PEMBAHASAN
A. Gangguan
Makan (Eating Disorder)
1. Definisi
Gangguan Makan
Gangguan makan ditandai dengan gangguan ekstrem. Gangguan makan hadir
ketika seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti
mengurangi kadar makanan dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem,
atau perasaan menderita atau keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang
ekstrem. Seseorang dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi
makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap
tertentu, keinginan untuk makan lebih sedikit atau lebih banyak terus menerus
di luar keinginan.
Gangguan makan biasanya berkembang selama masa remaja atau dewasa
awal.Namun, mereka bisa mulai di masa kecil, juga. Wanita jauh lebih
rentan. Hanya sekitar 5% sampai 15% dari orang dengan anoreksia atau
bulimia adalah laki-laki. Gangguan makan pada anak-anak dan remaja dapat
menyebabkan sejumlah masalah fisik yang serius dan bahkan kematian. Jika
Anda melihat salah satu dari tanda-tanda gangguan makan, hubungi dokter anak
Anda segera. Gangguan makan tidak bisa diatasi dengan kekuatan
belaka. Anak Anda akan memerlukan pengobatan untuk membantu memulihkan
berat badan normal dan kebiasaan makan. Pengobatan ini juga membahas
masalah-masalah psikologis yang mendasar. Ingat bahwa hasil terbaik
terjadi ketika gangguan makan yang dirawat di tahap awal.
2. Jenis-jenis Gangguan Makan
Terdapat dua jenis gangguan makan, yaitu :
a. Anorexiane
Nervosa
Istilah
anoreksia secara harafiah artinya kehilangan nafsu makan. Definisi ini sedikit
salah kaprah sebab penderita anoreksia sebenarnya merasakan lapar namun menolak
untuk makan. Penderita anoreksia sangat takut gemuk bahkan mereka tetap melihat
dirinya gemuk padahal sudah sangat kurus. Mereka akan menolak makan dan
melakukan olah raga yang berlebihan untuk menurunkan berat badan.
Anoreksia atau lengkapnya disebut anoreksia nervosa merupakan suatu gangguan yang berpotensi
mengancam nyawa akibat kelaparan dan penurunan berat badan yang
drastis. Diagnosa ditegakan jika seseorang kehilangan sedikitnya 15% dari berat
badan normal atau idealnya. Penurunan berat badan yang ekstrem pada penderita
anoreksia sangat berbahaya bagi kesehatan dan bahkan dapat mematikan.
Anoreksia
nervoasa umumnya timbul pada awal hingga pertengahan masa remaja, sering kali
timbul setelah suatu episode diet dan terjadinya stress kehidupan.Bila
anoreksia nervosa terjadi pada laki-laki, simtomatologi dan berbagai
karakteristik lain, seperti penuturan tentang konflik keluarga, secara umum
sama dengan yang dituturkan kaum perempuan yang mengalami gangguan tersebut
(Olivardia dkk.,1995). Para pasien anoreksia nervosa sering kali didiagnosis
dengan depresi,gangguan obsesif-komplusif,fobia,gangguan panic,alkoholisme,dan
berbagai gangguan kepribadian (Godart dkk.,2000 ; Ivarsson dkk.,2000;Walters
& Kendler,1994).Laki-laki yang menderita anoreksia nervosa juga memiliki
kemungkinan didiagnosis menderita gangguan mood,skizofreniaatau
ketergantunganzat (Striegel-Moore dkk.,1999).
Perubahan
Fisik dalam Anoreksia Nervosa. Melaparkan dirisendiri dan penggunan obat
pencahar menimbulkan berbagai konsekuensi biologis yang tidak dikehendaki pada
para pasien anoreksia nervosa.Tekanan darah sering kali turun, denyut jantung
melambat, ginjal dan system pencernaan menjadi bermasalah, massa tulang kurang,
kulit mongering, kuku jari menjadi mudah patah, kadar hormone berubah, dan
dapat terjadi anemia ringan.Beberapa pasien mengalami kerontokan rambut, dan
dapat memiliki lanugo, yaitu bulu-bulu lembut dan halus tumbuh mereka.
Ada
dua subtipe umum dari anoreksia yaitu sebaga berikut :
· Tipe
makan berlebihan/membersihkan
· Tipe
menahan
Ciri-ciri anoreksia yaitu sebagai berikut :
·
orang yang bersangkutan menolak untuk mempertahankan
berat badan normal.
·
orang-orang yang menderita anoreksia sangat takut bila
berat badannya bertambah dan rasa
takut tersebut tidak berkurang dengan turunnya berat badan. Mereka tidak pernah
merasa cukup kurus.
·
pada pasien yang menderita anoreksia nervosa memiliki pandangan
yang menyimpang tentang bentuk tubuh mereka.
·
pada perempuan kondisi tubuh yang sangat kurus
menyebabkan amenorea,yaitu berhentinya periode menstruasi
b. Bulimia
nervosa
Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang memiliki episode yang berulang
untuk menelan makanan dalam jumlah besar, diikuti dengan penggunaan cara-cara
yang tidak tepat untuk mencegah pertambahan berat badan. Hal ini bisa
melibatkan mengeluarkan makanan dengan memaksa diri untuk memuntahkanya dengan
menggunakan obat pencahar, diuretics atau enemas, brpuasa atau menjalankan
latihan fisik yang berlebihan.
3. Gejala
Gangguan Makan
1.
Anoreksia
Anak-anak dan remaja dengan anoreksia memiliki citra tubuh yang
terdistorsi. Orang dengan anoreksia melihat diri mereka sebagai berat, bahkan
ketika mereka kurus. Mereka terobsesi untuk menjadi kurus dan menolak
untuk mempertahankan berat badan minimal bahkan normal.
Menurut Institut Nasional Kesehatan Mental , sekitar satu dari
setiap 25 anak perempuan dan perempuan akan memiliki anoreksia dalam hidup
mereka. Kebanyakan akan menyangkal bahwa mereka memiliki gangguan makan.
Gejala anoreksia meliputi:
- kecemasan, depresi, perfeksionisme, atau menjadi sangat kritis terhadap diri sendiri
- diet bahkan ketika seseorang kurus
- berlebihan atau kompulsif berolahraga
- intens takut menjadi gemuk,
- menstruasi yang menjadi jarang atau berhenti
- cepat merasa berat, dan orang tersebut mencoba menyembunyikan dengan pakaian longgar
- kebiasaan makan yang aneh, seperti menghindari makanan, makan secara rahasia, mengawasi setiap gigitan makanan, atau hanya makan makanan tertentu dalam jumlah kecil
- tidak biasa minat dalam makanan
Anoreksia dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang serius.
