pastilah
dengan bertatap muka dan dalam jarak / proksemik yang dekat atau intim. Dengan
keintiman ini, maka diharapkan komunikasi yang berlangsung akan lebih efektif
dan dapat menjadi dasar dari proses memahami kehidupan bersama. Suami istri
akan memahami peran dan fungsinya masing-masing dalam keluarga. Mereka bisa
saling melengjkapi satu sama lain karena mereka selalu mengkomunikasikan segala
hal yang sedang mereka rasakan atau pikirkan.
Aspek penting lainnya dalam komunikasi antar pribadi adalah adanya hubungan
dua arah. Dalam hal ini perlunya keseimbangan antara dua pihak yang
berkomunikasi, adanya timbal balik antara suami dan istri saat berkomunikasi
akan terus mengakrabkan hubungan yang sedang terbina.
Dengan komunikasi yang terbuka antara pasangan suami istri, maka akan
terbina saling pengertian, mana-mana yang baik perlu dipertahankan dan
dikembangkan, dan mana-mana yang tidak baik perlu dihindarkan. Dengan demikian
akan terbentuklah sikap saling terbuka, saling mengisi, saling mengerti dan
akan terhindar dari kesalah pahaman. Komunikasi yang terjadi antara suami istri
membuat keduanya saling berbagi dalam hal yang rahasia dengan bercerita juga
melakukan segala sesuatu secara bersama atau saling mempengaruhi.
Setelah adanya hubungan dua arah dan proses pemaknaan yang sama, aspek
penting lainnya adalah niat, kehendak atau intensi dari kedua pihak. Adanya
ketiga hal ini dalam diri suami atau istri akan meningkatkan keeratan dan
perasaan saling suka dalam berkomunikasi. Hindari pemaksaan terhadap pasangan
untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan apabila situasi dan kondisi
memang tidak memungkinkan. Cari waktu yang tepat untuk berkomunikasi sehingga
mencegah terjadinya konflik.
Terakhir, aspek penting yang melekat pada komunikasi adalah waktu. Waktu
yang diperlukan untuk berkomunikasi atau adanya kesediaan meluangkan waktu
berkomunikasi oleh pasangan perlu diperhatikan. Suami yang sedaang letih karena
baru pulang dari kantor akan menginginkan waktu untuk bersantai atau melepas
lelah terlebih dahulu dibandingkan harus mendengarkan informasi yang penting
dan mungkin memusingkan dari istrinya. Bukan berarti pasangan tersebut harus
berdiam seribu bahasa, tetapi dalam kondisi seperti itu lebih baik istri
menyiapkan minuman untuk suami dan berbicara hal-hal yang sederhana atau bahkan
humor yang bisa membuat suami terhibur dan bisa melupakan lelah yang
dirasannya.
E. Orang Tua
dan Anak
Bentuk – bentuk
komunikasi dalam keluarga, salah satunya adalah komunikasi orangtua dengan
anak. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan
keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang
terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan
pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak
berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat.
Hubungan
interpersonal antara orangtua dan anak muncul melalui transformasi nilai-nilai.
Transformasi nilai dilakukan dalam bentuk sosialisasi. Pada proses sosialisasi
di masa kanak-kanak orangtua adalah membentuk kepribadian anak-anaknya dengan
menanamkan nilai-nilai yang dianut oleh orangtua. Hal yang dilakukan orangtua
pada anak di masa awal pertumbuhannya sangat mempengaruhi berbagai aspek
psikologis anak-anak.
Keluarga
merupakan wadah dalam hubungan interpersonal antara orangtua dan anak yang
membawa suatu proses aktivitas transformasi nilai yang terkait dengan
perkembangan anak. Hubungan interpersonal muncul dalam bentuk komunikasi
keluarga antara orangtua dan anak. Hubungan interpersonal dalam keluarga
dikembangkan dalam tahapan hubungan interpersonal untuk mencapai tujuan
komunikasi keluarga.
Pola
Komunikasi Orangtua dan Anak
Mc Leod dan Chaffee memfokuskan studi mereka pada bagaimana lingkungan
komunikasi anak-anak itu lebih ditekankan pada pandangan mereka tentang
realitas sosial. Kedudukan itu telah disesuaikan bahwa anak-anak belajar suatu
gaya komunikasi melalui pengulangan dari interaksi mereka dengan teman sebaya,
guru, dan orangtua mereka. Gaya komunikasi itu anak-anak pertahankan kemudian
membentuk suatu struktur pengalaman interaksi interpersonal. Struktur dari
pengalaman interaksi interpersonal anak tersebut membantu mendefinisikan
kepribadian mereka, bagaimana mereka akan mempersepsi, bereaksi, dan
mengahadapi situasi kehidupan. Konsep dari pola komunikasi keluarga M.Leod ini
dipengaruhi kuat oleh penelitian bidang sosiologi sebelumnya yang telah
mengkonseptualisasikan secara luas hubungan keluarga dalam bentuk dimensi
kekuatan ‘power’ (demokrasi dan otoriter). Mc Leod dan Chaffee berargumen bahwa
pelaksanaan ‘power’ termanifestasi dalam lingkungan komunikasi keluarga itu
sendiri. Pengukuran yang dirancang untuk menekankan antisipasi perbedaan dalam
keluarga dengan menekankan pada (1) keharmonisan keluarga, (2) keputusan
hirarki vs egaliter , (3) pluralis, (4) fokus pada antisipasi konsekuensi
sosial.
