BAB I
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Kesehatan Mental
Istilah kesehatan mental adalah
terjemahan dari kata “Mental Hygiene”.
Mental berasal dari kata Mens, mentis yang berarti jiwa, nyawa, sukma,roh,
semangat (Kartini,Kartono. 1983:1).
Hygiene berasal dari bahasa perancis,Higiene
yang artinya ilmu memelihara kesehatan.
Mental Hygiene dapat
diterjemahkan menjadi higien mental atau ilmu kesehatan mental dengan
pengertian sebagai usaha-usaha yang dilakukan agar tercapai mental yang sehat
(Moh. Surya, 1997:1).
Tiga macam arah dari pengertian
tentang kesehatan mental yang disusun oleh para ahli yaitu :
a. Kesehatan
mental dipandang sebagai suatu kondisi atau keadaan mental yang sehat.
b. Kesehatan
mental dipandang sebagai pengetahuan perbuatan bahkan seni untuk mencapai kondisi
mental yang sehat.
c. Kesehatan
mental dipandang sebagai aktivitas penyesuaian individu untuk memperoleh
kondisi mental yang sehat.
2.
Sejarah
Penanganan Gangguan Kesehatan Mental
Kesehatan mental bukan suatu yang baru bagi peradaban manusia. Pepatah Yunani
tentang mens sana in corpore sano, satu indikasi bahwa masyarakat di zaman
sebelum masehi sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan mental.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya kesehatan mental, bahwa gangguan
mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia sekaligus telah ada
upaya-upaya mengatasi sejalan dengan peradabannya.
Hobbs (1964) mengemukakan adanya
revolusi pemahaman masyarakat terhadap kesehatan mental sekaligus cara - cara
penanganannya terutama yang terjadi di masyarakat barat. Tahap - tahap pola
pemahaman dan revolusi penanganan kesehatan mental itu adalah sebagai berikut.
1. Tahap Pertama: Gangguan Kekuatan
Gaib
Orang yang menderita gangguan mental
atau orang gila, diyakini disebabkan oleh kekuatan - kekuatan spiritual yang
masuk, mempengaruhi atau menguasai manusia. Pada tahap ini, gangguan mental
ditangani sesuai dengan keyakinannya tentang sebab sebuah kesakitan. Mereka
berkeyakinan ada “pihak yang berwenang” untuk membantu mengatasinya, dan cara
penanganannya dilakukan dengan suatu upacara ritual.Bahwa sakit jiwa bukanlah
karena roh jahat. Namun demikian perjuangan mereka membutuhkan waktu yang
sangat lama untuk diterima oleh masyarakat luas. Pandangan bahwa gangguan
mental disebabkan oleh kekuatan gaib ini berlangsung hingga abad pertengahan.
2. Tahap Kedua: Sakit Mental
Pada
abad ke 17 telah terjadi perubahan besar dalam dunia pengetahuan yaitu adanya
renaissance. Semboyan kebebasan, persamaan, dan persaudaraan, dijadikan oleh
Phillipe Pinel, dokter dan Direktur RSJ Bicetre di Paris menuntut kepada
penguasa untuk melepas belenggu penderita jiwa di RSJ. Perjuangan Pinel ini
dicatat sebagai “revolusi kesehatan mental pertama”, karena setelah
peristiwa ini penanganan terhadap penderita jiwa lebih manusiawi.
Dalam
bidang kesehatan mental pun juga mengalami perubahan - perubahan pemahaman
masyarakat. Pada abad 17 ini gangguan mental tidak lagi dianggap sebagai
gangguan dari kekuatan spiritual atau roh jahat sebagaimana yang terjadi
sebelumnya, tetapi dianggap sebagai keadaan sakit.
Implikasi
dari kesadaran dan perubahan pemahaman masyarakat dan ilmuwan terhadap gangguan
mental adalah adanya perubahan pula penanganannya. Karena gangguan mental
dipandang sebagai kesakitan sebagaimana sakit fisik, maka pada abad ini banyak
dibangun asylum, untuk menampung para penderita gangguan mental dan sekaligus
diupayakan penyembuhannya.
