BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Akhir-akhir
ini, kita sering melihat orang yang terganggu jiwanya atau biasa disebut sakit
jiwa, di tepi jalan atau tempat umum yang lainnya. Kita juga tahu bahwa semakin hari
pasien di rumah sakit jiwa semakin bertambah, karena konflik dalam hidup ini
semakin hari semakin bertambah rumit. Kita juga sering kali melihat orang yang
bertingkah laku aneh contohnya suka menangis sendiri, tertawa sendiri, ataupun
menyendiri, ini merupakan salah satu ciri-ciri orang yang terganggu mentalnya.
Orang
yang suka menyediri, menangis
sendiri, ataupun tertawa sendiri bisa saja
orang tersebut mengalami ganguan psikotik ataupun gangguan skizofrenia.
Skizofrenia ataupun psikotik merupakan gangguan pada diri individu yang
mencakup gangguan pada perilaku,
emosi, pikiran, dan persepsi seseorang. Hal inilah
yang menyebabkan seseorang bertingkah laku aneh dan terkadang orang awam
menyebut orang yang terkena gangguan skizofrenia ataupun gangguan psikotik
dengan sebutan “orang gila”.
Pada
kesempatan ini kami akan memaparkan tentang pengertian skizofrenia dan gangguan
psikotik lainnya, gejala – gejala skizofrenia dan gangguan psikotik lainya, penyebab seseorang mengalami
gangguan skizofrenia dan gangguan psikotik,
dan
penangan orang yang mengalami ganguan skizofrenia dan gangguan psikotik
lainnya.
B.
Rumusan
masalah
1. Apa
itu gangguan skizofrenia dan gangguan psikotik ?
2. Apa
gejala ataupun ciri-ciri orang yang mengalami gangguan skizofrenia dan gangguan
psikotik lainnya ?
3. Apakah
penyebab seseorang bisa mengalami gangguan psikotik dan gangguan skizofrenia ?
4. Bagaimana
cara yang dapat digunakan untuk menangani orang yang mengalami gangguan
skizofrenia dan ganggua psikotik lainnya ?
C.
Tujuan
1. Agar
pembaca dapat mengetahui lebih jelas yang di maksud dari gangguan sizofrenia
dan gangguan psikotik.
2. Bisa
mengetahui gejala dari skizofrenia dan gangguan psikotik.
3. Dengan
memahami penyebab dari gangguan skizofrenia dan gangguan psikotik, kita dapat
berhati-hati agar tidak terkena oleh gangguan penyakit tersebut.
4. Dengan
adanya cara penanganan dalam pengobatan, dapat mengurangi jumlah penderita gangguan
skizofrenia dan gangguan psikotik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Skizofrenia (Schizoprenia) dan
Gangguan Psikotik Lainnya
Nama
awal dari gangguan ini adalah dementia
praecox yang dikemukakan oleh Emil Kraepelin, lalu kemudian dinamakan
skizofrenia oleh Eugen Bleuler.
Skizofrenia
(schizoprenia) mungkin merupakan
sindrom klinis yang paling membingungkan dan melumpuhkan. Skizofrenia merupakan
gangguan psikologis yang paling berhubungan dengan pandangan populer tentang
gila atau sakit mental. Hal ini sering kali menimbulkan rasa takut,
kesalahpahaman, dan penghukuman, bukannya simpati dan perhatian. Skizofrenia
menyerang jati diri seseorang, memutus hubungan yang erat antara pemikiran dan
perasaan serta mengisinya dengan
persepsi yang terganggu, ide yang salah, dan konsepsi yang tidak logis.
Skizofrenia
merupakan gangguan psikotik kronis yang ditandai oleh episode akut yang
mencakup kondisi terputus dengan realitas, yang ditampilkan dengan ciri-ciri
seperti waham (keyakinan salah dan tak dapat dikoreksi), halusinasi (seperti
mendengar dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada), pikiran yang tidak
logis, pembicaraan yang tidak kohern, dan perilaku yang aneh. Di antara episode-episode akut,
orang yang mengalami skizofrenia mungkin tetap tidak bisa berpikir jernih dan
mungkin kehilangan respons emosional yang sesuai terhadap orang-orang dan
peristiwa dalam hidupnya. Mereka mungkin berbicara dengan nada yang mendatar
dan menunjukkan sedikit-jika ada-ekspresi (Mandal, Pandey, & Prasad, 1998).