Komunikasi keluarga yang dikemukakan oleh McLeod dan Chaffee, mengemukakan
komunikasi yang berorientasi sosial dan komunikasi yang berorientasi konsep.
Komunikasi yang berorientasi sosial adalah komunikasi yang relatif menekankan
hubungan keharmonisan dan hubungan sosial yang menyenangkan dalam keluarga.
Dalam pola ini secara langsung atau tidak anak diajari menghindari perselisihan
dan menekan perasaannya agar bisa menghindari perdebatan dengan orang yang
lebih dewasa atau menghindari penyerangan perasaan orang lain. Dimensi sosial
ini mencerninkan absolut atau unquestioned parental/ otoritas orang dewasa.
Komunikasi yang berorientasi konsep adalah komunikasi yang mendorong
anak-anak untuk mengembangkan pandangan dan mempertimbangkan masalah.
Komunikasi yang berorientasi konsep lebih memperhatikan aspek fungsi dan
mendorong anak menimbang semua alternatif sebelum mengambilan keputusan serta
membiarkan anak berada dalam kontroversi dengan mendiskusikan permasalahan
secara terbuka. Dimensi konsep ini mencerninkan diskusi terbuka dari
permasalahan-permasalahan dan mempertanyakan pendapat orang lain.
Dalam komposisi tinggi rendahnya kedua orientasi tersebut, baik sosial
maupun konsep, maka melahirkan empat tipe pola komunikasi keluarga sebagai
berikut:
1.
Komunikasi keluarga dengan pola laissez-faire,
ditandai dengan rendahnya komunikasi yang berorientasi konsep, artinya anak
tidak diarahkan untuk mengembangkan diri secara mandiri, dan juga rendah dalam
komunikasi yang berorientasi sosial. Artinya anak tidak membina keharmonisan
hubungan dalam bentuk interaksi dengan orangtua. Anak maupun orangtua kurang
atau tidak memahami obyek komunikasi, sehingga dapat menimbulkan komunikasi
yang salah.
- Komunikasi keluarga dengan pola protektif, ditandai dengan rendahnya komunikasi dalam orientasi konsep, tetapi tinggi komunikasinya dalam orientasi sosial. Kepatuhan dan keselarasan sangat dipentingkan. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang menggunakan pola protektif dalam berkomunikasi mudah dibujuk, karena mereka tidak belajar bagaimana membela atau mempertahankan pendapat sendiri.
- Komunikasi keluarga dengan pola pluralistik merupakan bentuk komunikasi keluarga yang menjalankan model komunikasi yang terbuka dalam membahas ide-ide dengan semua anggota keluarga, menghormati minat anggota lain dan saling mendukung.
- Komunikasi keluarga dengan pola konsensual, ditandai dengan adanya musyawarah mufakat. Bentuk komunikasi keluarga ini menekankan komunikasi berorientasi sosial maupun yang berorientasi konsep. Pola ini mendorong dan memberikan kesempatan untuk tiap anggota keluarga mengemukakan ide dari berbagai sudut pandang, tanpa mengganggu struktur kekuatan keluarga.
F. Persaudaraan
Hubungan
persaudaraan, hubungan ini ditandai oleh perasaan cinta dan kedekatan antara
kakak dan adik, maupun antara anak-anak dari ayah dan ibu yang sama. Cinta yang
menandai hubungan persaudaraan itu berlandaskan berlandaskan emosi. Kedekatan
intra-anggota keluarga akan membawa dampak bagi keluarga lain (Liliweri,
1997:58).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tahap perkenalan adalah dimana kedua individu baru bertemu dan terjadinya
proses penyampaian informasi yaitu berupa “fase kontak yang permulaan” atau
adanya usaha dari kedua individu untuk mengetahui secepatnya identitas, sikap,
dan nilai pihak yang lain.
Hubungan persahabatan merupakan salah satu jenis dari komunikasi antar
pribadi. Beberapa alasan mengapa kita membutuhkan sahabat adalah karena dalam
persahabatan terdapat rasa kebersamaan, perpaduan emosi dan stabilitas,
kesempatan untuk berkomunikasi tentang diri kita, dukungan dari sahabat,
kesempatan untuk saling membantu, persediaan pertolongan dan dukungan fisik,
jaminan akan nilai dan harga diri.
Sahabat
karib atau teman akrab atau close friend or intimate adalah mereka
yang jumlahnya sedikit dengan siapa seseorang secara bersama–sama mempunyai
komitmen tingkat tinggi, saling ketergantungan, kepercayaan, pengungkapan,
kesenangan di dalam persahabatan.
Pasangan
suami istri ketergantungan satu sama lain sangatlah besar, masing-masing harus
saling bekerjasama dan saling membantu dalam membangun sebuah rumah tangga yang
harmonis. Maka dari itu, dibutuhkan adanya upaya saling memahami antara
keduanya.
Komunikasi
yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana
orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak.
Hubungan
persaudaraan, hubungan ini ditandai oleh perasaan cinta dan kedekatan antara
kakak dan adik, maupun antara anak-anak dari ayah dan ibu yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Liliweri,Alo.1991. Komunikasi Antar
Pribadi Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.
Rahmat,Jalaludin.2000.Psikologi
Komunikasi.PT. Rosda Karya:Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan ya :)