Permasalahan tersebut meliputi:
- kerusakan organ utama, terutama otak, jantung dan ginjal
- denyut jantung tidak teratur
- menurunkan tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh , dan tingkat pernapasan
- sensitivitas terhadap dingin
- penipisan tulang
Anoreksia berakibat fatal pada sekitar satu dari setiap 10
kasus. Penyebab paling umum kematian termasuk serangan jantung,
ketidakseimbangan elektrolit, dan bunuh diri.
2.
Bulimia
Seperti anak-anak dan remaja dengan anoreksia, bulimia juga takut berat
badan dan merasa sangat bahagia dengan tubuh mereka. Mereka berulang kali akan
makan terlalu banyak makanan dalam waktu singkat. Seringkali anak atau remaja
kehilangan kontrol. Merasa jijik dan malu setelah makan berlebihan, remaja
dengan bulimia mencoba untuk mencegah kenaikan berat badan dengan menginduksi
muntah atau menggunakan obat pencahar, pil diet, diuretik, atau
enema. Setelah membersihkan makanan, mereka merasa lega.
Orang dengan bulimia biasanya berfluktuasi dalam kisaran berat badan
normal, meskipun mereka mungkin kelebihan berat badan juga. Sebanyak satu
dari setiap 25 wanita akan memiliki bulimia dalam hidup mereka.
Gejala bulimia meliputi:
- menyalahgunakan obat pencahar dan perawatan lainnya untuk mencegah kenaikan berat badan
- kegelisahan
- bingeing pada sejumlah besar makanan
- makan secara rahasia atau memiliki kebiasaan makan yang tidak biasa
- berlebihan latihan
- penekanan yang berlebihan pada penampilan fisik
- teratur menghabiskan waktu di kamar mandi setelah makan
- menggunakan jari untuk merangsang muntah
- tidak biasa minat dalam makanan
- muntah setelah makan
Bulimia
dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang serius. Permasalahan tersebut
meliputi:
Komplikasi bisa serius. Perut asam dari muntah
kronis dapat menyebabkan:
- kerusakan enamel gigi
- radang kerongkongan
- pembengkakan kelenjar ludah di pipi
Selain itu,
bulimia juga dapat menurunkan kadar potasium. Hal ini dapat menyebabkan
hal yang berbahaya, ritme jantung menjadi abnormal.
4. Faktor-faktor
Penyebab Gangguan Makan
Berbagai faktor saling berkaitan
dalam menyebabkan gangguan makan
1.
Faktor sosiokultural
Tekanan
yang berlebihan pada wanita muda untuk mencapai standar khusus yang tidak realistis
2.
Faktor psikososial
1.
Diet yang kaku atau sangat membatasi dapat
mengakibatkan berkurangnya kontrol yang diikuti dengan pelanggaran diet dan
menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulimik
2.
Ketidak puasan pada tubuh memicu dilakukannya
cara-cara yang tidak sehat untuk mencapai berat badan yang diinginkan
3.
Faktor kognitif
1.
Merasa kurang memiliki kontrol atas berbagai aspek
kehidupan lain selain diet
2.
Kebutuhan psikologis untuk kesempurnaan dan
kecenderungan untuk berpikir secara dikotomis atau ‘hitam-putih’ (semua atau
tidak sama sekali)
4.
Faktor psikodinamika
Pengidap
anoreksia memiliki kesulitan untuk berpisah dari keluarga mereka dan menyentuh identitas
yang terpisah dan terindividuasi. Anoreksia mencerminkan usaha alam bawah sadar
dari remaja putri untuk memperthankan masa prapubertasnya. Hal ini dilakukan
dengan mempertahankan tampilan kanak-kanak mereka, menolak berhadapan dengan
isu-isu orang dewasa seperti pningkatan kemandirian dan berpisah dengan
keluarga, kematngan seksual, dan asumsi adanya tanggung jawab pribadi.
5.
Faktor keluarga
1.
Keluarga dari pasien gangguan makan sering kali
memiliki karakteristik yang sama yaitu adanya konflik, kurangnya kedekatan dan
pengasuhan, serta gagal dalam membangun kemandirian dan otonomi pada diri anak
perempuan mereka
2.
Dari perspektif sistem keluarga, gangguan makan pada
anak perempuan dapat memberi keseimbangan pada keluarga yang disfungsional
dengan mengalihkan perhatian dari masalah keluarga atau pun masalah pernikahan
6.
Faktor biologis
1.
Ketidakseimbangan yang mungkin terjadi pada sistem
neurotransmiter di otak yang mengatur mood dan nafsu makan
2.
Kemungkinan pengaruh genetis
5.
Penanganan yang dapat dilakukan
Penanganan gangguan makan memerlukan
kerjasama team seperti psikiatri, konselor dan juga dokter. Sering kali sulit
ditangani tapi tersedia beberapa pendekatan terapeutik
1.
Penanganan biomedis
1.
perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk
membantu pasien anoreksia mencapai berat badan yang sehat atau pasien bulimia
mengatasi siklus makan berlebih lalu mengeluarkannya dalam kasus dimana terapi
rawat jalan telah gagal
2. Pengobatan
antidepresan dapat digunakan untuk mengatur napsu makan dengan mengubah proses kimia
pada otak atau untuk melepaskan depresi yang mendasari
2.
Psikoterapi
Terapi
psikodinamika bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik
psikologis yang ada.
3.
Terapi behavioral kognitif (CBT)
1.
Untuk membantu individu dengan gangguan makan mengalahkan
pikiran dan keyakinan yang self-defeating serta mengembangkan kebiasaan makan
dan pola berpikir yang lebih sehat
2.
Modifikasi perilaku membantu pasien anoreksia yang
dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan berat badan dengan memberi hadiah
yang diinginkan untuk perilaku makan yang tepat
3.
Pemaparan terhadap pemecahan respon membantu individu
bulimia untuk menoleransi memakan makanan yang menurut mereka dilarang tanpa
makan berlebihan dan mengeluarkannya
4.
Terapi Interpersonal (IPT)
Menekankan pada penyelesaian masalah interpersonal dengan keyakinan bahwa
fungsi interpersonal yang semakin efektif akan menghasilkan kebisaaan dan sikap
makan yang lebih sehat
5.
