BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stress, depresi, dan
kecemasan merupakan gangguan mental yang sering kita jumpai di lingkungan sekitar kita. Gangguan- gangguan
tersebut dapat kita jumpai pada orang lain (anggota keluarga, teman sekolah,
teman bermain, dan tetangga) dan juga dalam kita sendiri.
Namun, pada kenyataannya
masih banyak anggota masyarakat yang belum paham tentang arti, penyebab,
gejala, dan cara menanggulanginya. Keadaan seperti ini sangatlah tidak baik,
karena sebagai individu, kita wajib memahami tentang hal-hal yang disebutkan di
atas, dengan begitu kita dapat mencegah, mengetahui, dan menanggulangi jika
gangguan-gangguan tersebut dialami oleh orang di sekitar kita ataupun diri kita
sendiri.
Dengan pengetahuan
masyarakat yang kurang, penulis dalam makalah ini akan membahas tentang
pengertian, penyebab, gejala, dan cara menanggulangi Stress, depresi, dan
kecemasan.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Pengertian Stress dan Penyebab Stress?
2.
Bagaimana Gejala dan Cara Menanggulangi Stress?
3.
Bagaimana Pengertian dan Penyebab Depresi?
4.
Bagaimana Gejala dan Cara Menanggulangi Depresi?
5.
Bagaimana Pengertian dan Penyebab Kecemasan?
6.
Bagaimana Gejala dan Cara Menanggulangi Kecemasan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Menegetahui Pengertian dan
Penyebab Stress
2. Untuk Mengetahui Gejala dan
Cara Menanggulangi Stress
3. Untuk Mengetahui Pengertian
dan Penyebab Depresi
4. Untuk Mengetahui Gejala dan
Cara Menanggulangi Depresi
5. Untuk Mengetahui Pengertian
dan Penyebab Kecemasan
6. Untuk Mengetahui Gejala dan
Cara Menanggulangi Kecemasan
BAB II
PEMBAHASAN
1.2 Penyebab Stress
1. Pengertian dan Penyebab Stress
1.1 Pengertian Stress
Stress adalah
suatu ketidakseimbangan diri atau jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat
dihindari , perubahan
yang memerlukan penyesuaian sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang
dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yang dicintai, putus cinta, Perubahan positif juga dapat menimbulkan
stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta.
1.2 Penyebab Stress
·
Sumber-sumber stress didalam diri seseorang :
Kadang-kadang sumber stress itu ada didalam diri seseorang. Salah satunya
melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung pada rasa sakit dan
umur inividu(sarafino,1990). Stress juga akan muncul dalam seseorang melalui
penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami
konflik. Konflik merupakan sumber stress yang utama.
·
Sumber-sumber stress di dalam keluarga : Stress di sini
juga dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga, seperti :
perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh,
tujuan-tujuan yang saling berbeda dll. Misalnya : perbedaan keinginan tentang
acara televisi yang akan ditonton, perselisihan antara orang tua dan anak-anak
yang menyetel tape-nya keras-keras, tinggal di suatu lingkungan yang terlalu
sesak, kehadiran adik baru. Khusus pada penambahan adik baru ini, dapat
menimbulkan perasaan stress terutama pada diri ibu yang selama hamil (selain
perasaan senang, tentu), dan setelah kelahiran. Rasa stress pada ayah
sehubungan dengan adanya anggota baru dalam keluarga, sebagai kekhawatiran akan
berubahnya interaksi dengan ibu sebagai istrinya atau kekhawatiran akan
tambahan biaya. Pra orang tua yang kehilangan anak-anaknya atau pasanganya
karena kematian akan merasa kehilangan arti (sarafino,1990).
·
Sumber-sumber stress didalam komunitas dan lingkungan :
interaksi subjek diluar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stress.
Contohnya : pengalaman stress anak-anak disekolah dan di beberapa kejadian
kompetitif, seperti olahraga. Sedangkan beberapa pengalaman stress oang tua
bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stressful sifatnya. Khususnya
‘occupational stress’ telah diteliti secra luas.
·
Pekerjaan dan stress : Hampir semua orang didalam
kehidupan mereka mengalami stress sehubungan denga pekerjaan mereka. Tidak
jarang situasi yang ‘stressful’ ini kecil saja dan tidak berarti, tetapi bagi
banyak orang situasi stress itu begitu sangat terasa dan berkelanjutan didalam
jangka waktu yang lama. Faktor-faktor yang membuat pekerjaan itu ‘stressful’
ialah :
1.
