>

Sabtu, 20 Desember 2014

Skizofrenia dan Gangguan Psikotik






 

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Akhir-akhir ini, kita sering melihat orang yang terganggu jiwanya atau biasa disebut sakit jiwa, di tepi jalan atau tempat umum yang lainnya. Kita juga tahu bahwa semakin hari pasien di rumah sakit jiwa semakin bertambah, karena konflik dalam hidup ini semakin hari semakin bertambah rumit. Kita juga sering kali melihat orang yang bertingkah laku aneh contohnya suka menangis sendiri, tertawa sendiri, ataupun menyendiri, ini merupakan salah satu ciri-ciri orang yang terganggu mentalnya.
Orang yang suka menyediri, menangis sendiri, ataupun tertawa sendiri bisa saja orang tersebut mengalami ganguan psikotik ataupun gangguan skizofrenia. Skizofrenia ataupun psikotik merupakan gangguan pada diri individu yang mencakup gangguan pada perilaku, emosi, pikiran, dan persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan seseorang bertingkah laku aneh dan terkadang orang awam menyebut orang yang terkena gangguan skizofrenia ataupun gangguan psikotik dengan sebutan “orang gila”.
Pada kesempatan ini kami akan memaparkan tentang pengertian skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya, gejala – gejala skizofrenia dan gangguan psikotik lainya, penyebab seseorang mengalami gangguan skizofrenia dan gangguan psikotik, dan penangan orang yang mengalami ganguan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya.

B.       Rumusan masalah
1.      Apa itu gangguan skizofrenia dan gangguan psikotik ?
2.      Apa gejala ataupun ciri-ciri orang yang mengalami gangguan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya ?
3.      Apakah penyebab seseorang bisa mengalami gangguan psikotik dan gangguan skizofrenia ?
4.      Bagaimana cara yang dapat digunakan untuk menangani orang yang mengalami gangguan skizofrenia dan ganggua psikotik lainnya ?
C.      Tujuan
1.      Agar pembaca dapat mengetahui lebih jelas yang di maksud dari gangguan sizofrenia dan gangguan psikotik.
2.      Bisa mengetahui gejala dari skizofrenia dan gangguan psikotik.
3.      Dengan memahami penyebab dari gangguan skizofrenia dan gangguan psikotik, kita dapat berhati-hati agar tidak terkena oleh gangguan penyakit tersebut.
4.      Dengan adanya cara penanganan dalam pengobatan, dapat mengurangi jumlah penderita gangguan skizofrenia dan gangguan psikotik.





  
  
BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian Skizofrenia (Schizoprenia) dan Gangguan Psikotik Lainnya
Nama awal dari gangguan ini adalah dementia praecox yang dikemukakan oleh Emil Kraepelin, lalu kemudian dinamakan skizofrenia oleh Eugen Bleuler.
Skizofrenia (schizoprenia) mungkin merupakan sindrom klinis yang paling membingungkan dan melumpuhkan. Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang paling berhubungan dengan pandangan populer tentang gila atau sakit mental. Hal ini sering kali menimbulkan rasa takut, kesalahpahaman, dan penghukuman, bukannya simpati dan perhatian. Skizofrenia menyerang jati diri seseorang, memutus hubungan yang erat antara pemikiran dan perasaan serta mengisinya dengan  persepsi yang terganggu, ide yang salah, dan konsepsi yang tidak logis.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik kronis yang ditandai oleh episode akut yang mencakup kondisi terputus dengan realitas, yang ditampilkan dengan ciri-ciri seperti waham (keyakinan salah dan tak dapat dikoreksi), halusinasi (seperti mendengar dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada), pikiran yang tidak logis, pembicaraan yang tidak kohern, dan perilaku yang aneh. Di antara episode-episode akut, orang yang mengalami skizofrenia mungkin tetap tidak bisa berpikir jernih dan mungkin kehilangan respons emosional yang sesuai terhadap orang-orang dan peristiwa dalam hidupnya. Mereka mungkin berbicara dengan nada yang mendatar dan menunjukkan sedikit-jika ada-ekspresi (Mandal, Pandey, & Prasad, 1998).
Skizofrenia biasanya berkembang pada masa akhir remaja atau dewasa awal (Cowan & Kandel, 2001; Harrop & Trower, 2001). Semakin lama penderita skizofrenia akan semakin terlepas dari lingkungan sosialnya, karena gagal berfungsi sebagaimana peran mereka dalam lingkungan sosialnya. Adanya hal ini menimbulkan pengurangan rasa toleran pada penderita skizofrenia. Mereka semakin terkucilkan. Meskipun munculnya pada akhir remaja atau dewasa awal, tetapi gejala awal biasanya muncul pada usia ± 25 tahun (Keith, Regier, & Rae, 1991). Mulanya gejala muncul dengan ditandai terjadi penurunan yang lebih perlahan dan berangsur-angsur dalam fungsi individu. Periode ini disebut Fase Prodromal. Hal ini ditandai dengan berkurangnya minat dalam aktivitas sosial dan meningkatnya kesulitan dalam memenuhi tanggung jawab pada kehidupan sehari-hari.
Setelah episode akut, orang-orang yang mengalami skizofrenia memasuki fase residual (residual phase), di mana perilaku mereka kembali pada tingkat sebelumnya yang merupakan karakteristik dari fase prodromal. Meskipun perilaku yang mencolok mungkin tidak muncul selama fase residual, orang tersebut tetap dapat terganggu oleh perasaan apatis yang dalam, oleh kesulitan dalam berpikir atau berbicara dengan jelas, dan menyimpan ide yang tidak biasa, seperti keyakinan tentang telepati atau pandangan akan masa depan.
Ada beberapa bentuk-bentuk gangguan psikotik lainnya, yaitu :
1)        Gangguan Psikotik Singkat, berlangsung satu hingga satu bulan dan ditandai dengan minimal satu ciri yaitu halusinasi, waham, pembicaraan yang tidak terorganisasi, atau perilaku yang tidak terorganisasi, atau katatonik.
2)        Gangguan Skizofreniform, yang identik dengan skizofrenia, dikategorikan setelah simtom muncul minimal sebulan dan maksimal 6 bulan. Sedangkan skizofrenia dikategorikan setelah simtom minimal 6 bulan terjadi secara persisten.
3)        Gangguan Delusi, satu jenis psikosis yang ditandai waham yang terus ada, sering kali bersifat paranoid, yang tidak memiliki kualitas yang tidak jelas sebagaimana bentuk yang ditemukan pada skizofrenia paranoid.
4)        Gangguan Spektrum Skizofrenia, suatu jenis gangguan psikotik di mana individu mengalami baik gangguan mood yang parah dan ciri-ciri yang berhubungan dengan skizofrenia.
2.    Gejala Skizofrenia
Seperti halnya berbagai macam penyakit, skizofrenia pun memiliki gejala-gejala awal. Berikut ini adalah beberapa indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia.
-    Ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
-    Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).
-    Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.
-    Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.
Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia seringkali dikaitkan dengan penyakit mental lainnya. Sebab, tanda dan gejala dari penyakit ini memang hampir sama dengan tanda dan gejala dari penyakit mental lainnya. Hal ini yang menyebabkan penyakit skizofrenia sulit untuk di diagnosis.
Tanda dan gejala dari penyakit ini dibagi menjadi tiga kategori:
1. Gejala positif
Fungsi otak dari penderita penyakit skizofrenia akan bekerja lebih aktif atau bisa dikatakan berlebihan. Hal ini menyebabkan otak bekerja dengan tidak normal. Akibatnya, penderita akan mengalami beberapa hal seperti berikut ini:
  Berkhayal
Ini merupakan hal yang paling umum dialami oleh para penderita skizofrenia. Mereka memiliki keyakinan yang berbeda dengan orang normal. Mereka akan melihat realitas yang berbeda pula. Selain itu, penderita juga sering salah menafsirkan persepsi.
  Halusinasi
Orang yang mengalami penyakit ini sering berhalusinasi. Halusinasi dapat dimanifestasikan dalam berbagai bentuk. Berbagai bentuk halusinasi mempengaruhi indera yang berbeda, kadang-kadang terjadi secara bersamaan, menciptakan halusinasi sensorik beberapa bagi mereka mengalaminya.
-    Visual
Modalitas yang paling umum disebut ketika orang berbicara tentang halusinasi. Ini termasuk fenomena melihat hal-hal yang tidak ada atau persepsi visual yang tidak berdamai dengan realitas konsensus.
Ada banyak penyebab yang berbeda, yang telah diklasifikasikan sebagai psychophysiologic (gangguan struktur otak), psychobiochemical (gangguan neurotransmiter), dan psikologis (misalnya pengalaman bermakna kesadaran).
Banyak gangguan dapat melibatkan halusinasi visual, mulai dari gangguan psikotik dengan demensia untuk migrain, namun mengalami halusinasi visual tidak dengan sendirinya berarti ada gangguan tentu. Halusinasi visual yang berhubungan dengan perintah dos organik otak dan penyakit terkait narkoba dan alkohol.
-    Pendengaran
Halusinasi auditori (juga dikenal sebagai Paracusia), terutama dari satu atau lebih suara berbicara, terutama dikaitkan dengan gangguan psikotik seperti skizofrenia atau mania, terus makna khusus dalam mendiagnosis kondisi ini, meskipun banyak orang tidak menderita penyakit mental diagnosa kadang-kadang mendengar suara juga.
Halusinasi pendengaran non-organik asal yang paling sering bertemu dengan dalam skizofrenia paranoid.
Rekan visual mereka dalam penyakit yang non-perasaan berbasis realitas menjadi melihat atau menatap.
Jenis lain dari halusinasi pendengaran termasuk sindrom kepala meledak dan sindrom telinga musik, dan kelumpuhan dapat terjadi selama tidur. Pada yang terakhir, orang akan mendengar musik bermain di pikiran mereka, biasanya lagu-lagu mereka yang akrab dengan.
Laporan terbaru juga menyebutkan bahwa ini juga mungkin untuk mendapatkan halusinasi musik dari mendengarkan musik untuk waktu yang lama. Hal ini dapat disebabkan oleh: lesi pada batang otak (yang sering dihasilkan dari stroke), juga, tumor, ensefalitis, atau abses.
Alasan lain termasuk gangguan pendengaran dan aktivitas epilepsi. Halusinasi pendengaran juga merupakan hasil dari mencoba bangun-inisiasi mimpi jernih.
-    Pencium
Phantosmia adalah fenomena berbau bau yang tidak benar-benar hadir. Bau yang paling umum adalah bau yang tidak menyenangkan seperti daging busuk, muntah, urin, kotoran, asap, atau orang lain.
Phantosmia sering hasil dari kerusakan pada jaringan saraf dalam sistem penciuman. Kerusakan dapat disebabkan oleh infeksi virus, tumor otak, trauma, operasi, dan mungkin terkena racun atau obat-obatan.
Phantosmia juga dapat disebabkan oleh epilepsi mempengaruhi korteks penciuman dan juga diduga mungkin memiliki asal-usul kejiwaan. Phantosmia berbeda dari parosmia, di mana bau sebenarnya hadir, namun dirasakan berbeda dari bau biasa.
Halusinasi penciuman juga telah dilaporkan pada migrain, walaupun frekuensi halusinasi tersebut tidak jelas.
-    Perabaan
Jenis lain dari halusinasi menciptakan sensasi taktil input sensorik, simulasi berbagai jenis tekanan pada kulit atau organ lain. Jenis halusinasi yang sering dikaitkan dengan penggunaan narkoba, seperti seseorang yang merasa bug merangkak pada mereka (dikenal sebagai formication) setelah periode lama kokain atau menggunakan amfetamin.