Terapi keluarga
Dapat digunakan untuk mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan
komunikasi diantara anggota keluarga
Untuk membangkitkan kesadaran klien dan membutuhkan waktu yang tidak
sebentar, tetapi usaha tersebut harus terus dilakukan secara bertahap sehingga
yang bersangkutan dapat beradaptasi dan merasa nyaman dengan perubahan tersebut
sampai sepenuhnya klien dapat mengontrol perilaku makan.
B. Obesitas
1. Pengertian
Obesitas
Obesitas merupakan kelebihan berat badan akibat
terjadinya penumpukan sel-sel lemak. Awalnya, Anda hanya akan merasa bahwa
berat badan naik. Namun, saat sel-sel
lemak yang tertimbun semakin banyak, maka akan terjadi perubahan anatomis. suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa
sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan / atau
meningkatkan masalah kesehatan. Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese)
bila indeks massa tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil
pembagian berat badan dalam kilogram dengan
kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari
30 kg/m2.
Kegemukan adalah penyebab kematian yang dapat
dicegah paling utama di dunia, dengan jumlah paling banyak pada orang
dewasa dan anak yang semakin meningkat, sehingga
pihak berwenang menganggap kegemukan sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius pada abad 21. Kegemukan umumnya
merupakan stigma di dunia modern (khususnya di Dunia barat), meskipun
pada suatu waktu dalam sejarah, kegemukan secara luas dianggap sebagai simbol
kekayaan dan kesuburan, dan masih dianggap demikian di beberapa bagian di dunia
hingga sekarang.
2. Penyebab obesitas
·
Gaya hidup. Obesitas bisa terjadi karena banyak
faktor, “Namun, 90% obesitas terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat,” kata dr.
Inge Permadhi, MS, SpGK, spesialis gizi klinik dari Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Salah satu faktornya adalah karena asupan
makanan yang melebihi kebutuhan tanpa diimbangi aktivitas yang cukup, atau
istilah kerennya, sedentary lifestyle (gaya hidup tanpa banyak bergerak).
Padahal, aktivitas yang cukup diperlukan untuk membakar kelebihan energi
yang ada. Jika hal ini tidak terjadi, maka kelebihan energi akan diubah menjadi
lemak dan disimpan di dalam sel-sel lemak. Tapi, jangan langsung panik saat
mengingat jumlah makanan yang Anda makan tadi malam. Sebab hal ini tak terjadi
dalam waktu singkat, tapi dalam jangka waktu yang cukup lama.
·
Lain-lain. Beberapa hal lain yang turut
berperan dalam obesitas adalah konsumsi obat-obatan tertentu –seperti obat
depresi– dan faktor usia. Saat usia Anda bertambah, maka kinerja sistem
metabolisme Anda akan menurun. Hal ini menyebabkan lemak menjadi lebih cepat
tersimpan. Hasilnya? Tubuh Anda akan membesar.
·
Faktor
genetik. Hal lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya
obesitas adalah faktor genetik, yaitu sebanyak 25-35 %. Jadi, jika ada anggota
keluarga Anda yang memiliki riwayat obesitas, maka Anda memiliki risiko yang
lebih tinggi menderita obesitas
dibandingkan dengan mereka yang tidak. “Tapi
faktor genetik juga berhubungan dengan masalah gaya hidup yang kurang
sehat,” kata dr. Inge. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki
penyebab genetik. Namun, anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga
makanan dan kebiasaan gaya hidup yang bisa mendorong terjadinya obesitas.
Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan
pengaruh sebesar 33 persen terhadap berat badan seseorang.
·
Faktor
lingkungan. Lingkungan yang dimasuk yaitu
perilaku/pola hidup seperti apa kualitas dan kuantitas makanan serta bagaimana
seseorang beraktivitas. Jika genetik tidak dapat diubah, pola makan dan
aktivitas dapat diubah jika ada kemauan dari seseorang untuk memperbaiki
hidupnya
·
Faktor
psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang dapat
mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap
emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri
yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita
muda yang menderita obesitas.
Ada dua pola
makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah
sangat banyak (binge) dan makan di malam hari. Kedua pola makan ini biasanya
dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana
seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak
diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya
kalori yang dikonsumsi sangat banyak
3. Dampak Obesitas
·
Penyakit Jantung Koroner
Jika
seseorang mengalami obesitas, maka akumulasi lemak pada tubuh orang tersebut
meningkat. Akumulasi lemak ini dapat disimpan di bawah kulit, omentum, jaringan
pembuluh darah dan jaringan lemak lain. Bahayanya ialah bila lemak tersimpan
pada lapisan pembuluh darah arteri, karena dalam tubuh arteri bertugas
menyuplai darah bagi organ vital, seperti otak dan jantung. Lemak yang menumpuk
pada pembuluh darah dapat menurunkan fungsi pembuluh tersebut, bahkan
menyumbatnya. Mungkin ada yang bertanya, bagaimana bisa demikian?
Pada
prinsipnya, timbunan lemak akan memicu terbentuknya aterosklerosis, penebalan
pembuluh darah akibat akumulasi senyawa lemak seperti kolesterol dan
trigliserida, khususnya pada arteri koronaria, arteri yang bertugas membawa
darah segar ke otot-otot jantung. Asalnya, pengaruh lemak ini tidak bersifat
langsung, tetapi melalui proses berantai yang kompleks. Secara singkat, lemak
yang terakumulasi pada pembuluh darah akan menimbulkan peradangan, yang pada
akhirnya membentuk tonjolan plak yang mempersempit diameter dalam pembuluh
darah. Pada sindrom koroner akut, biasanya telah terjadi pecahnya plak tersebut
yang nantinya dapat menyumbat pada arteri koroner.
Lemak akan memicu terbentuknya aterosklerosis, penebalan
pembuluh darah akibat akumulasi senyawa lemak seperti kolesterol dan
trigliserida, khususnya pada arteri koronaria, arteri yang bertugas membawa
darah segar ke otot jantung
Gejala
penyakit jantung koroner yang disebut dengan sindrom koroner akut (“serangan
jantung”) timbul ketika terjadi peningkatan kebutuhan oksigen jantung tanpa
disertai pasokan yang memadai, atau penurunan suplai oksigen pada jantung.
Peningkatan kebutuhan oksigen ini terjadi pada saat jantung melakukan kerja
berat misalnya pada saat berolahraga berat. Sedangkan penurunan suplai oksigen
disebabkan karena adanya pengerutan atau penyumbatan arteri koroner. Apabila
kebutuhan oksigen jantung tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu, maka
otot jantung akan mengalami kekurangan oksigen dalam darah (iskemia), yang lama
kelamaan akan diikuti dengan matinya sel otot jantung (nekrosis). Kondisi
iskemia dan nekrosis inilah yang menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan henti
jantung pada penderita penyakit jantung koroner.