Tuntutan kerja : pekerjaan yang terlalu banyak dan
membuat orang bekerja terlalu keras dan lembur,
karena keharusan mengerjakannya.
2.
Jenis pekerjaan : jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih
‘stressful’ dari pada jenis pekerjaan lainnya. Pekerjaan itu misalnya : jenis
pekerjaan yang memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya
(supervisi), guru, dan dosen.
3.
Pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan
manusia : contohnya tenaga medis mempunyai beban kerja yang berat dan harus
menghadapi situasi kehidupan dan kematian setiap harinya. Membuat kesalahan
dapat menimbulkan konsekuensi yang serius.
Menurut
Sarafino (1990) stress kerja dapat disebabkan karena :
a. Lingkungan
fisik yang terlalu menekan
b. Kurangnya
kontrol yang dirasakan
c. Kurangnya
hubungan interpersonal
d. Kurangnya
pengakuan terhadap kemajuan kerja
·
Stress yang berasal dari lingkungan : lingkungan yang
dimaksud disni adalah lingkungan fisik, seperti : kebisingan, suhu yang terlalu
panas, kesesakan, dan angin badai (tornado,tsunami). Stressor lingkungan
mencakup juga stressor secara makro seperti migrasi, kerugian akibat teknologi
modern seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir (Peterson dkk, 1991) dan
faktor sekolah (Graham,1989).
2.
Gejala-Gejala dan Cara Menanggulangi Stress
2.1 Gejala- gejala Stress
Hardjana (1994) mengemukakan bahwa terdapat kriteria-kriteria gejala-gejala
stress, antara lain :
1)
Gejala fisikal:
Sakit kepala,
pusing, pening. tidur tidak teratur, insomania atau susah tidur, bangun terlalu
awal, sakit punggung, terutama bagian bawah
,mencret-mencret dan radang usus besar, sulit buang air besar, sembelit.
gatal – gatal pada kulit. urat-urat tegang terutama leher dan bahu, keringat
berlebih, terganggu pencernaan atau bisulan, tekanan darah tinggi atau serangan
jantung, berubah selera makan, lelah atau kehilangan daya energy, bertambah
banyak melakukan kekeliruan dan kesalahan dalam kerja dan hidup.
2)
Gejala Emosional
Gelisah dan
cemas, sedih, depresi, mudah menangis, merasa jiwa dan hati atau mood
berubah-ubah dengan cepat, mudah panas dan marah, gugup, rasa harga
diri menurun dan merasa tidak aman, rasa harga diri menurun dan
merasa tidak aman, marah-marah, gampang menyerang orang dan bersikap bermusuhan,
emosi
mengering kehabisan sumber dayamental (burn out).
3)
Gejala Kognitif
Susah
berkonsentrasi dan memusatkan pikiran, sulit mengambil keputusan, mudah
terlupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, pikiran
dipenuhi oleh satu pikiran saja, kehilangan rasa humor yang sehat, produktifitas atau
prestasi kerja menurun, mutu kerja yang rendah.
4) Gejala Interpersonal
Kehilangan kepercayaan terhadap orang lain., mudah mempermasalahkan orang
lain., mudah membatalkan janji atau tidak memenuhi perjanjian, suka mencari –
cari kesalahan orang lain atau menyerang orang dengan kata-kata, mengambil
sikap terlalu membentengi dan mempertahankan diri, membiarkan orang lain.
2.2 Cara Menanggulangi Stress
Beberapa hal
yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi stress adalah tindakan positif untuk
menurunkan tingkat stress yaitu :
1. Relaksasi
Relaksasi atau
berlatih untuk mengatur cara pernafasan dapat dilakukan. Dengan kegiatanuntuk
melemaskan otot syaraf seperti meditasi, yoga, latihan pelemasan, pijat,
sambilmendengarkan iringan musik lembut dan tenang atau alunan ayat suci.
2.
Berolahraga
Berolahraga
secara teratur membantu anda menurunkan stres dan meningkatkankepercayaan diri,
selain yang terpenting dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegahpenyakit.