3. Tahapan Ketiga: Faktor Psikologis
Pandangan
baru tentang kesehatan mental terjadi pada awal abad ke-20. Melalui teori
Sigmund Freud tentang Psikoanalisa, memandang bahwa gangguan mental terjadi
karena adanya konflik - konflik psikis yang terjadi antara dorongan instinktif
(id) dan control moral (superego). Penderita gangguan mental, tidak perlu
dihukum sebagaimana yang ditampung di asylum, tetapi dirawat di rumah sakit dan
digali faktor - faktor ketidaksadarannya. Sejak Freud , menguasai pandangan
tentang gangguan jiwa, maka studi tentang hysteria dan neurosa, menjadi sangat
menarik.
Karena
itulah pada masa ini disebut revolusi kesehatan mental yang kedua,
karena itulah mengubah cara pandang sebelumnya mengenai cara penanganan
terhadap gangguan mental. Pendekatan klinis lebih ditingkatkan untuk
memperbaiki yang tidak sepenuhnya dicapai pada revolusi pertama.
4. Tahap Keempat: Multifaktor
Setelah
perang dunia II, pandangan masyarakat tentang kesehatan mental terjadi
kemajuan. Kesehatan mental dipandang tidak hanya karena faktor psikologis,
lebih dari itu adalah karena multi faktor, yaitu faktor interpersonal,
keluarga, masyarakat, dan hubungan sosial. Semua faktor-faktor tersebut saling
berinteraksi dan memepengaruhi kesehatan mental individu maupun masyarakat.
Pada
saat itu, banyak bermunculan gerakan - gerakan sosial yang membela hak - hak
rakyat sipil, wanita, kesadaran dalam partisipasi politik dan pemerintahan,
pencegahan kemiskinan dan masalah - masalah sosial lainnya. semuanya dilakukan
dalam upaya peningkatkan kesehatan mental individu dan masyarakat secara
keseluruhan.
Sejak
itu, didasari oleh masyarakat dunia bahwa kesehatan mental tidak saja terbatas
pada upaya penyembuhan belaka tetapi yang terpenting adalah upaya
pencegahannya. Masa ini disebut revolusi yang ketiga dalam bidang kesehatan
mental. Pendekatan penanganan kesehatan mental yang terbaru ini memberikan
kesadaran banyak kesehatan mental tidak cukup diatasi secra klinis dan
individual tetapi perlu juga melibatkan seluruh masyarakat.
Tabel 9.1 Tahapan Revolusi
Penanganan Kesehatan mental
Periode
Revolusi
|
Penyebab
Gangguan
|
Ciri-ciri
Metode
Bantuan
|
Keunggulan
dan
Kelemahan
Revolusi
|
Hingga abad pertengahan ke-18
|
Penguasaan makhluk halus atau kekuatan
gaib
|
“Treatment”
agama; pemisahan secara permanent dari masyarakat; metode fisik yang keras
yang sewaktu-waktu mengarah kepada kematian;
|
|
Revolusi pertama/ akhir abad ke-18
dan awal abad ke-19
|
Sakit;
sakit mental
|
Masih
menggunakan metode fisik (tetapi tidak sekeras sebelumnya); menggunakan
komunikasi dan interaksi dengan “pasien”; pengurungan jangka panjang
|
Keunggulan:
mulai memperhatikan aspek kemanusiaan terhadap individu, kurang menggunakan
penanganan kekerasan
Kelemahan:
sedikit mengenal faktor psikologis dan sosial.
|
Revolusi kedua/ aliran Freud akhir abad
ke-19 dan awal abad 20
|
Intra
psikis, biasanya konflik ketidaksadaran
|
Psikoterapi,
analisis dan interpretasi dari: assosiasi bebas, mimpi dan perilaku lain
|
Keunggulan:
mengenal pentingnya motivasi dan perkembangan awal anak
Kelemahan:
terlalu menekankan pada teori dibandingkan dengan penelitian empiris dan
menekankan faktor masa lalu dan ketidaksadaran dibandingkan faktor personal
dan sosial.
|
Revolusi
ketiga/ pertengahan abad ke-20
|
Konflik
antar individu; keluarga, masyarakat dan kekuatan social
|
Intervensi
perkawinan, keluarga, dan masyarakat didesain untuk menghadapi masalah interaksi
antar dan sekitar masyarakat.
|
Keunggulan:
mengenal pentingnya interaksi sekitar individu, keluarga dan masyarakat.
Kelemahan:
pendekatan interpersonal dan sosial dapat menolak
|
3.