  Gangguan pikiran (delusi)
Penderita skizofrenia akan kesulitan berbicara dan mengatur pikirannya sehingga hal ini mengganggu kemampuan berkomunikasi.
Banyak dari kita atau bahkan mungkin sebagian besar dari kita, merasa curiga dari motif orang lain pada suatu ketika. Kita mungkin merasa orang lain memiliki motif tertentu terhadap kita atau meyakini bahwa orang lain membicarakan kita dibelakang kita. Namun, bagi kebanyakan dari kita, pemikiran paranoid tidak dalam bentuk waham yang nyata. Diagnosis gangguan delusi (delusional disorder) ditetapkan kepada orang yang memilik keyakinan delusi yang persisten dan jelas, sering kali melibatkan tema-tema paranoid. Gangguan delusi diperkirakan tidak terlalu umum, mempengaruhi 5 hingga 10 dari 10.000 orang sepanjang kehidupan mereka.
Pada gangguan delusi, keyakinan delusi menyangkut peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi, seperti ketidaksetiaan pasangan, penganiayaan orang lain atau merebut cinta dari orang terkenal. Keyakinan-keyakinan secara nyata masuk akal tersebut, mungkin membuat orang lain menganggapnya serius dan memeriksanya sebelum menyimpulkan bahwa hal-hal tersebut ternyata tidak ditemukan. Terpisah dari wahamnya, perilaku individu tidak menunjukkan bukti perilaku yang aneh atau benar-benar ganjil.
  Perilaku tidak teratur
Orang yang mengalami skizofrenia sering berperilaku aneh, seperti anak kecil yang melakukan hal-hal konyol.
Selain keempat hal di atas, para penderitanya juga sering curiga dan mereka seolah-olah berada di bawah pengawasan yang ketat. Hal itu menyebabkan mereka merasa tertekan.