Penambahan energi untuk beraktifitas, peningkatan kualitas tidur, daya
konsentrasi,rasa bahagia dan keyakinan diri serta penurunan risiko serangan
jantung adalah manfaatpenting olahraga. Olahraga ringan seperti berjalan-jalan
santai sambil menghirup udara segarselama 20-30 menit setiap hari akan efektif
untuk mengurangi stres.
3.
Cerdas Mengatur Ambang Keinginan dan Rencana
Tak pernah ada
larangan untuk bermimpi dan menginginkan sesuatu. Cita-cita danharapan bahkan
dapat menjadi daya hidup yang menganggumkan. Namun perlu diketahui seringkali
stress muncul akibat ketidakmampuan menerima kenyataan yang berbeda dengan
keinginan atau harapan.
Oleh karena
itu, penting bagi kita untuk merencanakan
dan membatasi segala rencana yang dibuat dengan mempertimbangkan
kemampuan dan sumber daya atau peluang yang dimiliki hingga lebih siap dalam
menghadapi kenyataan nantinya. Menentukan prioritas apa yang terpenting dalam
hidup anda, membuat rencana realistis serta berlatih untuk berlapang dada
menerima kenyataan yang akan datang nantinya meski tak sesuai dengan keinginan
anda adalah cara cerdas berteman dan mengatur stres.
4.
Menjadi pribadi
Sungkan dan
perasaan hati yang tidak enak untuk menolak atau mengatakan tidak kerap
terjadi pada seseorang Belajar menjadi orang yang asertif, yang mampu
mengatakan No dan bukan Yes, ketika ia memang ingin mengatakan No, memang
sulit. Kita seringkali merasa tidak dapat menolak permintaan dan akhirnya
terpaksa menerima dan kemudian merasa terperangkap dengan permintaan tersebut.
Hal tersebut membuat kita merasa marah dan tidak berdaya, lalu berujung pada
timbulnya stress. Karena itu, belajar untuk menolak permintaan (jika kita
memang tidak sanggup memenuhinya), menjadi sangat penting jikaanda peduli pada kesehatan lahir batin anda.
5.
Manajemen Waktu
Waktu yang
selalu terasa sempit, juga bisa menyebabkan stress. Oleh karena itu manajemen
waktu menjadi penting. Beberapa hal yang bisaanda lakukan untuk mengelola waktu dengan baik.
a. Tentukan hasil akhir dan jadikan skala
prioritas anda
b. Buat daftar pekerjaan dan prioritaskan tugas
dan pekerjaan yang utama terlebih dahulu
c. Buat perencanaan sebelum anda melakukan pekerjaan
tersebut. Satu pekerjaan yangdikerjakan selama satu jam yang telah direncanakan
akan lebih efektif daripada andamengerjakan pekerjaan selama 3-4 jam yang tidak
anda rencanakan terlebih dahulu.
d. Kerjakan tugas anda sesuai dengan waktu dimana anda merasa
produktif. Misal, seseorangakan lebih baik melakukan pekerjaan pada pagi hari
dibandingkan sore hari. Batasi pulagangguan seperti adanya tamu serta bunyi
telepon selama waktu-waktu produktif anda.
e. Belajarlah untuk mendelegasikan beberapa tugas
andaf. Buat jadwal waktu untuk beristirahat dan bersantai.
6. Positive
Thinking
Yakinkan diri
untuk tetap berpikir positif. Selalu mengambil hikmah dari setiapkejadian merupakan salah satu caranya. Karena apa
yang seseorang pikirkan akanberhubungan langsung pada perasaan atau suasana
hatinya dan pada gilirannya jugamempengaruhi kinerja dan
produktifitasnya.
7. Mencari
Dukungan Sekitar
Berbicara
tentang suatu persoalan, mengekspresikan perasaan pada saat merasakecewa.
ataupun sekedar membicarakan topik yang hangat, dapat membantu menenangkanhati. Oleh karenanya, anda dapat menurunkan
tingkat stress anda dengan berbicara padaseorang pendengar yang baik
yang akan membantu anda untuk berpikir realistis ataupunmengambil sisi positif
dari suatu peristiwa. Mulailah mencari seseorang yang dapat menjadipendengar
yang baik. Anggota keluarga, teman dekat, atau siapapun yang membuat andanyaman
untuk berbagi dan bisa dipercaya.
3.
Pengertian dan Penyebab
Kecemasan
3.1
Pengertian Kecemasan
Kecemasan atau
dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang
berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.