·
Resistensi Insulin dan Diabetes Melitus
type 2
Obesitas
dapat memicu intoleransi glukosa dan resistensi hormon insulin, yang dapat
berujung pada diabetes melitus tipe 2. Kondisi insulin resisten sangat
berkaitan erat dengan timbunan dari lemak dalam perut. Ada beberapa faktor
utamanya, seperti asam lemak bebas yang naik akibat kenaikan massa lemak tubuh,
yang berdampak pada penurunan sensitifitas insulin, adanya akumulasi lipid
dalam sel, dan adanya beberapa peptide yang dapat diproduksi oleh jaringan
lemak yang dapat memodifikasi fungsi dan aksi dari insulin. Disisi lain,
seseorang dengan kondisi hyperinsulinemia dan insulin yang resisten, dapat
menyebabkan kenaikan berat badan dan mencegah dari kehilangan berat badan.
Obesitas dapat memicu intoleransi glukosa dan resistensi
hormon insulin, yang dapat berujung pada diabetes melitus tipe 2. Kondisi
insulin resisten sangat berkaitan erat dengan timbunan dari lemak dalam perut
Fakta
lain menunjukkan bahwa obesitas memicu peradangan mikro dalam tubuh yang
terjadi secara menyeluruh dan terus menerus. Mekanisme peradangan tersebut
dapat berkaitan erat dengan terjadinya respon stress yang berujung pada
resistensi fungsi insulin. Dari sini, kita dapat mengambil faedah yaitu,
obesitas, adalah salah satu faktor resiko utama diabetes dan memang faktanya
80% pada pasien diabetes type 2, mengalami obesitas. Adanya olahraga dan
pengurangan berat badan, terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan sensitifitas
dari insulin dan memperbaiki kontrol gula darah pada pasien diabetes.
·
Penyakit reproduksi
Ternyata,
terdapat fakta menarik tentang obesitas yang dapat mempengaruhi dari sistem
reproduksi pada manusia baik laki-laki dan perempuan. Seorang laki-laki yang
mengalami penurunan fungsi organ dan hormon reproduksinya, sangat berkaitan
erat dengan naiknya jaringan lemak pada dirinya. Biasanya disertai dengan
membesarnya daerah sekitar otot dada, sehingga payudaranya tampak membesar yang
disebut dengan ginekomastia.
Pada
wanita sendiri, obesitas sangat berkaitan erat dengan abnormalitas siklus
menstruasi. Fakta menunjukkan bahwa wanita dengan oligomenorrhea yang obese
maka cenderung mengalami sindrom ovarian polikistik. Selain itu, tingginya
jumlah perubahan androstenedion menjadi estrogen -suatu proses hormonal yang
diperantarai oleh sel-sel lemak-, dapat menaikkan kejadian kanker rahim pada
wanita postmenopause dengan obesitas.
Seorang laki-laki yang mengalami penurunan fungsi organ dan
hormon reproduksinya, sangat berkaitan erat dengan naiknya jaringan lemak pada
dirinya
·
Penyakit pulmonal
Obesitas
sangat berkaitan dengan sejumlah gangguan pada paru, hal ini terjadi karena
berkaitan dengan pengurangan elastisitas kembang-kempis dari dinding dada,
sehingga fungsi pernafasan akan turun. Akibatnya terjadi naiknya sisa udara
dalam paru dan naiknya jumlah cadangan udara dalam dada setelah seseorang
menghembuskan nafas. Beberapa orang dengan obesitas yang berat mengeluhkan
kesulitan tidur, henti nafas saat tidur (apnea) dan yang disebut dengan sindrom
hipoventilasi, yang ditandai dengan kondisi kekurangan oksigen dan kelebihan
karbondioksida. Apnea pada saat tidur juga dapat terjadi secara sentral, yakni
di otak, yang nantinya dapat memicu hipertensi.
·
Penyakit hepatobilier
Obesitas
nantinya dapat menimbulkan tertimbunnya lemak pada liver yang tidak dipicu oleh
alkohol (non alcoholic fatty liver disease (NAFLD)). Pada kondisi ini, NAFLD
dapat mengalami perubahan menjadi peradangan liver yang disertai perlemakan
yang lebih luas, yang berpeluang berkembang menjadi pengerasan liver (sirosis)
dan kanker liver. Disisi lain, obesitas akan memicu sekresi kolesterol berlebih
dalam cairan empedu, dan dengan ini dapat menjadi faktor resiko terbentuknya
batu empedu. Selain itu, bila disertai peradangan maka dapat menyebabkan radang
kantung empedu. Diantara gejalanya adalah rasa nyeri di daerah perut bagian
atas setelah mengkonsumsi makanan berlemak.
Disisi lain, obesitas akan memicu sekresi kolesterol berlebih
dalam cairan empedu, dan dengan ini dapat menjadi faktor resiko terbentuknya
batu empedu
·
Kanker
Obesitas
pada laki-laki sangat berkaitan dengan tingkat kematian disebabkan kanker,
terutama kanker kerongkongan, usus besar, rektum, pankreas, liver dan prostat.
Sedangkan pada perempuan, obesitas sangat berpengaruh pada terjadinya kanker
kantung empedu, kanker payudara, dinding rahim, serviks dan kanker ovarium.
·
Penyakit tulang, sendi dan penyakit
kulit
Ternyata
pada manusia, obesitas juga berpengaruh pada penyakit degeneratif, seperti
osteoarthritis (peradangan sendi). Adanya kenaikan beban tubuh, ditambah
peradangan pada sendi, dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan tulang rawan
sendi, terutama sendi yang digunakan untuk menopang berat tubuh seperti sendi
lutut. Selain itu obesitas juga dapat berpengaruh pada kulit, seperti dapat
terjadi penyakit acanthosis nigrican, yang bermanifestasi pada menggelapnya
kulit di bagian lipatan dan lekukan tubuh, seperti ketiak, selangkangan, dan
leher. Kulit di bagian tersebut bisa jadi menebal dan berbau tidak sedap.
Adanya lipid pada lipatan kulit ini nantinya akan dapat menjadi resiko dari
infeksi jamur, misalnya infeksi jamur kandida, dengan berbagai derajat infeksi
4. Cara Mencegah Obesitas
Jika dulu penyakit ini hanya mengintai pria dewasa lebih
tepatnya usia lanjut, sekarang ini obesitas bisa dengan mudah menyerang para remaja,
anak-anak hingga balita.