Skizofrenia
biasanya berkembang pada masa akhir remaja atau dewasa awal (Cowan &
Kandel, 2001; Harrop & Trower, 2001). Semakin lama penderita skizofrenia
akan semakin terlepas dari lingkungan sosialnya, karena gagal berfungsi
sebagaimana peran mereka dalam lingkungan sosialnya. Adanya hal ini menimbulkan
pengurangan rasa toleran pada penderita skizofrenia. Mereka semakin
terkucilkan. Meskipun munculnya pada akhir remaja atau dewasa awal, tetapi gejala
awal biasanya muncul pada usia ± 25 tahun (Keith, Regier, & Rae, 1991).
Mulanya gejala muncul dengan ditandai terjadi penurunan yang lebih perlahan dan
berangsur-angsur dalam fungsi individu. Periode ini disebut Fase Prodromal. Hal
ini ditandai dengan berkurangnya minat dalam aktivitas sosial dan meningkatnya
kesulitan dalam memenuhi tanggung jawab pada kehidupan sehari-hari.
Setelah
episode akut, orang-orang yang mengalami skizofrenia memasuki fase residual
(residual phase), di mana perilaku mereka kembali pada tingkat sebelumnya yang
merupakan karakteristik dari fase prodromal. Meskipun perilaku yang mencolok
mungkin tidak muncul selama fase residual, orang tersebut tetap dapat terganggu
oleh perasaan apatis yang dalam, oleh kesulitan dalam berpikir atau berbicara
dengan jelas, dan menyimpan ide yang tidak biasa, seperti keyakinan tentang
telepati atau pandangan akan masa depan.
Ada
beberapa bentuk-bentuk gangguan psikotik lainnya, yaitu :
1)
Gangguan Psikotik Singkat, berlangsung
satu hingga satu bulan dan ditandai dengan minimal satu ciri yaitu halusinasi,
waham, pembicaraan yang tidak terorganisasi, atau perilaku yang tidak
terorganisasi, atau katatonik.
2)
Gangguan Skizofreniform, yang identik
dengan skizofrenia, dikategorikan setelah simtom muncul minimal sebulan dan
maksimal 6 bulan. Sedangkan skizofrenia dikategorikan setelah simtom minimal 6
bulan terjadi secara persisten.
3)
Gangguan Delusi, satu jenis psikosis
yang ditandai waham yang terus ada, sering kali bersifat paranoid, yang tidak
memiliki kualitas yang tidak jelas sebagaimana bentuk yang ditemukan pada
skizofrenia paranoid.
4)
Gangguan Spektrum Skizofrenia, suatu
jenis gangguan psikotik di mana individu mengalami baik gangguan mood yang
parah dan ciri-ciri yang berhubungan dengan skizofrenia.
2. Gejala
Skizofrenia
Seperti
halnya berbagai macam penyakit, skizofrenia pun memiliki gejala-gejala awal.
Berikut ini adalah beberapa indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia.
-
Ketidakmampuan seseorang
mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
-
Penyimpangan komunikasi: pasien sulit
melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).
-
Gangguan atensi: penderita tidak mampu
memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.
-
Gangguan perilaku: menjadi pemalu,
tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang,
menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.
Tanda
dan gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia seringkali dikaitkan dengan
penyakit mental lainnya. Sebab, tanda dan gejala dari penyakit ini memang
hampir sama dengan tanda dan gejala dari penyakit mental lainnya. Hal ini yang
menyebabkan penyakit skizofrenia sulit untuk di diagnosis.
Tanda
dan gejala dari penyakit ini dibagi menjadi tiga kategori:
1. Gejala positif
Fungsi
otak dari penderita penyakit skizofrenia akan bekerja lebih aktif atau bisa
dikatakan berlebihan. Hal ini menyebabkan otak bekerja dengan tidak normal.
