BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi
Antar Pribadi (Interpersonal Comunication) adalah komunikasi antara
individu-individu (Littlejohn, 1999). Bentuk khusus dari komunikasi antar
pribadi ini adalah komunikasi yang melibatkan hanya dua orang secara
tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Joseph A. Devito mendefinisikan
self disclosure sebagai suatu bentuk komunikasi dimana informasi tentang diri
yang biasanya disimpan atau disembunyikan dikomunikasikan kepada orang lain.
Self disclosure merupakan perilaku komunikasi dimana pembicara secara sengaja
menjadikan dirinya diketahui oleh pihak lain. Proses pengungkapan diri bisa
dilakukan dengan secara tertutup, yaitu seseorang mengungkapkan informasi diri
kepada orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi melalui ungkapan dan tindakan,
dimana ungkapan dan tindakan itu merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang
terjadi pada diri seseorang. Namun cara pengungkapan diri tersebut jarang
dipahami oleh orang lain, kecuali orang lain memiliki perhatian terhadap orang
yang melakukan pengungkapan diri itu.
Teori
penetrasi sosial (social penetration theory) berupaya mengidentifikasi proses
peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan dengan
orang lain. Teori ini disusun oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor ini merupakan
karya penting dalam perjalanan panjang penelitian di bidang perkembangan
hubungan (relationship development).
Kajian tentang atribusi banyak telah dilakukan oleh
para ahli, mereka mengatakan setiap individu pada dasarnya adalah
seorangberusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan
memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan
masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Dengan kata
lain seseorang itu selalu berusaha untuk mencari sebab kenapa seseorang berbuat
dengan cara-caratertentu. Misalkan kita melihat ada seseorang melakukan
pencurian.Sebagai manusia kita ingin mengetahui penyebab kenapa dia sampai
berbuat demikian. Dua focus perhatian di dalam mencari
penyebab suatu kejadian, yakni sesuatu didalam diri atau sesuatu di luar diri.
Apakah orang tersebut mlakukan pencurian karena sifat dirinya yang memang suka
mencuri, ataukah karena factor diluar dirinya, dia mencuri karenadipaksa
situasi, misalnya karena dia harus punya uang untuk membiayai pengobatan anaknya
yang sakit keras. Bila kita (individu) melihat/menyimpulkan bahwa seseorang itu
melakukan suatu tindakan karena sifat-sifat kepribadiannya (suka mencuri) maka
kita (individu) tersebut melakukan atribusi internal (internal attribution).
Tetapi jika kita (individu) melihat atau menyimpulkan bahwa tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dikarenakan oleh tekanan situasi tertentu (misalnya
mencuri untuk beli obat) maka kita melakukan atribusi ekternal (external
attribution)
B. Rumusan Masalah
1.
Apa saja faktor self disclosure?
2.
Apa saja manfaat self disclosure?
3.
Apa saja bahay self disclosure?
4.
Bagaimana proses kognitif menurut teori atribusi?
5.
Bagaimana proses KAP menurut teori penetrasi social?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa saja faktor self disclosure.
2.
Untuk mengetahui manfaat self disclosure.
3.
Untuk mengethui bahaya self disclosure.
4.
Mengetahui proses kap menurut teori penetrasi social.
5.
Mengetahui proses kognitif menurut teori atribusi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Disclosure
Teori ini dikenal dengan
istilah jendela johari atau johari window. Nama johari merupakan
singkatan dari orang yang memperkenalkan teori tersebut, yaitu Joseph Luft dan
Harry Ingham. Menurut teori ini, pengetahuan tentang diri akan meningkatkan
komunikasi dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain akan
meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, kita akan
mendekati kenyataan dan bila demikian maka kita cenderung lebih terbuka dengan
orang lain yang pada gilirannya akan menerima informasi-informasi,
pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan sari siapa pun juga.
1.