Untuk
mencegah obesitas dapat melakukan tindakan sebagai berikut :
·
Sering berolahraga
·
Makan makanan sehat rendah lemak
·
Jaga berat badan sehat anda
·
Selalu konsisten terhadap perencanaan mengenai gaya
hidup sehat anda sehari-hari
A.
Gangguan Tidur
Tidur merupakan salah
satu dari fungsi otak, dimana bila fungsi ini terganggu tentunya dapat
menyebabkan masalah pada diri kita. Gangguan tidur merupakan gangguan medis
yang menyebabkan perubahan pola tidur seseorang sehingga dapat mengganggu
kemampuan seseorang untuk bekerja/beraktivitas. Kurang tidur belum tentu
merupakan gangguan tidur jika tidak mengganggu aktivitasnya, jika seseorang
dapat bekerja dengan baik sepanjang hari tanpa kehilangan kemampuan kognitif
atau fungsi motorik, maka orang ini
tidak dianggap mengalami gangguan tidur.
Berikut adalah gejala-gejala umum gangguan tidur yang
sering dialami:
- Kelelahan
- Lemas
- Tidak mampu berkonsentrasi
- Hilang ingatan/memori jangka pendek
- Sulit berbicara
- Nyeri atau pegal-pegal
- Rentan mengalami kecelakaan atau ceroboh
Masalah tidur yang
menyebabkan stress pribadi yang signifikan atau hendaya fungsi sosial,
pekerjaan, arau peran lain diklasifikasikan dalam sistem DSM sebagai gangguan
tidur (sleep disorder). DSM mengelompokkan gangguan tidur ke dalam dua kategori
utama yaitu dissomnia dan parasomnia.
1. Dissomnia
Dissomnia adalah
gangguan tidur yang memiliki karakteristik terganggunya jumlah, kualitas, atau
waktu dari tidur. Ada lima tipe khusus dissomnia yaitu insomnia, hipersomnia,
narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan dan gangguan
irama sirkadian.
a. Insomnia
Menurut DSM-IV insomnia didefinisikan
sebagai keluhan dalam hal kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur.
Atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya selama satu bulan dan
menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi individu. Jadi,
Insomnia adalah gejala kelainan
dalam tidur berupa kesulitan berulang
untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk
melakukannya. Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang
memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan
pemakaian obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat energi
dan suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas hidup.
Insomnia diklasifikasikan menjadi dua
yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder.
·
Insomnia primer mempunyai faktor
penyebab yang jelas, seperti pola tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan
tempat tidur, seringkali menjadi penyebab dari jenis insomnia primer ini.
·
Insomnia sekunder, biasanya terjadi
akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi medis. Masalah psikologis seperti
perasaan sedih dan depresi juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder.
Selain itu masalah fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan
rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini. Insomnia
sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan yang diminum
untuk suatu penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang terlarang ataupun
penyalahgunaan alkohol.
Untuk lebih memahami tentang insomnia,
berikut akan disebutkan gejala-gejala yang timbul akibat insomnia.
·
Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
·
Sering terbangun pada malam hari
·
Bangun tidur terlalu awal
·
Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
·
Iritabilitas, depresi atau kecemasan
·
Konsentrasi dan perhatian berkurang
·
Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
·
Ketegangan dan sakit kepala
Secara umum,
faktor penyebab insomnia, diantaranya:
·
Faktor Psikologi. Stres yang berkepanjangan paling
sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis kronis, sedangkan berita-berita
buruk gagal rencana dapat menjadipenyebab insonia transient.
·
Problem
Psikiatri. Depresi paling sering ditemukan. Individu bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak individu
ingini, adalah gejala paling umum dari awal depresi, cemas, neorosa, dan
gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.
·
Sakit fisik. Sesak nafas pada orang yang terserang
asma, sinus, flu sehingga hidung yang tersumbat dapat merupakan penyebab
gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum dapat di
tanggulangi dengan baik,gangguan tidur atau sulit tidur akan dapat tetap dapat
terjadi.
·
Faktor Lingkungan. Lingkungan yang bising seperti
lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta api, pabrik atau bahkan TV
tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.
·
Gaya Hidup. Alkohol , rokok, kopi, obat penurun berat
badan, jam kerja yang tidak teratur.
Kebutuhan tidur
sama seperti kebutuhan makan-minum, sifatnya sangat individual, ada yang perlu
tidur 8-10 jam sehari, ada yang cukup tidur 5 jam saja, tapi normalnya lamanya
tidur 6-7 jam perhari. Terkadang ada beberapa anggapan masalah lama tidaknya
tidur bukan hanya saja ukuran untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik namun
mutu atau kenyamanan tidur yang membawa tidur itu menjadi sesuatu yang
menyenangkan.
Dampak dari
insomnia itu sendiri bagi kesehatan antara lain
·
Menyebabkan penambahan berat badan.
Kurangnya tidur dapat menyebabkan pada meningkatnya rasa lapar dan nafsu makan
yang dapat menyebabkan obesitas.
·
Daya tahan tubuh menjadi lemah sehingga
mudah sakit
·
Stress meningkat. Studi universitas
Chicago menemukan tidur kurang dari 7 jam
dapat meningkatkan produksi kortisol (hormon stres).
·
Meningkatkan rasa cemas dan gampang
tersinggung.
·
Dapat mengganggu kewaspadaan,
konsentrasi, penalaran, pemecahan masalah dan pelupa.
·
Dll.
Terlepas dari apa yang menyebabkan masalah tidur individu, penting untuk
membangun dan memelihara kebiasaan tidur yang sehat. Berikut adalah beberapa
cara yang akan membantu individu agar dapat tidur nyenyak di malam hari
1. Membentuk
rutinitas tidur yang teratur dan menentukan jadwal untuk tidur dan bangun
Jangan makan atau minum terlalu banyak ketika mendekati jam waktu tidur
2. Ciptakan lingkungan
tidur yang gelap, sejuk dan nyaman
3. Hindari
suara mengganggu
4. Mengurangi
komsumsi atau tidak mengkomsumsi kafein, terutama di malam hari
5. Hindari
alkohol dan nikotin, terutama mendekati waktu tidur
6. Sering
berolahraga, tapi tidak dalam waktu tiga jam sebelum waktu tidur
7. Hindari
tidur siang, khususnya di sore hari
8. Singkirkanlah
gadget jauh-jauh dari tempat tidur anda. Salah satu kebiasaan buruk masyarakat
modern adalah sering membawa gadget ke tempat tidur sehingga kita tidak akan
fokus untuk beristirahat. Selain dapat mengganggu tidur, radiasi yang
dihasilkan oleh telpon genggam ataupun gadget lain ternyata juga dapat
mengganggu fungsi otak dan dapat menurunkan fungsi organ-organ seksual.