Penanganan Gangguan Kesehatan Mental
pada Anak
Gangguan Kesehatan mental dapat
diobati secara formal dan informal. Pengobatan secara informal yaitu sebagai berikut :
a.
Berusaha memahami hakekat manusia yang mempunyai pembawaan dan pengalaman yang
berbeda-beda dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Termasuk memahami diri sendiri yang bisa
dilakukan dengan intropeksi diri.
b.
Konsultasi pada orang yang dianggap bisa memahami membantu
mengatasi masalahnya.
c.
Mencurahkan isi hatinya kepada orang yang dipercayainnya.
d.
Berfikir positif dengan memandang segala sesuatu dari aspek positif
atau hikmahnya
e.
Realistis
yaitu dengan menerima kenyataan/fakta secara rasional.
f.
Berusaha
menyesuaikan diri dengan cara sebagai berikut :
·
Alloplasties
yaitu dengan mengubah sikap perilaku diri sendiri agas sesuai dengan situasi
dan kondisi lingkungan, jika diri sendiri tidak mungkin/mampu mengubah situasi
dan kondisi lingkungan.
·
Geneplasties
yaitu dengan mengadakan perubahan pada diri sendiri dan pada lingkungan,
sepanjang hal tersebut memungkinkan.
·
Autoplasties
yaitu mengubah situasi dan kondisi lingkungan sesuai dengan yang kita harapkan,
sepanjang hal tersebut memungkinkan, baik secara kemampuan, kemauan, kewenangan
maupun peluang sehingga seseorang akan merasa lebih baik, senang, nyaman dan
bahagia.
g. Melakukan rekreasi dan olahraga ringan agar
secara fisik maupun mental seseorang merasa lebih segar dan enak.
h. Melakukan relaksasi misalnya dengan program
latihan relaksasi, massage, rekreasi dan sebagainya yang akan membuat seseorang
merasa lebih tenang.
i.
Berdoa
dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga seseorang akan merasa
tenang, tentram dan damai.
Ketidakmampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi pada dirinya maupun pada lingkungannya dikenal dengan istilah
stress. Sehubungan dengan hal tersebut Hans Selye (1976) dalam “The Stress
Life” menuliskan beberapa cara untuk mengatasi stress, yaitu:
Ø Ubah lingkungan kerja dan lingkungan social.
Ø Pelajari emosi yang dilahirkan oleh persepsi
dan opini Anda.
Ø Berusaha untuk rileks, tenang dalam menghadapi
tugas maupun masalah.
Ø Pelihara fisik anda dengan gizi yang memadai
dan berolahraga yang teratur.
Ø Penuhi kebutuhana rohani dengan berdoa,
laksanakan ajaran dengan sebaik- baiknya
sesuai dengan keyakinan.
j.
Masuk
perkumpulan social
Pengobatan informal ini dapat berupa
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
mental dan fisik secara keseluruhan, dan didukung oleh filsafat atau ideologi
tertentu mengenai bagaimana seseorang harus hidup.
Selain
itu gangguan kesehatan mental dapat ditangani dengan pengobatan formal. Pengobatan
formal menyangkut segala bentuk terapi, perawatan medis atau lainnya yang
dilakukan semata-mata untuk meringankan masalah-masalah mental. Kegiatan ini
meliputi berbagai bentuk kegiatan psikoanalisis, terapi tingkahlaku, terapi
umum atau konseling
3.1 Metode Penanganan Gangguan
Kesehatan Mental
Pilihan pengobatan umum atau formal
untuk anak-anak yang memiliki kondisi kesehatan mental meliputi:
§ Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis
antara klien dengan terapis yang menyertakan prinsi-prinsip psikologis untuk
melakukan perubahan pada periklaku, pikiran dan persaan klien, dengan tujuan
untuk membantu klien mengatasi perilaku abnormal, memecahkan masalah dalam
kehidupan, atau berkembang sebagai individu.
-
Ciri-ciri dari psikoterapi :
1. Interaksi yang sistematis.
Proses psikoterapi melibatkan interaksi
sistematis antara klien dan terapis.sistematis artinya terapis mengarahkan
interaksi ini dengan rencana dan tujuan yang merefleksikan sudut pandang
teoritis mereka.
2. Prinsip psikologis.
Dalam terapinya psikoterapis menggunakan
prinsip-prinsip, penelitian dan teori psikologis.