Faktor-faktor yang memengaruhi self disclosure
a) Keterbukaan orang lain
Umumnya self disclosure saling timbal balik. Jika
dalam interaksi dengan orang lain lebih dulu terbuka maka akan memancing diri
kita untuk terbuka juga. Selain itu self disclosure juga akan terjadi ketika
dalam berinteraksi ada reaksi yang positif dan penghargaan dari masing-masing
orang yang berkomunikasi.
b) Ukuran audiens
Ukuran orang yang sedang berkomunikasi dalam jumlah
yang sedikit misalnya dua orang maka akan ada kecenderungan untuk membuka diri.
Hal ini bisa terjadi pada kelompok kecil atau komunikasi diadik (dua orang).
Situasi didik yang paling memungkinkan pihak yang terbuka untuk menghadapi reaksi dan respon pihak
lain.
c) Topik
Topik akan memengaruhi banyaknya orang yang akan
membuka diri. Misalnya, hobi lebih menarik dari pada kondisi keuangan. Orang
yang mempunyai hobi yang sama ada kecenderungan untuk membuka diri karena mempunyai kesamaan dalam topik
yang dibicarakan.
d) Valensi
Valensi merupakan kualitas positif atau negative dari self disclosure. Kita
akan mengembangkan atraksi yang lebih besar pada orang yang menggunakan self
disclosure yang positif. Ini biasa terjadi pada tahap awal interaksi, sedangkan
yang negative terjadi ketika hubungan sudah berlangsung lama dan akrab.
e) Gender
Menurut hasil penelitian, wanita lebih terbuka dari
pada laki-laki. Tapi dalam hal kualitas self disclosure, keduanya mengarah
pada negative Hal ini bisa terjadi karena adanya stereotipe bahwa laki-laki itu
mandiri, kompetitif, tidak simpatik. Sedangkan wanita itu ketergantungan, tidak agresif
dan interpersonal oriented.
f) Lawan bicara
Kita lebih sering terbuka pada orang terdekat dan yang akrab
dengan kita, contoh suami, isteri, sahabat, selain itun juga pada orang yang
kita sukai, pada orang yang menerima kita, mengerti kita dan mendukung kita.
2.
Manfaat Self Discosure
a) Informasi tentang diri
sendiri
Dengan terbuka dengan orang lainkita mendapat
perspektif baru tentang diri kita dan lebih memahami perilaku kita.
b) Kemampuan untuk mengatasi
masalah
Self disclosure dapat meningkatkan kemamouan mengatasi
masalah. Kita menerima diri kita melalui cara pandang orang lain, jika kita
merasa orang lain akan menolak kita maka kita akan menolak diri kitajuga.
c) Komunikasi efektif
Dengan adanya keterbukaan antara orang yang
berkomunikasi maka kita akan lebih memahami apa yang dimaksud salam
pembicaraan. Disamping itu komunikasi akan menjadi efektif apabila orang yang
berkomunikasi sudah saling mengenal dengan baik.
d) Kesehatan mental
Orang yang terbuka akan terbuka akan terhindar dari
penyakit yang disebabkan oleh sres. Hal ini sejalan dengan suatu pendapat orang
yang mempunyai masalah kemudian menceritakan pada teman akrabnya (proses
katarsis) maka orang tersebut akan merasa lega dan merasa semua persoalan yang
dihadapisudah terpecahkan dan pada gilirannya akan merasa lega serta menjadi
lebih rilek dalam menghadapi kehidupan.
3.