9. Konsumsilah
makanan yang mengandung potasium dan magnesium tinggi seperti pisang dan kacang
almond. Selain dapat membuat tidur anda lebih nyenyak, kandungan triptofan
dalam buah pisang ternyata juga dapat menenangkan hormon otak sehingga anda
bisa cepat tidur.
10. Lakukanlah
meditasi dan latih pernafasan. Meditasi sudah dikenal sejak dulu sebagai salah
satu metode relaksasi yang paling ampuh. Dengan bermeditasi, anda akan berlatih
agar bisa melupakan permasalahan hidup dan memfokuskan diri pada satu titik di
dalam pikiran anda, sehingga pikiran anda akan semakin jernih dan anda akan
mendpatkan tidur yang lebih berkualitas lagi.
Selain
cara-cara di atas berikut ada beberapa teknik atau metode terapi tanpa obat yang dapat
dilakukan untuk mengobati insomnia adalah dengan metode bootzin dan
metode relaksasi
1. Metode Bootzin
Metode Bootzin dilakukan dengan cara sebagai berikut :
·
Pada prinsipnya, setiap malam hanya
pergi tidur jika sudah merasa mengantuk.
·
Segera tinggalkan kamar tidur jika dalam
waktu 15 menit belum jatuh tidur, dan lakukan sesuatu hingga rasa mengantuk
datang.
·
Hindari tidur siang
·
Jangan melakukan pekerjaan lain selain
tidur di kamar tidur.
2. Metode
relaksasi
Metode relaksasi ini
sangat penting dan bermanfaat untuk mengobati insomnia. Menurut survey dan
penelitian di bidang kedokteran, sebagian besar para penderita insomnia, sangat
memerlukan relaksasi untuk bisa rileks/sanati. Metode relaksasi adalah
sebagai berikut :
·
Membiasakan untuk mengatur waktu yang cocok
untuk memulai tidur pada gejala pertama keletihan, sehingga dengan demikian
badan akan terbiasa dengan suatu waktu yang teratur untuk istirahat.
·
Tidurlah dalam posisi yang dirasakan paling
cocok dan terasa nyaman, misalnya tidur dalam posisi terlentang atau miring
sesuai dnegan kebiasaan pribadi.
·
Menyetel musik klasik sebagai pengantar tidur
yang nyenyak. Musik dapat membantu pikiran dan otak menjadi lebih rileks dan
menggiring rasa ingin tidur lebih cepat.
b.
Hipersomnia
Hipersomnia
adalah kantuk berlebihan, terlihat dari tidur malam yang berkepanjangan, sulit
mempertahankan keadaan terjaga pada siang hari, atau episode tidur yang tidak
diinginkan pada siang hari. Hipersomnia yang berlangsung lama dan tidak
mendapatkan perawatan yang memadai dapat menyebabkan bingung, kehilangan
memori, lesu, dan cemas. Hipersomnia yang berkelanjutan tidak hanya dapat
mengganggu kesehatan fisik seseorang tetapi juga dapat mengganggu mengganggu
hubungan sosial dengan orang lain.
Gejala
hipersomnia itu sendiri ditandai dengan penderita merasa sangat mengantuk dan
sering ingin tidur atau bahkan tertidur bukan pada tempatnya dan bukan pada
waktunya untuk tidur. Gejala hipersomnia juga dapat terjadi secara temporer
atau sementara. Hal ini bisa dikarenakan kurangnya waktu tidur dalam beberapa
hari atau akibat keletihan. Gejala-gejala lain yang dapat muncul, antara lain
kecemasan, berkurangnya energi, gelisah, lambat dalam berpikir, lambat dalam
berbicara, hilang nafsu makan, halusinasi, dan sulit untuk mengingat. Beberapa
penderita kehilangan kemampuan dalam bekerja, fungsi sosial,
dalam keluarga, atau lainnya.
Hipersomnia
bukan merupakan suatu jenis penyakit tertentu melainkan merupakan gejala
dari penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Untuk mengobati
hipersomnia, perlu diketahui penyebabnya. Mengobati hipersomnia berarti
mengobati penyakit atau gangguan kesehatan yang menyebabkan gejala kantuk
berlebihan tersebut.
Hipersomnia
seniri memiliki dampak buruk bagi kesehatan, yaitu antara lain sebagai berikut
:
·
Diabetes.
Penelitian menunjukkan, orang yang tidur lebih dari sembilan jam tiap malam
berisiko 50 persen lebih besar terkena diabetes dibandingkan dengan mereka yang
tidur tujuh jam per malam. Penelitian juga menemukan, hipersomnia
dapat mengindikasikan gangguan medis yang meningkatkan kemungkinan pengaruh
diabetes.
·
Obesitas. Penelitian
menunjukkan, mereka yang tidur selama 9-10 jam tiap malam 21 persen lebih
mungkin mengalami obesitas daripada mereka yang hanya tidur selama 7-8 jam.
·
Sakit jantung. Sebuah
penelitian menunjukkan, wanita yang tidur selama 9-11 jam tiap malam 38
persen lebih mungkin terkena penyakit jantung koroner.
·
Sakit kepala. Para peneliti
meyakini, sakit kepala bisa merupakan efek dari hipersomnia. Mereka yang
tidur terlalu lama pada siang hari sering mengalami gangguan ketika hendak
tidur pada malam harinya sehingga menyebabkan timbulnya sakit kepala pada
keesokan hari.
·
Nyeri punggung. Ketika Anda
berbaring di tempat tidur selama berjam-jam, sering kali timbul nyeri pada
punggung. Orang yang menderita sakit punggung atau rentan terhadap sakit
punggung pun dianjurkan dokter untuk tetap aktif bergerak, tidak sering
berbaring atau tiduran.