Akibatnya, penderita akan mengalami beberapa hal seperti berikut ini:
Berkhayal
Ini
merupakan hal yang paling umum dialami oleh para penderita skizofrenia. Mereka
memiliki keyakinan yang berbeda dengan orang normal. Mereka akan melihat
realitas yang berbeda pula. Selain itu, penderita juga sering salah menafsirkan
persepsi.
Halusinasi
Orang
yang mengalami penyakit ini sering berhalusinasi. Halusinasi dapat
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk. Berbagai bentuk halusinasi mempengaruhi
indera yang berbeda, kadang-kadang terjadi secara bersamaan, menciptakan
halusinasi sensorik beberapa bagi mereka mengalaminya.
- Visual
Modalitas
yang paling umum disebut ketika orang berbicara tentang halusinasi. Ini
termasuk fenomena melihat hal-hal yang tidak ada atau persepsi visual yang
tidak berdamai dengan realitas konsensus.
Ada
banyak penyebab yang berbeda, yang telah diklasifikasikan sebagai
psychophysiologic (gangguan struktur otak), psychobiochemical (gangguan
neurotransmiter), dan psikologis (misalnya pengalaman bermakna kesadaran).
Banyak gangguan dapat
melibatkan halusinasi visual, mulai dari gangguan psikotik dengan demensia
untuk migrain, namun mengalami halusinasi visual tidak dengan sendirinya
berarti ada gangguan tentu. Halusinasi visual yang berhubungan dengan perintah
dos organik otak dan penyakit terkait narkoba dan alkohol.
- Pendengaran
Halusinasi
auditori (juga dikenal sebagai Paracusia), terutama dari satu atau lebih suara
berbicara, terutama dikaitkan dengan gangguan psikotik seperti skizofrenia atau
mania, terus makna khusus dalam mendiagnosis kondisi ini, meskipun banyak orang
tidak menderita penyakit mental diagnosa kadang-kadang mendengar suara juga.
Halusinasi
pendengaran non-organik asal yang paling sering bertemu dengan dalam
skizofrenia paranoid.
Rekan
visual mereka dalam penyakit yang non-perasaan berbasis realitas menjadi
melihat atau menatap.
Jenis
lain dari halusinasi pendengaran termasuk sindrom kepala meledak dan sindrom
telinga musik, dan kelumpuhan dapat terjadi selama tidur. Pada yang terakhir,
orang akan mendengar musik bermain di pikiran mereka, biasanya lagu-lagu mereka
yang akrab dengan.
Laporan terbaru juga
menyebutkan bahwa ini juga mungkin untuk mendapatkan halusinasi musik dari
mendengarkan musik untuk waktu yang lama. Hal ini dapat disebabkan oleh: lesi
pada batang otak (yang sering dihasilkan dari stroke), juga, tumor,
ensefalitis, atau abses.
Alasan
lain termasuk gangguan pendengaran dan aktivitas epilepsi. Halusinasi
pendengaran juga merupakan hasil dari mencoba bangun-inisiasi mimpi jernih.
- Pencium
Phantosmia
adalah fenomena berbau bau yang tidak benar-benar hadir. Bau yang paling umum
adalah bau yang tidak menyenangkan seperti daging busuk, muntah, urin, kotoran,
asap, atau orang lain.
Phantosmia
sering hasil dari kerusakan pada jaringan saraf dalam sistem penciuman.
Kerusakan dapat disebabkan oleh infeksi virus, tumor otak, trauma, operasi, dan
mungkin terkena racun atau obat-obatan.
Phantosmia
juga dapat disebabkan oleh epilepsi mempengaruhi korteks penciuman dan juga diduga
mungkin memiliki asal-usul kejiwaan. Phantosmia berbeda dari parosmia, di mana
bau sebenarnya hadir, namun dirasakan berbeda dari bau biasa.
Halusinasi penciuman
juga telah dilaporkan pada migrain, walaupun frekuensi halusinasi tersebut
tidak jelas.