Bahaya Self Disclosure
a) Tidak professional dan
kehilangan karir
Apabila kita selalu terus terang pada siapa saja
tentang apa yang ada pada diri kita dapat membahayakan karir seseorang.
b) Tidak punya teman
Apabila kita membuka diri tentang aib kita maka dampak yang lebih fatal adalah semua
orang menghindar karena ternyata kita tidak sebaik yang dikira sebelumnya.
c) Menghancurkan hubungan
yang telah terjalin dengan baik
Hal ini bias terjadi karena merasa sebagai teman akrab
maka ia akan membuka semua kepada orang lain sehingga dapat berakibat hubungan sosial menjadi rengganag dan
pada gilirannya dapat hancur atau putus. Contoh bercanda yang terlewat batas
dan menyinggung perasaan dapat berakibat pada hubungan mereka menjadi terganggu.
d) Komunikasi yang tidak
dapat diubah
Kita tidak dapat merubah apa yang sudah menjadi
kesimpulan yang telah dibuat oleh orang lain dengan keterbukakan kita.
B.
Teori Atribusi
Teori ini
mencoba menggambarkan komunikasi seseorang yang berusaha meneliti, menilai dan
menyimpulkan sebab-sebab dari suatu tindakan atau tingkah-laku yang
dilakukan orang lain. Dengan kata lain teori ini mencoba menjelaskan proses
kognitif yang dilakukan seseorang untuk menjelaskan sebab-sebab dari suatu
tindakan.
Contoh
dari teori ini jika anda melihat seseorang menyampaikan ceramah di hadapan
anda, kemudian anda melihat penceramah tersebut gelagapan, keringat dingin dan
berbicara terbata-bata, maka anda menilai tindakan tersebut dengan mencoba
mengemukakan beberapa alasan; pertama orang itu nampak grogi karena tidak
membuat persiapan (alasan internal/disposisional). Kedua orang tersebut grogi
karena semua persiapannya yang disimpan di flashdisk tidak terbawa (alasan
situasional/eksternal), bisa juga anda langsung
menilainya kalau penceramah tadi memang tidak bisa presentasi
(internal/disposisional). Penilaian-penilaian
semacam ini baik alasan internal maupun eksternal
disebut atribusi.
Menurut Heyder F (1958) jika anda melihat seseorang berbuat sesuatu, maka
secara langsung anda membuat suatu penilaian tentang apa yang menyebabkan orang
tersebut melakukan hal itu. Dan penilaian tersebut bisa terjadi dengan melihat
faktor disposisional atau faktor situasional. Disposisional adalah faktor internal seperti
kepribadian, karakter atau faktor biologis. Sedangkan situasional adalah faktor eksternal seperti lingkungan atau keadaan.
Berkomunikasi dengan pendekatan atribution berarti orang tersebut akan
menyampaikan pesan kepada lawan komunikasinya dengan bersandarkan pada hasil
penilaiannya (persepsinya) terhadap tingkah laku
lawan bicaranya.
Menurut Kelley perilaku manusia disebabkan oleh faktor internal, eksternal
atau keduanya secara bersamaan. Penilaian
seseorang terhadap perilaku orang lain itu dengan memperhatikan tiga faktor
yaitu konsensus, konsistensi dan kekhasan.
Pertama, konsensus yaitu bagaimana seorang bereaksi bila
dibandingkan dengan orang lain terhadap stimulus tertentu. Misalnya A bereaksi
terhadap percakapan B, sedangkan C tidak menanggapi percakapan B, maka dapat
dinyatakan A mempunyai konsensus.
Kedua,
konsistensi yaitu bagaimana seorang bereaksi terhadap
stimulus yang sama dalam situasi yang berbeda. Misalnya seorang mahasiswa tidur
ketika diajar oleh dosen X, dan ternyata ketika diajar oleh dosen Y mahasiswa
tersebut juga tidur.Ini menandakan ada konsistensi pada mahasiswa tersebut.
Ketiga,
kekhasan yaitu bagaimana seorang bereaksi terhadap
stimulus atau situasi yang berbeda-beda.Misalnya mahasiswa tidur ketika diajar
oleh dosen X, tapi ketika diajar oleh dosen Y mahasiswa tersebut tidak tidur,
ini menandakan bahwa mahasiswa tersebut mimiliki kekhasan.