3. Perilaku, pemikiran dan persaan
Psikoterapi
dapat diarahkan pada domain perilaku, kognitif dan emosional untuk membantu
klien mengatasi masalah psikologis dan mengarah pada kehidupan yang lebih
memuaskan.
4. Perilaku abnormal, pemecahan masalah, dan
pertumbuhan pribadi.
Setidaknya terdapat tiga kelompok orang yang
dibantu oleh psikoterapi. Pertama adalah orang-orang dengan masalah perilaku
abnormal seperti gangguan mood, gangguan kecemasan, atau skizofrenia.kedua,
adalah orang-orang yang mencari bantuan unytuk masalah pribadi yang tidak
dianggap sebagai abnormal,seperti rasa
malu social atau kebingunagan dalam memilih karir.ketiga, adalah
orang-orang yang mencari pertumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterapi bararti
self-discovery yang dapat membantu
mereka mencapai potensi-potensi mereka, contohnya orang tua, artis kreatif,
pemain film atau atlit.
Psikoterpi juga
memiliki ciri-ciri lain salah satunya psikoterpi melibatkan interaksi verbal.
Psikoterpi adalah terapi bicara, bentuk pertukaran antara klien dan terapis
yang melibatkan pembicaraan atau percakapan. Ciri umum lainnya adalah
menanamkan pada klien harapan dan kemajuan. pada umumnya klien memasuki terapi
dengan harapan untuk menerima bantuan dan mengatasi masalah.
§ Terapi psikodinamika
Sigmund freud merupakan rumus
teori pertama yang mengembangkan model psikologis – model psikodinamika dari
perilaku abnormal.terapi psikodinamika membantu individu untuk memperoleh
insight mengenai dan mengatasi konflik bawah sadar yang dipercaya merupakan
akar dari perilaku abnormal. Psikodinamika, terpi yang membantu individu untuk
memperoleh insting tentang konflik dan menyelesaikan konflik yang tidak
disadari.
Pendekaatan psikodinamika modern,
Psikodinamika modern dilakukan dalam bentuk
interaksi lebih langsung yang berhadapan dibandingkan psikoanalisis rasional freud.
Pendekatan psikodinamika modern umumnya lebih singkat dan berfokus pada
exsplorasi langsung dari segi pertahanan diri dan hubungan ference .
§ Terapi Perilaku
Merupakan aplikasi sistematis dari
prinsip-prinsip belajar untuk menangani gangguan psikologis. Karena terfokusnya
pada perubahan perilaku bukan perubahan kepribadian atau menggali masal lalu
secara mendalam tetapi perilaku relative singkat, berlangsung umumnya dari
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Terapis Perilaku, seperti terapis lainnya,
mencoba mengembangkan hubungan terapeutik yang hanya dengan klien. Tetapi
mereka percaya bahwa kemampuan khusus kemampuan terapi perilaku berasal dari
teknik-teknik yang berbasis pembelajaran bukan dari hubungan terapeutik.
§ Terapi Humanistik
Terapi Psikodinamika cenderung berfokus pada
proses-proses bawah sadar seperti konflik internal. Teraapi Humanistik berfokus
pada pengalaman klien yang subjektif dan disadari. Seperti terapis perilaku.
Terapis humanistic juga lebih berfokus pada apa yang dialami klien saat ini,
disini dan sekarang dari pada masa lalu. Keduanya mengasumsikan bahwa masa lalu
mempengaruhi perilaku dan perasaan pada masa kini mencoba untuk memperluas
self-insight klien. Bentuk terapi ini adalah terapi terpusat pada individu juga
terpusat pada klien.
BAB II
KESIMPULAN
Metode-metode
penanganan gangguan kesehatan mental yaitu dapat dilakukan dengan cara
pengobatan formal dan infotmal. Secara formal dapat dilakukan dengan metode psikoterapi, terapi psikodinamika,
terapi perilaku dan terapi humanistic. Pengobatan secara informal dapat
dilakukan dengan cara selalu berusaha memahami hakekat manusia yang mempunyai pembawaan dan pengalaman yang
berbeda-beda dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Konsultasi pada orang
yang dianggap bisa memahami membantu mengatasi masalahnya.berfikir positif
dengan memandang segala sesuatu dari aspek positif. Sehingga dapat membentuk
kepribadian yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
- Nevid, J.S dkk.2005.Psikologi abnormal Jilid 1.Jakarta:Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan ya :)