- Perabaan
Jenis
lain dari halusinasi menciptakan sensasi taktil input sensorik, simulasi
berbagai jenis tekanan pada kulit atau organ lain. Jenis halusinasi yang sering
dikaitkan dengan penggunaan narkoba, seperti seseorang yang merasa bug
merangkak pada mereka (dikenal sebagai formication) setelah periode lama kokain
atau menggunakan amfetamin.
Gangguan pikiran (delusi)
Penderita
skizofrenia akan kesulitan berbicara dan mengatur pikirannya sehingga hal ini
mengganggu kemampuan berkomunikasi.
Banyak dari kita atau
bahkan mungkin sebagian besar dari kita, merasa curiga dari motif orang lain
pada suatu ketika. Kita mungkin merasa orang lain memiliki motif tertentu
terhadap kita atau meyakini bahwa orang lain membicarakan kita dibelakang kita.
Namun, bagi kebanyakan dari kita, pemikiran paranoid tidak dalam bentuk waham
yang nyata. Diagnosis gangguan delusi (delusional
disorder) ditetapkan kepada orang yang memilik keyakinan delusi yang
persisten dan jelas, sering kali melibatkan tema-tema paranoid. Gangguan delusi
diperkirakan tidak terlalu umum, mempengaruhi 5 hingga 10 dari 10.000 orang
sepanjang kehidupan mereka.
Pada
gangguan delusi, keyakinan delusi menyangkut peristiwa-peristiwa yang mungkin
terjadi, seperti ketidaksetiaan pasangan, penganiayaan orang lain atau merebut
cinta dari orang terkenal. Keyakinan-keyakinan secara nyata masuk akal
tersebut, mungkin membuat orang lain menganggapnya serius dan memeriksanya
sebelum menyimpulkan bahwa hal-hal tersebut ternyata tidak ditemukan. Terpisah
dari wahamnya, perilaku individu tidak menunjukkan bukti perilaku yang aneh
atau benar-benar ganjil.
Perilaku tidak teratur
Orang
yang mengalami skizofrenia sering berperilaku aneh, seperti anak kecil yang
melakukan hal-hal konyol.
Selain
keempat hal di atas, para penderitanya juga sering curiga dan mereka
seolah-olah berada di bawah pengawasan yang ketat. Hal itu menyebabkan mereka
merasa tertekan.
2. Gejala negatif
Gejala
ini mengacu pada berkurangnya atau bahkan tidak adanya karakteristik fungsi
otak yang normal. Gejala ini mungkin muncul disertai atau tanpa adanya gejala
positif. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain:
·
Sulit mengekspresikan emosi
·
Menarik diri dari lingkungan sosial
·
Kehilangan motivasi
·
Tidak minat melakukan kegiatan
sehari-hari
·
Mengabaikan kebersihan pribadi
Gejala-gejala tersebut
seringkali dianggap sebagai kemalasan yang biasa dialami oleh tiap orang.
Namun, hal itu ternyata keliru.
3. Gejala kognitif
Jenis
gejala ini akan menimbulkan masalah pada proses berpikir. Tanda dan gejala yang
mungkin timbul, antara lain:
·
Masalah dalam membuat informasi yang
masuk akal dan dapat dimengerti
·
Sulit berkonsentrasi
·
Masalah pada memori otak
Selain
ketiga gejala di atas, penyakit skizofrenia juga akan menimbulkan masalah pada
suasana hati. Para penderitanya akan mengalami depresi, cemas, dan seringkali
mencoba untuk bunuh diri. Gejala-gejala dari penyakit ini lambat laun dapat
melumpuhkan para penderitanya. Sebab, hal ini sangatlah mengganggu kemampuan
mereka untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari.
Namun,
apabila penderitanya masih berusia remaja, gejala yang ditimbulkan sulit untuk
dideteksi dan kemudian dianggap sebagai penyakit skizofrenia. Sebab, pada usia
tersebut mereka pasti akan mengalami hal-hal ini yang ternyata merupakan gejala
dari penyakit skizofrenia:
·
Menarik diri dari keluarga dan teman
·
Penurunan kinerja di sekolah
·
Sulit tidur
·
Cepat emosi
Namun,
bila dibandingkan dengan orang dewasa, anak muda kurang cenderung mengalami
khayalan dan lebih cenderung mengalami halusinasi visual.