Secara singkat dapat digambarkan untuk menentukan
atribusi atas perilaku
seseorang dengan model Kelley adalah sebagai berikut:
Jika
konsensus tinnggi + konsistensi tinggi + distingtif tinggi = atribut situasional/eksternal.
Jika
konsensus tinggi + konsistensi rendah + distingtif tinggi= atribut eksternal (situasional).
Jika konsensus rendah + konsistensi tinggi + distingtif rendah= internal / disposisional.
Teori atribusi juga bisa digunakan untuk menganalisis
keberhasilan dan kegagalan seseorang. Menurut Weiner, untuk menganalisis
keberhasilan atau kegagalan seseorang didasarkan pada dua dimensi yaitu Locus
of Control (LC internal-eksternal) yaitu bahwa keberhasilan atau kegagalan seseorang
dapat disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Dan dimensi stabilitas
penyebab yaitu keberhasilan atau kegagalan seseorang disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat
stabil atau tidak stabil.
C.
Teori Penetrasi Sosial
Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin
Altman & Dalmas Taylor. Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang
bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam
proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana
terjadi semacam proses adaptasi diantara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan
Taylor: penetrasi sosial.
Altman dan Taylor (1973) membahas tentang
bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan. Menurut mereka, pada
dasarnya kita akan mampu untuk berdekatan dengan seseorang yang lain sejauh kita
mampu melalui proses “gradual and orderly fashion from superficial to
intimate levels of exchange as a function of both immediate and forecast
outcomes.”
Dalam perspektif teori penetrasi sosial, Altman
dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran sebagai berikut:
Pertama, Kita lebih sering dan lebih cepat akrab
dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah
membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri kita
kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat
pribadi dan personal. Semakin ke dalam kita berupaya melakukan penetrasi, maka
lapisan kepribadian yang kita hadapi juga akan semakin tebal dan semakin sulit
untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam wilayah yang lebih pribadi, maka
akan semakin sulit pula.
Kedua, keterbukaan-diri (self disclosure)
bersifat resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal dalam suatu
hubungan. Menurut teori ini, pada awal suatu hubungan kedua belah pihak
biasanya akan saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat
timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah
yang pribadi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak
secepat pada tahap awal hubungan mereka.Dan juga semakin tidak bersifat timbal
balik.
Ketiga, penetrasi akan cepat di awal akan tetapi
akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam.
Tidak ada istilah “langsung akrab”. Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu
proses yang panjang. Dan biasanya banyak dalam hubungan interpersonal yang
mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil. Pada dasarnya akan ada
banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh,
mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini,
biasanya hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna, dan lebih
bertahan lama.
Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap
dengan semakin memudar. Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan
lancar, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini
tidak bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, tapi lebih bersifat
bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar.
Dalam teori penetrasi sosial, kedalaman suatu
hubungan adalah penting. Tapi, keluasan ternyata juga sama pentingnya.
Maksudnya adalah mungkin dalam beberapa hal tertentu yang bersifat pribadi kita
bisa sangat terbuka kepada seseorang yang dekat dengan kita.Akan tetapi bukan
berarti juga kita dapat membuka diri dalam hal pribadi yang lainnya. Mungkin
kita bisa terbuka dalam urusan asmara, namun kita tidak dapat terbuka dalam
urusan pengalaman di masa lalu. Atau yang lainnya.
Karena hanya ada satu area saja yang terbuka bagi
orang lain (misalkan urusan asmara tadi), maka hal ini menggambarkan situasi di
mana hubungan mungkin bersifat mendalam akan tetapi tidak meluas (depth
without breadth). Dan kebalikannya, luas tapi tidak mendalam (breadth
without depth) mungkin ibarat hubungan “halo, apa kabar?”, suatu hubungan yang biasa-biasa saja.
Hubungan yang intim adalah di mana meliputi keduanya, dalam dan juga luas.