Kecemasan (anxiety) dapat diartikan sebagai perasaan kuatir, cemas, gelisah, dan takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh, seperti: jantung berdebar-debar, keringat dingin. Kecemasan dapat timbul sebagai reaksi terhadap “bahaya” baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang tidak (hasil dari imajinasi saja) yang seringkali disebut dengan “free-floating anxiety” (kecemasan yang terus mengambang tanpa diketahui penyebabnya).
3.2 Penyebab Kecemasan
·
Berdasarkan sumber timbulnya
kecemasan, Freud (Dalam Calvin S. Hall, 1993)
membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu : a. Kecemasan Neurotik (Neurotic
Anxiety), yaitu kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan
diri, dan juga disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik
emosional yang serius, frustasi, serta ketegangan-ketegangan batin; b. Kecemasan Moral (Anxiety of
moral conscience/super ego), yaitu rasa takut akan suara hati, di masa
lampau pribadi pernah melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya
takut untuk melakukan perbuatan yang melanggar ajaran agama; c. Kecemasan Realistik (Realistic
Anxiety), yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar,
misalnya takut pada ular berbisa.
·
Menurut Miramis (1985),
kecemasan akan timbul bilamana individu tidak mampu menghadapi suatu keadaan
stress, dimana stress dapat mengancam perasaan, kemampuan hidupnya.
Sumber-sumber kecemasan adalah frustasi, konflik, tekanan, dan krisis. Frustasi
akan timbul bila adanya hambatan atau halangan antara individu dengan tujuan
dan maksudnya. Konfliknya terjadi bilamana individu tidak dapat memilih antara
dua atau lebih kebutuhan atau tujuannya. Tekanan bierkan kecil tetapi bila
bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stress. Dan krisis adalah suatu keadaan yang
mendadak yang menimpa individu dan dapat menimbulkan kecemasan yang hebat.
·
Penyebab rasa cemas dapat
dikelompokkan pula menjadi tiga faktor, yaitu :
a.
Faktor biologis/fisiologis,
berupa ancaman akan kekurangan makanan, minuman, perlindungan dan keamanan.
b.
Faktor psikososial, yaitu
ancaman terhadap konsep diri, kehilangan orang/benda yang dicintai, perubahan
status sosial/ekonomi.
c.
Faktor perkembangan, yaitu
ancaman pada perkembangan masa bayi, anak, remaja.
4. Gejala- Gejala Dan Cara
Menanggulangi Kecemasan
4.1 Gejala-gejala kecemasan
a. Aspek biologis/fisiologis, seperti
peningkatan denyut nadi dan tekanan
darah, tarikan nafas menjadi pendek dan cepat, berkeringat dingin, termasuk di
telapak tangan, nafsu makan hilang, mual/muntah, sering buang air kecil, nyeri
kepala, tak bisa tidur, mengeluh, pembesaran pupil dan gangguan pencernaan.
b. Aspek intelektual/kognitif;
seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan perhatian dan keinginan, tidak
bereaksi terhadap rangsangan lingkungan, penurunan produktivitas, pelupa,
orientasi lebih ke masa lampau daripada masa kini/masa depan.
c. Aspek emosional dan perilaku;
seperti penarikan diri, mudah tersinggung, mudah menangis, mudah marah dan
apatisme.
4.2 Cara Menanggulangi Kecemasan
·
Berpikir Positif
Seseorang
yang di landa kecemasan umumnya memiliki pola pikir yang tidak rasional dan
cenderung negatif thinking. Sehingga diri mereka selalu di hantui oleh perasaan
was-was dan khawatir, padahal penyebab dari kekhawatiran itu sendiri tidak
jelas. Hal ini muncul karena sugesti yang negatif dari pikiran terhadap dirinya
sendiri dan keadaan yang ada di sekitarnya. Yang akhinya membuat seseorang
menjadi paranoid. Untuk mengatasi hal iin langkah pertama kita harus belajar
berpikir positif terhada diri sendiri, kemudian kepada orang lain, kepada
keadaan dan kepada sanga pencipta. Biasakanlah diri kita untuk berpikir positif
karena hal ini akan mengarahkan kita pada sikap dan tindakan yang positif pula.