Gejala
Psikotik
Pada
psikotik ini penderita sudah tidak dapat menyadari apa penyakitnya, karena
sudah menyerang seluruh keadaan netral jiwanya. Gejala-gejala psikosis meliputi
:
1. Disorganisasi proses pemikiran
2. Gangguan emosional
3. Disorientasi waktu, ruang
4. Sering atau terus berhalusinasi
Menurut
Singgih D. Gunarsa (1998 : 140), psikotik ialah gangguan jiwa yang meliputi keseluruhan
kepribadian, sehingga penderita tidak bisa
menyesuaikan
diri dalam norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum.W.F. Maramis (2005 :
180), menyatakan bahwa psikotik adalah suatu
gangguan
jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense
of reality). Kelainan seperti
ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan, motorik, dst. Sedemikian berat sehingga perilaku penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan.
Perilaku penderita psikotik tidak dapat
dimengerti
oleh orang normal, sehingga orang awam menyebut penderita sebagai orang gila.
Berbicara
mengenai psikotik, Zakiah Daradjat (1993 : 56), menyatakan sebagai berikut. Seorang yang diserang penyakit jiwa
(psychosis), kepribadiannya
terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan
wajar, dan tidak sanggup memahami masalahnya. Seringkali orang sakit jiwa tidak
merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya normal saja,
bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain. Definisi
berikutnya tentang psikotik (Medline Plus, 200) rumusannya sebagai berikut:
“Psychosis is a loss of contact with reality,
usually including false ideas about what is taking place or who one is
(delusions) and seeing or hearing things that aren't there (hallucinations)”.
Psikotik, menurut Medline
Plus adalah kelainan jiwa yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas, biasanya mencakup
ide-ide yang salah tentang apa yang sebenarnya terjadi, delusi, atau melihat
atau mendengar sesuatu yang sebenarnya
tidak ada (halusinasi). Dari
empat pendapat tersebut dapat diperoleh gambaran tentang psikotik yang intinya
sebagai berikut:
1.
Psikotik merupakan gangguan jiwa yang berat, atau tepatnya penyakit jiwa, yang
terjadi pada semua aspek kepribadian.
2.
Bahwa penderita psikotik tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas,penderita
hidup dalam dunianya sendiri.
3.
Psikotik tidak dirasakan keberadaannya oleh penderita. Penderita tidak menyadari bahwa dirinya
sakit.
4.
Usaha menyembuhkan psikotik tak bisa dilakukan sendiri oleh penderita tetapi hanya bisa
dilakukan oleh pihak lain.
5.
Dalam bahasa sehari-hari, psikotik disebut dengan istilah gila.
3. Penyebab
gangguan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
a.
Faktor Biologis
1.
Faktor Biokimia
Adanya
gangguan pada neurotransmitter (penyampaian pesan secara kimiawi) dimana
terjadi ketidakseimbangan produksi neurotransmitter dopamine di otak, bila
kadar dopamine berlebihan atau kurang,penderita dapat mengalami gejala positif
atau gejala negatif. Sumber pertama pembuktian pada efek obat obatan anti
psikotik yang disebut penenang mayor atau neuroleotik.
2.
Pengaruh genetik
Salah
satu sumber bukti yang menyebutkan bahwa
skizofrenia dipengaruhi oleh gen adalah penelitian tentang keluarga.
Skizofrenia dan gangguan lainya cenderung menurun dalam kehidupan keluarga.
Semakin dekat hubungan genetik antara orang yang didiagnosa skizofrenia dan
anggota keluarga mereka,maka semakin besar kecenderungan untuk mengidap
skizofrenia. Menurut penelitian anak yang orang tuanya mengidap skizofrenia
maka anaknya dua kali lipat cenderung mengalami skizofrenia daripada anak yang
orang tuanya normal.