2. Gejala negatif
Gejala ini mengacu pada berkurangnya atau bahkan tidak adanya karakteristik fungsi otak yang normal. Gejala ini mungkin muncul disertai atau tanpa adanya gejala positif. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain:
·         Sulit mengekspresikan emosi
·         Menarik diri dari lingkungan sosial
·         Kehilangan motivasi
·         Tidak minat melakukan kegiatan sehari-hari
·         Mengabaikan kebersihan pribadi
Gejala-gejala tersebut seringkali dianggap sebagai kemalasan yang biasa dialami oleh tiap orang. Namun, hal itu ternyata keliru.

3. Gejala kognitif
Jenis gejala ini akan menimbulkan masalah pada proses berpikir. Tanda dan gejala yang mungkin timbul, antara lain:
·         Masalah dalam membuat informasi yang masuk akal dan dapat dimengerti
·         Sulit berkonsentrasi
·         Masalah pada memori otak
Selain ketiga gejala di atas, penyakit skizofrenia juga akan menimbulkan masalah pada suasana hati. Para penderitanya akan mengalami depresi, cemas, dan seringkali mencoba untuk bunuh diri. Gejala-gejala dari penyakit ini lambat laun dapat melumpuhkan para penderitanya. Sebab, hal ini sangatlah mengganggu kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari.
Namun, apabila penderitanya masih berusia remaja, gejala yang ditimbulkan sulit untuk dideteksi dan kemudian dianggap sebagai penyakit skizofrenia. Sebab, pada usia tersebut mereka pasti akan mengalami hal-hal ini yang ternyata merupakan gejala dari penyakit skizofrenia:
·         Menarik diri dari keluarga dan teman
·         Penurunan kinerja di sekolah
·         Sulit tidur
·         Cepat emosi
Namun, bila dibandingkan dengan orang dewasa, anak muda kurang cenderung mengalami khayalan dan lebih cenderung mengalami halusinasi visual.


Gejala Psikotik
Pada psikotik ini penderita sudah tidak dapat menyadari apa penyakitnya, karena sudah menyerang seluruh keadaan netral jiwanya. Gejala-gejala psikosis meliputi :
1.  Disorganisasi proses pemikiran
2.  Gangguan emosional
3.  Disorientasi waktu, ruang
4.  Sering atau terus berhalusinasi
Menurut Singgih D. Gunarsa (1998 : 140), psikotik ialah gangguan jiwa yang meliputi keseluruhan kepribadian, sehingga penderita tidak bisa menyesuaikan diri dalam norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum.W.F. Maramis (2005 : 180), menyatakan bahwa psikotik adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan, motorik, dst. Sedemikian berat sehingga perilaku penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Perilaku penderita psikotik tidak dapat dimengerti oleh orang normal, sehingga orang awam menyebut penderita sebagai orang gila.
Berbicara mengenai psikotik, Zakiah Daradjat (1993 : 56), menyatakan sebagai berikut. Seorang yang diserang penyakit jiwa (psychosis), kepribadiannya terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami masalahnya. Seringkali orang sakit jiwa tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain. Definisi berikutnya tentang psikotik (Medline Plus, 200) rumusannya sebagai berikut:
Psychosis is a loss of contact with reality, usually including false ideas about what is taking place or who one is (delusions) and seeing or hearing things that aren't there (hallucinations)”. Psikotik, menurut Medline Plus adalah kelainan jiwa yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas, biasanya mencakup ide-ide yang salah tentang apa yang sebenarnya terjadi, delusi, atau melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada (halusinasi). Dari empat pendapat tersebut dapat diperoleh gambaran tentang psikotik yang intinya sebagai berikut:
1. Psikotik merupakan gangguan jiwa yang berat, atau tepatnya penyakit jiwa, yang terjadi pada semua aspek kepribadian.
2. Bahwa penderita psikotik tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas,penderita hidup dalam dunianya sendiri.
3. Psikotik tidak dirasakan keberadaannya oleh penderita. Penderita tidak menyadari bahwa dirinya sakit.
4. Usaha menyembuhkan psikotik tak bisa dilakukan sendiri oleh penderita tetapi hanya bisa dilakukan oleh pihak lain.
5. Dalam bahasa sehari-hari, psikotik disebut dengan istilah gila.