·
Berdoa/berdzikir
Tidak
bisa di pungkiri bahwa doa dan dzikir adalah obat yang mujarab bagi diri yang
sedang kalut. Dengan banyak berdoa, energi positif diri kita akan meningkat dan
akan menghilangkan energi-energi negatif yang ada dalam pikiran dan tubuh.
Berdoa selain wujud pendakatan diri kepada sang pencipta, doa juga merupakan
terapi penghilang kecemasan yang sangat terpercaya dan mujarab. Hal ini sudah
banyak di buktikan oleh para ahli terapi pecandu narkoba, yang ada di
pondok-pondok pesantren. Jadi tidak ada keraguan bagi kita untuk segera bedoa dan
berdzikir kepada sanga pemcipta.
·
Konsultasikan pada yang
ahli
Kalau
memungkinkan sebaiknya andaa konsultasikan masalah tersebut dengan ahlinya,
bisa para psikolog atau para konselor. Hal ini tidaklah suatu keharusan, karena
tentunya membutuhkan biaya yang lebih. Tapi kalau anda punya uang yang sedikit
lebih tidak ada salahnya jika anda datang ke ahli dan mengkonsultasikan masalah
kecemasan yang anda alami.
5.
Pengertian dan Penyebab Depresi
5.1 Pengertian Depresi
·
Menurut Rice PL (1992), depresi
adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh
proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya
mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan
harapan.
·
Menurut Kusumanto (1981) depresi
adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, yang disertai perasaan
sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada
meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit
saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau
kumpulan gejala (sindroma).
·
Menurut Kartono (2002) depresi
adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis
sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam,
penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya,
maka ia disebut melankholi.
5.2 Penyebab Depresi
Beberapa ahli
juga memberikan penjelasan mengenai penyebab depresi. Menurut Kaplan
dalam Tarigan (2003) Faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat
dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko sosial. Dimana
ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya
1.
Faktor Biologi
Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus.
Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus.
2.
Faktor Genetik
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan
dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar
terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah 50 %,
sedangkan dizigot 10 – 25 %.
3.
Faktor Psikososial
Mungkin faktor inilah yang banyak diteliti oleh ahli
psikologi. Faktor psikososial yang memyebabkan terjadinya depresi antara lain;
·
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan : suatu pengamatan
klinik menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh
ketegangan sering mendahului episode gangguan mood.
·
Faktor kepribadian Premorbid : Tidak ada satu kepribadian
atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi.
Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun
tipetipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik
mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya.
·
Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud menyatakan
suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa
kemarahan pasien depresi diarahkan kepada diri sendiri karena
mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi
merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang.
depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang
diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak
hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus
asa.
·
Ketidakberdayaan yang dipelajari: Didalam percobaan, dimana
binatang secara berulang-ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak
dapat dihindarinya, binatang tersebut akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama
sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar bahwa mereka tidak
berdaya.
·
Teori Kognitif: Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif
pada depresi Asikal H.S. dalam Tarigan (2003) Dia mengidentifikasikan 3 pola
kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu : a)
Pandangan negatif terhadap masa depan, b) Pandangan negatif terhadap diri
sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga,
c) Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup. Meyer berpendapat bahwa depresi
adalah reaksi seseorang terhadap pengalaman hidup.
6.
Gejala dan Cara
Penanggulangan Depresi
6.1
Gejala-gejala depresi
a. Gejala Fisik
Gejala fisik
umum yang relative mudah dideteksi sebagai berikut:
1.
Gangguan pola tidur. Misalanya, sulit tidur, terlalu banyak
atau terlalu sedikit tidur.
2.
Menurunnya tingkat aktivitas. Misalnya, menyukai kegiatan
yang tidak melibatkan orang lain seperti menonton tv, makan dan tidur.
3.
Menurunnya efisiensi kerja. Penyebabnya jelas, orang yang
terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal,
atau pekerjaan.sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal
prioritas.
4.
Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi
akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak
lagi bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya.
5.
Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri
adalah perasaan negatif. Jika seorang menyimpan perasaan negative, maka jelas
akan membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan.
b. Gejala Psikis
Adapun
tanda-tanda gejala psikis sebagai berikut:
1.
Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang
mengalami depresi
cenderung
memandang segala sesuatu dari sisi negative, termasuk menilai diri sendiri.
2.
Sensitive. Orang yang mengalami depresi senang sekali
mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitive sekali,
sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang
berbeda oleh mereka, bahkan disalahartikan.