3.Infeksi
Virus
Menurut
hasil penelitian skizofrenia disebabkan oleh inveksi virus salah satu contohnya
adalah virus Rubella. Virus Rubella atau campak Jerman menyerang perkembangan
otak atau janin yang baru lahir lalu menyebabkan retardasi mental .
4.Ketidaknormalan
otak
Penemuan
yang paling jelas dari kerusakan struktural di otak dibuktikan oleh pembesaran
ventrikel di otak yang mungkin menyerang tiga hingga empat pasien
skizofrenia.Ventrikel yang membesar merupakan tanda hilangnya jaringan ataupun
sel-sel otak. Para peneliti menemukan orang yang mengalami skizofrenia otak 5%
lebih kecil dari otak normal. Ketidaknormalan otak bisa disebakan oleh inveksi
virus,komplikasi,kegagalan otak untuk berkembang sejak awal,dan trauma
kelahiran.
b. Faktor Psikososial
Skizofrenia ditinjau dari faktor
psikososial sangat dipengaruhi oleh faktor keluarga dan stressor psikososial.
1. Teori Keluarga
Hubungan
keluarga yang terganggu sejak lama dianggap berperan dalam perkembangan dan
perjalanan gangguan skizofrenia. Teori-teori keluarga yang memfokuskan pada
peran anggota keluarga yang “patogenik” seperti ibu yang skizofrenogenik yaitu ibu yang
digambarkan sebagai orang yang dingin, angkuh, dan sangat mendominasi. Ibu
semacam ini memiliki karakteristik menghilangkan kepercayaan diri anaknya, melumpuhkan kemandirian anak, dan
membuat anak ketergantungan dengan ibunya.
Penyimpangan
dalam komunikasi (CD – comunication
devidance) adalah pola komunikasi
yang tidak jelas, samar
– samar, terganggu, tidak jelas atau terpecah-pecah yang sering ditemukan pada orang tua dan anggota
keluarga yang mengalami skizofrenia. CD
ditandai dengan pembicaran yang sulit ditangkap dan sulit dipahami.
Mereka cenderung menyerang anak anak mereka dengan cercaan ataupun kritik yang
negatif, hal ini menyebabkan kerentanan anak untuk menderita skizofrenia.
Ekspresi
emosi / EE adalah pengukuran lain dari komunikasi kelurga yang terganggu. EE
didefinisikan sebagai perilaku yang intrusive, terlihat berlebihan, kejam,
tidak mendukung dan kritis yang terjadi pada anggota keluarga yang menderita
skizofrenia. Orang dengan skizofrenia yang memiliki EE tinggi cenderung menunjukan penyesuaian diri yang
buruk dan memiliki rata-rata kambuh yang tinggi setelah keluar dari rumah sakit
seperti depresi dan gangguan makan.
2.
Ketegangan antara Faktor Ekonomi dengan
Kemajuan Teknologi
Dalam
masyarakat modern kebutuhan makin meningkat dan persaingan makin meningkat dan semakin
ketat pula untuk meningkatkan ekonomi. Hasil-hasil teknologi modern memacu
orang untuk bekerja lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin
bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian
pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor
gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan
keluarga sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian dari penyebab
gangguan abnormal. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar penderita
skizofrenia berasal dari kalangan menengah kebawah.
c. Faktor Sosiokultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku
yang dapat dilihat maupun tidak. Pada dasarnya kebudayaan mempengaruhi perkembangan
dan pertumbuhan individu, misalnya melalui norma ataupun aturan yang ada dalam
masyarakat. Berikut ini adalah faktor-faktor kebudayaan yang dapat menyebabkan gangguan abnormalitas
:
• Cara-cara membesarkan
anak
Cara-cara membesarkan
anak yang kaku dan otoriter, menyebabkan
hubungan orang tua dan anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah
dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau
justru menjadi penurut yang berlebihan. Contohnya: Orang tua yang sangat sayang sekali
terhadap anaknya, Ia menghendaki anaknya untuk menjadi seperti yang dia mau,
selalu di rumah dan menuruti apa yang dia katakan. Ia beranggapan bahwa apabila
anak selalu di rumah dan dibawah ajarannya dia, maka anak itu akan menjadi anak
baik. Padahal hal tersebut dapat membuat anak menjadi pendiam dan tidak bisa
bergaul dengan orang lain.