·
Kematian. Beberapa penelitian
menemukan, orang yang tidur sembilan jam atau lebih tiap malam memiliki tingkat
kematian lebih tinggi daripada mereka yang tidur tujuh hingga delapan jam per
malam. Para peneliti berspekulasi, depresi dan rendahnya status sosial ekonomi
(juga dikaitkan dengan tidur lebih lama) dapat dihubungkan dengan meningkatnya
mortalitas (kematian).
c. Narkolepsi
Narkolepsi
merupakan salah satu bagian dari gangguan tidur kronik. Pengertian dari
narkolepsi sendiri adalah keinginan untuk tidur yang tidak tertahankan pada
keadaan dan waktu yang tidak sesuai. Serangan tidur ini biasanya muncul
mendadak dan dalam waktu yang singkat. Penderita narkolepsi biasanya akan
mengantuk lalu langsung tertidur kemudian setelah 15 menit orang tersebut akan
bangun dan merasa segar, tetapi setelah itu akan mulai merasa mengantuk lagi.
Kejadian ini akan terjadi secara
berulang ulang setiap hari.
Untuk
mengenali penderita narkolepsi, terdapat 4 gejala klasik (classic tetrad):
1.
Rasa kantuk berlebihan
Karakteristik
utama narkolepsi adalah mengantuk luar biasa dan tak terkendali di siang hari.
Orang dengan narkolepsi tertidur secara tiba-tiba, di mana saja dan kapan saja.
Sebagai contoh, penderita mungkin tiba-tiba tertidur untuk beberapa menit di
tempat kerja atau ketika sedang berbicara dengan teman. Penderita tidur hanya
beberapa menit atau sampai setengah jam sebelum bangun dan merasa segar, tapi
kemudian tertidur lagi. Selain tidur di waktu dan tempat yang tidak tepat,
penderita juga mengalami penurunan kewaspadaan sepanjang hari. Rasa kantuk
dapat dipuaskan setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat
kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak penderita
narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.
2.
Katapleksi (cataplexy)
Penderita bisa mengalami kelumpuhan
sementara tanpa disertai penurunan kesadaran (keadaan ini disebut katapleksi),
sebagai respon terhadap suatu reaksi emosional mendadak, seperti kemarahan,
ketakutan, kegembiraan, tertawa atau kejutan. Berjalan menjadi timpang,
menjatuhkan barang yang sedang dipegang atau terjatuh ke tanah. Penderita juga
bisa mengalami episode kelumpuhan tidur, dimana ketika baru saja tertidur atau
segera sesudah terbangun, penderita merasakan tidak dapat bergerak. Kondisi
tiba-tiba lemas (seperti tak berotot), dapat menyebabkan berbagai perubahan
fisik, dari cadel ketika berbicara untuk melengkapi kelemahan dari sebagian
besar otot, dan dapat berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit.
Cataplexy yang tidak terkontrol dan sering dipicu oleh emosi yang kuat,
biasanya yang positif seperti tertawa atau kegembiraan, tapi kadang-kadang
ketakutan, kejutan atau kemarahan. Misalnya, kepala penderita dapat terkulai
tak terkendali atau lutut tiba-tiba lemas ketika tertawa. Beberapa orang dengan
pengalaman narkolepsi hanya satu atau dua episode cataplexy setahun, sementara
yang lain memiliki banyak episode setiap hari. Dari data Mayoclinic
diperkirakan 70 persen orang dengan pengalaman narkolepsi mengalami cataplexy.
3.
Sleep paralysis
Sleep
paralysis adalah keadaan lumpuh dimana penderitanya tidak dapat menggerakkan
tubuhnya sama sekali. Di saat peralihan dari sadar ke tidur, sleep paralysis
bisa menyerang berbarengan dengan halusinasi sehingga menimbulkan pengalaman
yang menakutkan bagi penderitanya. Ini terjadi karena gelombang tidur REM
(mimpi) yang menerobos ke kesadaran sehingga seolah penderita bermimpi di siang
bolong. Anda tentu ingat, bahwa dalam tahap tidur REM seluruh otot tubuh
(kecuali mata dan pernafasan) menjadi lumpuh total.
Orang-orang dengan narkolepsi sering mengalami ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara saat jatuh tertidur atau saat terjaga dalam beberapa menit. kejadian ini biasanya singkat- yang berlangsung satu atau dua menit. Penderita merasa hilang kendali atas tubuhnya.
Orang-orang dengan narkolepsi sering mengalami ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara saat jatuh tertidur atau saat terjaga dalam beberapa menit. kejadian ini biasanya singkat- yang berlangsung satu atau dua menit. Penderita merasa hilang kendali atas tubuhnya.
4.
Hypnagogic/hypnopompic
hallucination
Halusinasi (melihat atau mendengar
benda yang sesungguhnya tidak ada) bisa terjadi pada awal tidur atau ketika
terbangun. Halusinasi ini menyerupai mimpi biasa, tetapi lebih hebat. Kondisi
mimpi yang menyusup ke alam sadar bermanifestasi sebagai halusinasi. Penderita narkolepsi
biasanya berhalusinasi seolah melihat orang lain di dalam ruangan. Orang lain
tersebut bisa orang yang dikenal, teman, keluarga, sekedar bayangan, hantu atau
bahkan makhluk asing, tergantung pada latar belakang budaya penderita. Dengan
gejala-gejala yang tidak biasa ini, tidak jarang keluarga menganggap penderita
narkolepsi mengidap gangguan jiwa.
Secara
pasti, penyebab pasti narkolepsi belum diketahui. Penyebabnya bisa karena
adanya infeksi tertentu yang merusak sel otak yang berfungsi untuk mengatur
pola tidur. Beberapa peneilitian juga menyebutkan bahwa salah satu penyebab
dari narkolepsi adalah mutasi genetik. Sedangkan
faktor penyebab lainnya adalah adanya kromosom 6 yang dikenal dengan nama
kompleks HLA.
Bila terdapat pola narkolepsi yang terus bertahan pada
orang dewasa atau mengantuk pada tengah-tengah kegiatan yang sedang berjalan,
suatu masalah emosi yang berat mungkin mendasari gangguan tidur itu, dan ini
biasanya memerlukan psikoterapi yang luas. Disamping itu, dapat pula digunakan
obat-obatan (resep dokter) perangsang (stimulan), seperti fedrin, amfetamin,
dekstroamfetamin dan metilfenidat, bisa membantu mengurangi narkolepsi.