Keputusan tentang seberapa dekat dalam suatu hubungan menurut teori
penetrasi sosial ditentukan oleh prinsip untung-rugi (reward-costs analysis). Setelah perkenalan dengan seseorang
pada prinsipnya kita menghitung faktor untung-rugi dalam hubungan kita dengan
orang tersebut, atau disebut dengan indeks kepuasan dalam hubungan (index of
relational satisfaction). Begitu juga yang orang lain tersebut terapkan
ketika berhubungan dengan kita. Jika hubungan tersebut sama-sama menguntungkan
maka kemungkinan untuk berlanjut akan lebih besar, dan proses penetrasi sosial
akan terus berkelanjutan.
Altman dan Taylor merujuk kepada pemikiran John
Thibaut dan Harold Kelley yang menyatakan bahwa kita cenderung memperkirakan
keuntungan apa yang akan kita dapatkan dalam suatu hubungan atau relasi dengan
orang lain sebelum kita melakukan interaksi. Kita cenderung menghitung
untung-rugi. Jika kita memperkirakan bahwa kita akan banyak mendapatkan
keuntungan jika kita berhubungan dengan seseorang tersebut maka kita lebih
mungkin untuk membina relasi lebih lanjut.
Dalam masa-masa awal hubungan kita dengan
seseorang biasanya kita melihat penampilan fisik atau tampilan luar dari orang
tersebut, kesamaan latar belakang, dan banyaknya kesamaan atau kesamaan
terhadap hal-hal yang disukai atau disenangi. Dan hal ini biasanya juga dianggap sebagai suatu
“keuntungan”.
Akan tetapi dalam suatu hubungan yang sudah
sangat akrab seringkali kita bahkan sudah tidak mempermasalahkan mengenai
beberapa perbedaan di antara kedua belah pihak, dan kita cenderung menghargai
masing-masing perbedaan tersebut. Karena
kalau kita sudah melihat bahwa ada banyak keuntungan yang kita dapatkan
daripada kerugian dalam suatu hubungan, maka kita biasanya ingin mengetahui
lebih banyak tentang diri orang tersebut.
diketahui
bahwa dalam proses awal terciptanya hubungan sosial diawali. Intinya, menurut teori ini
dalam hubungan antar pribadi telah terjadi penyusupan sosial. Seperti dengan
perkenalan. Dalam perkenalan dengan orang lain untuk pertama kalinya kita
sebenarnya mulai dengan ketidakakraban dan kemudian dengan proses yang terus
menerus sedikit demi sedikit berubah menjadi lebih akrab sehingga pengembangan
hubungan mulai terjadi. Dari sinilah orang mulai menghitung apa yang bias diterima atas
hubungan sosial atau
keuntungan apa yang dapat diperoleh melalui hubungan sosial.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori Disclosure menjelaskan pengetahuan
tentang diri akan meningkatkan komunikasi dan pada saat yang sama,
berkomunikasi dengan orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri
kita. Dengan membuka diri, kita akan mendekati kenyataan dan bila demikian maka
kita cenderung lebih terbuka dengan orang lain yang pada gilirannya akan
menerima informasi-informasi, pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan sari
siapapun juga. Faktor-faktor yang memengaruhi self disclosure : Keterbukaan orang lain, Ukuran
audiens, topik, valensi, gender, lawan bicara. Manfaat Self Discosure: Informasi
tentang diri sendiri, Kemampuan untuk mengatasi masalah, komunikasi lebih
efektif dan kesehatan mental yang lebih baik.
Teori Atribusi mencoba
menggambarkan komunikasi seseorang yang berusaha meneliti, menilai dan
menyimpulkan sebab-sebab dari suatu tindakan atau tingkah-laku yang
dilakukan orang lain. Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang
bagaimana proses komunikasi interpersonal di sini dijelaskan bagaimana dalam
proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana
terjadi semacam proses adaptasi diantara keduanya
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyo.2005.Komunikasi
Antar Pribadi.Semarang : Universitas Negeri Semarang Press
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan ya :)