3.    Penyebab gangguan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
       a.    Faktor Biologis
1. Faktor Biokimia
Adanya gangguan pada neurotransmitter (penyampaian pesan secara kimiawi) dimana terjadi ketidakseimbangan produksi neurotransmitter dopamine di otak, bila kadar dopamine berlebihan atau kurang,penderita dapat mengalami gejala positif atau gejala negatif. Sumber pertama pembuktian pada efek obat obatan anti psikotik yang disebut penenang mayor atau neuroleotik.
2. Pengaruh genetik
             Salah   satu sumber bukti yang menyebutkan bahwa skizofrenia dipengaruhi oleh gen adalah penelitian tentang keluarga. Skizofrenia dan gangguan lainya cenderung menurun dalam kehidupan keluarga. Semakin dekat hubungan genetik antara orang yang didiagnosa skizofrenia dan anggota keluarga mereka,maka semakin besar kecenderungan untuk mengidap skizofrenia. Menurut penelitian anak yang orang tuanya mengidap skizofrenia maka anaknya dua kali lipat cenderung mengalami skizofrenia daripada anak yang orang tuanya normal.
3.Infeksi Virus
             Menurut hasil penelitian skizofrenia disebabkan oleh inveksi virus salah satu contohnya adalah virus Rubella. Virus Rubella atau campak Jerman menyerang perkembangan otak atau janin yang baru lahir lalu menyebabkan retardasi mental .
4.Ketidaknormalan otak
             Penemuan yang paling jelas dari kerusakan struktural di otak dibuktikan oleh pembesaran ventrikel di otak yang mungkin menyerang tiga hingga empat pasien skizofrenia.Ventrikel yang membesar merupakan tanda hilangnya jaringan ataupun sel-sel otak. Para peneliti menemukan orang yang mengalami skizofrenia otak 5% lebih kecil dari otak normal. Ketidaknormalan otak bisa disebakan oleh inveksi virus,komplikasi,kegagalan otak untuk berkembang sejak awal,dan trauma kelahiran.
b.    Faktor Psikososial
     Skizofrenia ditinjau dari faktor psikososial sangat dipengaruhi oleh faktor keluarga dan stressor psikososial.
1.  Teori  Keluarga
Hubungan keluarga yang terganggu sejak lama dianggap berperan dalam perkembangan dan perjalanan gangguan skizofrenia. Teori-teori keluarga yang memfokuskan pada peran anggota keluarga yang “patogenik” seperti ibu yang skizofrenogenik yaitu ibu yang digambarkan  sebagai orang yang dingin, angkuh, dan sangat mendominasi. Ibu semacam ini memiliki karakteristik menghilangkan kepercayaan diri anaknya, melumpuhkan kemandirian anak, dan membuat anak ketergantungan dengan ibunya.
Penyimpangan dalam komunikasi (CD – comunication devidance) adalah  pola komunikasi yang tidak jelas, samar – samar, terganggu, tidak jelas atau terpecah-pecah yang  sering ditemukan pada orang tua dan anggota keluarga yang mengalami skizofrenia. CD  ditandai dengan pembicaran yang sulit ditangkap dan sulit dipahami. Mereka cenderung menyerang anak anak mereka dengan cercaan ataupun kritik yang negatif, hal ini menyebabkan kerentanan anak untuk menderita skizofrenia.
Ekspresi emosi / EE adalah pengukuran lain dari komunikasi kelurga yang terganggu. EE  didefinisikan sebagai perilaku yang intrusive, terlihat berlebihan, kejam, tidak mendukung dan kritis yang terjadi pada anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Orang dengan skizofrenia yang memiliki EE tinggi  cenderung menunjukan penyesuaian diri yang buruk dan memiliki rata-rata kambuh yang tinggi setelah keluar dari rumah sakit seperti depresi dan gangguan makan.
2.  Ketegangan antara Faktor Ekonomi dengan Kemajuan Teknologi
Dalam masyarakat modern kebutuhan makin meningkat dan persaingan makin meningkat dan semakin ketat pula untuk meningkatkan ekonomi. Hasil-hasil teknologi modern memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian dari penyebab gangguan abnormal. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar penderita skizofrenia berasal dari kalangan menengah kebawah.
c.   Faktor Sosiokultural
Kebudayaan  secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun tidak. Pada dasarnya kebudayaan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu, misalnya melalui norma ataupun aturan yang ada dalam masyarakat. Berikut ini adalah faktor-faktor kebudayaan  yang dapat menyebabkan gangguan abnormalitas :
• Cara-cara membesarkan anak
Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter, menyebabkan hubungan orang tua dan anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan. Contohnya: Orang tua yang sangat sayang sekali terhadap anaknya, Ia menghendaki anaknya untuk menjadi seperti yang dia mau, selalu di rumah dan menuruti apa yang dia katakan. Ia beranggapan bahwa apabila anak selalu di rumah dan dibawah ajarannya dia, maka anak itu akan menjadi anak baik. Padahal hal tersebut dapat membuat anak menjadi pendiam dan tidak bisa bergaul dengan orang lain.
• Sistem Nilai
Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan dirumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari. Contohnya: pada zaman dahulu, seorang gadis yang telah memasuki usia pernikahan akan dijodohkan oleh kedua orang tuanya, namun pada zaman sekarang jika hal tersebut tetap diterapkan akan membuat anak merasa tertekan dan hal itu menimbulkan masalah-masalah kejiwaan pada anak.
• Kepincangan atau perbedaan antar keinginan dan kenyataan
          Kepincangan antara keinginan dan kenyataan yang ada di iklan-iklan, film, surat kabar menyebabkan bayang-bayang yang menyilauakan tentang kehidupan yang modern yang sebenarnya berbeda dengan kehidupan nyata hal ini menyebabkan seseorang menjadi penghayal.
4.    Penanganan skizofrenia dan psikotik lainnya
-    Perawatan Biomedis : Obat-obat anti psikotik digunakan untuk mengendalikan simtom-simtom psikotik.
-    Penanganan Psikososial : Pendekatan berdasarkan prinsip belajar, seperti sistem token ekonomi dan pelatihan keterampilan sosial, dapat membantu pasien skizofrenia mengembangkan perilaku yang lebih adaptif.
-    Rehabilitasi Psikososial : Kelompok-kelompok self-helpdan program tempat tinggal yang terstruktur dapat membantu pasien skizofrenia menyesuaikan diri dengan kehidupan komunitas.
-    Program Intervensi Keluarga : Intervensi keluarga digunakan untuk meningkatkan komunikasi dalam keluarga dan mengurangi tingkat konflik dan stres keluarga.