•
Sistem Nilai
Perbedaan sistem nilai
moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa lalu
dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula
perbedaan moral yang diajarkan dirumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di
masyarakat sehari-hari.
Contohnya: pada zaman dahulu, seorang gadis yang telah memasuki usia pernikahan
akan dijodohkan oleh kedua orang tuanya, namun pada zaman sekarang jika hal
tersebut tetap diterapkan akan membuat anak merasa tertekan dan hal itu
menimbulkan masalah-masalah kejiwaan pada anak.
•
Kepincangan atau perbedaan antar keinginan dan kenyataan
Kepincangan antara keinginan dan
kenyataan yang ada di iklan-iklan,
film, surat kabar menyebabkan bayang-bayang
yang menyilauakan tentang kehidupan yang modern yang sebenarnya berbeda dengan
kehidupan nyata hal ini menyebabkan seseorang menjadi penghayal.
4. Penanganan skizofrenia dan psikotik lainnya
- Perawatan Biomedis : Obat-obat anti psikotik
digunakan untuk mengendalikan simtom-simtom psikotik.
- Penanganan Psikososial : Pendekatan
berdasarkan prinsip belajar, seperti sistem token
ekonomi dan pelatihan keterampilan sosial, dapat membantu pasien skizofrenia
mengembangkan perilaku yang lebih adaptif.
- Rehabilitasi Psikososial : Kelompok-kelompok
self-helpdan program tempat tinggal
yang terstruktur dapat membantu pasien skizofrenia menyesuaikan diri dengan
kehidupan komunitas.
- Program Intervensi Keluarga : Intervensi
keluarga digunakan untuk meningkatkan komunikasi dalam keluarga dan mengurangi
tingkat konflik dan stres keluarga.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Skizofrenia
merupakan gangguan psikotik kronis yang ditandai oleh episode akut yang
mencakup kondisi terputus dengan realitas, yang ditampilkan dengan ciri-ciri
seperti waham (keyakinan salah dan tak dapat dikoreksi), halusinasi (seperti
mendengar dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada), pikiran yang tidak
logis, pembicaraan yang tidak kohern, dan perilaku yang aneh. Dari pengertian skizofrenia tersebut, terdapat
gangguan lain yang ciri-cirinya hampir mirip dengan skizofrenia, yaitu berupa
gangguan psikotik. Gangguan psikotik ialah gangguan jiwa yang meliputi keseluruhan
kepribadian, sehingga penderita tidak bisa
menyesuaikan
diri dalam norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum. Bentuk-bentuk gangguan psikotik,
yaitu: gangguan psikotik singkat, gangguan skizofreniform, gangguan delusi, gangguan spektrum skizofrenia.
Tanda
dan gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia seringkali dikaitkan dengan
penyakit mental lainnya. Sebab, tanda dan gejala dari penyakit ini memang
hampir sama dengan tanda dan gejala dari penyakit mental lainnya. Hal ini yang
menyebabkan penyakit skizofrenia sulit untuk di diagnosis. Sedangkan pada psikotik penderita
sudah tidak dapat menyadari apa penyakitnya, karena sudah menyerang seluruh
keadaan netral jiwanya.
Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan skizofrenia dan
gangguan psikotik yaitu: faktor biologis yang terdiri dari faktor biokimia, pengaruh genetic, infeksi virus, dan ketidaknormalan
otak; faktor psikososial yaitu faktor keluarga dan stessor psikososial; faktor
sosiokultural yaitu cara membesarkan anak, system nilai, perbedaan antara
keinginan dan kenyataan.
Pendekatan penanganan yang dilakukan untuk mrnolong
penderita skizofrenia dan gangguan psikotik yaitu: perawatan biomedis,
penanganan psikososial, rehabilitas psikososial, dan program intervensi
keluarga.
Daftar
pustaka :
¨
Vevid, J.S dkk. 2005. Psikologi Abnormal jilid II. Jakarta : Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan ya :)