3.
Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul
karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama
dibidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai.
4.
Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam
pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang
menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka
melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
5.
Perasaan terbebani
c. Gejala social
Masalah
depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya memengaruhi lingkungan dan
pekerjaan (aktivitas rutin lainnya). Bagaimana tidak, lingkungan tentu akan
bereaksi terhadap prilaku orang yang depresi tersebutyang pada umumnya negative
(mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitive, mudah letih, mudah sakit).
6.2 Cara menanggulangi depresi
1. Obat Antidepresan
Ada beberapa
obat antidepresan yaitu:
§ Lithium. Lithium adalah obat yang
digunakan untuk mengobati gangguan bipolar.
§ MAOIs
§ Tricyclics.
§ SSRIs
2. Terapi Interpersonal
Terapi
Interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang berfokus kepada
hubungan antara orang-orang dengan perkembangan simtom penyakit kejiwaan.
3. Konseling kelompok dan dukungan social
Konseling
secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling yang dilakukan antara
seorang konselor professional dengan beberapa pasien sekaligus dalam kelompok
kecil
4. Berolahraga
Keadaan mood
yang negative seperti depresi, kecemasan, dan kebingungan disebabkan oleh
pikiran dan perasaan yang negative pula. Salah satu cara yang dapat dilakuakan
untuk menghasilkan pikiran dan perasaan positifyang dapat menghalangi munculnya
mood negative adalah dengan berolahraga.
5. Diet (mengatur pola makan)
Simtom depresi
dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh.
Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan depresi semakin parah yaitu:
·
Konsumsi kafein secara berkala.
·
Konsumsi sukrosa (gula)
·
Kekurangan biotin, asam folat dan vitamin B, C,
kalsium, tembaga, magnesium
·
Kelebihan magnesium
·
Ketidakseimbangan asam amino
·
Alergi makanan
6. Terapi Humor
Sudah lama
professional medis mengakui bahwa pasien yang mempertahankan sikap mental yang
positif dan berbagai tawa merespons lebih baik terhadap pengobatan. Respons
psiologis dari tertawa termasuk meningkatkan pernapasan, sirkulasi, sekresi
hormone dan enzim pencernaan, dan peningkatan tekanan darah.
7. Berdoa
Banyak orang
mempunyai kecenderungan alami untuk berpaling pada agama dalam memperoleh
kekuatan dan hiburan. Bagi yang percaya,keyakinan yang kuat dan menjadi anggota
aliran agama tertentu serta tujuan yang sama dapat menanggulangi penderitaan
dan depresi.
Berdoa
merupakan salah satu cara untuk mengatasi depresi. Mengambil waktu untuk berdoa
member I kesempatan kepada kita menghentikan kegiatan kita dan jalan arus hidup
kita.
8. Hidroterapi dan Hidrotermal
Hidroterapi adalah
penggunaan air untuk pengobatanpenyakit.terapi hidrotermal adalah penggunaan
efek temperature air misalnya mandi air panas, sauna, dan lain-lain.
Pengobatan
dari hidroterapi berdasarkan efek mekanis dan/atautermal dari air. Tubuh
bereaksi pada stimulus panas dan dingin. Saraf mengantarkan rangsangan yang
dirasakan kulit kedalam tubuh, dimana merangsang system imun, memengaruhi
hormone stres, meningkatkan aliran tubuh dan mengurang rasa sakit.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri atau jiwa dan realitas
kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari , perubahan yang memerlukan
penyesuaian sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang
dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yang dicintai, putus
cinta, Perubahan positif juga dapat menimbulkan
stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta.
2.
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari
Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti
mencekik.
3.
Menurut Rice PL (1992), depresi
adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh
proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya
mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan
harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Nevid S, Jeffrey., Rathus A, Spencer., dan
Greene, Beverly. 2005. Psikologi Abnormal
Jilid 1 Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kartono, Kartini.
2009. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas
Seksual. Bandung:
CV Mandar Maju.
Atkinson L, Rita., Atkinson C, Richard.,
Smith E, Edward dan Darky J Bem. 1987. Pengantar
Psikologi. Batam: Interaksara
Miramis, W.F. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
Calvin S. Hall. 1999. A Primer
of Freudian Psychology. Plume Publisher
like.. ini dari jurusan apa..?
BalasHapus