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik kronis yang ditandai oleh episode akut yang mencakup kondisi terputus dengan realitas, yang ditampilkan dengan ciri-ciri seperti waham (keyakinan salah dan tak dapat dikoreksi), halusinasi (seperti mendengar dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada), pikiran yang tidak logis, pembicaraan yang tidak kohern, dan perilaku yang aneh. Dari pengertian skizofrenia tersebut, terdapat gangguan lain yang ciri-cirinya hampir mirip dengan skizofrenia, yaitu berupa gangguan psikotik. Gangguan psikotik ialah gangguan jiwa yang meliputi keseluruhan kepribadian, sehingga penderita tidak bisa menyesuaikan diri dalam norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum. Bentuk-bentuk gangguan psikotik, yaitu: gangguan psikotik singkat, gangguan skizofreniform, gangguan delusi, gangguan spektrum skizofrenia.
Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia seringkali dikaitkan dengan penyakit mental lainnya. Sebab, tanda dan gejala dari penyakit ini memang hampir sama dengan tanda dan gejala dari penyakit mental lainnya. Hal ini yang menyebabkan penyakit skizofrenia sulit untuk di diagnosis. Sedangkan pada psikotik penderita sudah tidak dapat menyadari apa penyakitnya, karena sudah menyerang seluruh keadaan netral jiwanya.
Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan skizofrenia dan gangguan psikotik yaitu: faktor biologis yang terdiri dari faktor biokimia, pengaruh genetic, infeksi virus, dan ketidaknormalan otak; faktor psikososial yaitu faktor keluarga dan stessor psikososial; faktor sosiokultural yaitu cara membesarkan anak, system nilai, perbedaan antara keinginan dan kenyataan.
Pendekatan penanganan yang dilakukan untuk mrnolong penderita skizofrenia dan gangguan psikotik yaitu: perawatan biomedis, penanganan psikososial, rehabilitas psikososial, dan program intervensi keluarga.




Daftar pustaka :
¨      Vevid, J.S dkk. 2005. Psikologi Abnormal jilid II. Jakarta : Erlangga

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan ya :)