Dosisnya disesuaikan agar tidak terjadi efek samping yang tidak diinginkan,
seperti kegelisahan, terlalu aktif atau penurunan berat badan. Untuk mengurangi
katapleksi, biasanya diberikan obat anti-depresi, yaitu imipramin. Akan tetapi
perlu dikemukakan karena penyebabnya belum diketahui dengan jelas, maka
perawatan atau pengobatannya secara efektif belum juga diketahui sampai
sekarang.
d. Gangguan
tidur yang berhubungan dengan pernafasan (sleep
apnea)
Orang yang memiliki gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan
mengalami gangguan tidur secara berulang-ulang yang disebabkan oleh masalah
pernafasan. Apnea berasal dari bahasa Yunani
a-(tidak ada) dan -pnea (pernapasan atau udara), yang berarti tidak adanya
pernapasan. Apnea adalah penghentian sementara bernapas selama tidur,
seringkali mengakibatkan kantuk di siang hari. Terdapat tiga jenis sleep apnea
yaitu central upnea, upper airway
obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya. Namun yang paling
sering terjadi adalah uper airway
obstructive apnea.
Gangguan saluran nafas (uper airway
obstructive apnea ) pada saat tidur ditandai dengan peningkatan pernafasan
selama apnea, peningkatan usaha otot dada dan dinding perut dengan tujuan
memaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan pernafasan ini ditandai dengan
nafas yang terengah-engah atau mendengkur pada saat tidur. Dalam apnea tidur
obstruktif, otot-otot langit-langit lunak di sekitar pangkal lidah dan uvula
menjadi rileks sehingga menghalangi jalan napas. Obstruksi jalan napas
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah menurun (hipoksia), meningkatkan stres
pada jantung, menaikkan tekanan darah, dan mencegah pasien
memasuki tidur nyenyak yang tenang dan memulihkan energi.
Faktor penyebab yang memungkinkan terjadinya uper airway obstructive apnea antara lain adalah sebagai berikut.
a.
Obesitas. Kelebihan berat badan menambah tekanan pada
tabung pernafasan sehinga membuat diameter saluran udara menjadi lebih kecil.
b.
Kebiasaan merokok
c.
Konsumsi alkhohol
d.
Umur
Penangan untuk apnea ini adalah ditangani oleh ahlinya seperti dokter
umum maupun spesialis.
e. Gangguan
irama tidur sirkadian
Pada gangguan irama tidur sikadian, irama tidur
menjadi sangat terganggu karena ketidakcocokan antara tuntutan jadwal tidur
yang ditetapkan oleh seseorang dengan siklus internal tidur-bangun orang
tersebut. Gangguan ini dapat menyebabkan insomnia dan hipersomnia pada individu
bersangkutan.
Beberapa macam gangguan tidur akibat gangguan
irama sirkadian antara lain
·
Tipe fase tidur terlambat, ditandai dengan waktu
tidur dan terjaga lebih lambat dari yang diinginkan
·
Tipe jet lag ialah mengantuk dan terjaga pada
waktu yang tidak tepat menurut jam setempat, hal ini terjadi karena bepergian
melewati lebih dari satu zona waktu.
·
Tipe pergeseran kerja, jadwal tidur yang
terganggu akibat adanya pergeseran kerja seseorang.
·
Tipe fase terlalu cepat tidur.
·
Tipe bangun-tidur beraturan.
·
Tipe tidak bangun-tidurdalam 24 jam.
2. Parasomnia
Parasomnia
adalah perilaku abnormal atau peristiwa fisiologis yang muncul pada saat tidur
atau pada ambang batas antara saat terjaga dan tidur.
a.
Gangguan mimpi buruk
Gangguan
mimpi buruk adalah gangguan tidur dengan karakteristik sering terjaga karena
mangalami mimpe buruk yang menakutkan. Orang dengan gangguan mimpi buruk sering
terbangun dengan kenangan mimpi yang mengerikan. Efek dari mimpi buruk yang
berulang dan parah umumnya akan mengganggu kehidupan nyata. Sering mengalami
mimpi buruk pun sering membuat penderitanya takut tidur.
Untuk
kasus-kasus umum, mimpi buruk bisa dienyahkan dengan
menghilangkan/menyelesaikan penyebab utama stres, atau dengan memberi
kesempatan diri untuk bersantai, juga mencukupi kebutuhan durasi tidur.
Sementara
untuk yang mengalami masalah mimpi buruk yang parah, disarankan untuk melakukan
konseling dengan terapis atau menemui dokter untuk mendapatkan obat penenang.
b.
Gangguan teror dalam tidur
Gangguan
teror dalam tidur adalah gangguan tidur yang memiliki karakteristik episode
teror yang berulang dalam tidur dan menyebabkan seseorang terjaga secara
tiba-tiba. Teror malam jauh lebih intens daripada kebanyakan mimpi buruk.
Gangguan tidur ini paling umum terjadi pada anak-anak dan menyebabkan rasa
takut yang berlebihan. Teror malam secara teknis bukanlah mimpi, tetapi reaksi
yang kuat dari satu fase tidur ke fase tidur yang lain pada anak-anak dan
biasanya terjadi 2 sampai 3 jam setelah tidur dimulai.Cara terbaik untuk
mengatasi teror malam adalah dengan tidak membangunkan anak Anda karena hal ini
akan membuatnya bingung. Sebaliknya, duduk tenang dan pastikan anak Anda tidak
melukai dirinya sendiri. Kemudian kurangi stres di lingkungan anak, membuat rutinitas,
dan memastikan anak dapat tidur dengan keadaan yang tenang.
c.
Gangguan berjalan sambil tidur
Gangguan
ini juga termasuk parasomnia yang ditandai dengan bangun dan berjalan-jalan
sementara individu sedang tidur nyenyak. Sleepwalking bisa berbahaya dan paling
sering terjadi pada anak-anak. Seperti parasomnia lainnya, risiko
keamanan dapat dikurangi dengan membuat kamar tidur menjadi lebih aman. Menutup
pintu atau menempatkan gerbang di tangga untuk menghindari terjatuh ketika
berjalan dalam keadaan tidur.
PENUTUP
Kesimpulan
·
Gangguan makan secara garis besar dibagi
menjadi dua yaitu anoreksia (hilangnya nafsu makan) dan bulimia (nafsu makan
yang berlebihan)
·
Obesitas merupakan kelebihan
berat badan akibat terjadinya penumpukan sel-sel lemak
·
Ganguan tidur secara umum
terbadi menjadi dissomnia (terdiri dari insomnia, hipersomnian, narkolepsi,
gangguan tidur dalam pernafasan, gangguan irama tidur sirkadian) dan parasomnia
(terdiri dari gangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur, gangguan berjalan
sambil tidur
Daftar
Pustaka
1.
Greene, Beverly dkk. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan ya :)